Tuesday, August 09, 2016

Antibiotik boleh distop sebelum habis?

"Anak saya demam sudah 3 hari, disertai batuk-pilek. Lalu saya bawa berobat dan diberi antibiotik. Setelah 2 hari diminum, saya baca-baca lagi bahwa selesma (batuk-pilek) tidak butuh antibiotik. Boleh saya stop antibiotiknya?"

Ini prinsipnya:

- Antibiotik adalah untuk infeksi BAKTERI, bukan infeksi VIRUS. Maka seperti pernah saya sampaikan sebelumnya, selalu tanyakan ke dokter, apa diagnosisnya, dan apakah penyebabnya infeksi virus atau bakteri?

- Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri, tentu antibiotik yang diberikan harus dihabiskan sesuai waktu yang dianjurkan. Mengapa? Dikhawatirkan jika AB dihentikan sebelum waktunya, maka bakteri-bakteri jahat penyebab penyakit sesungguhnya belum dihabisi semuanya,meskipun gejalanya sudah hilang (merasa sudah sembuh). Dikhawatirkan sebagian bakteri penyebab penyakit yang tersisa ini, akan memperkuat dirinya, bermutasi secara genetik dan menghasilkan keturunan-keturunan yang lebih kuat (kebal) dan tidak mempan dengan antibiotik sebelumnya. Jika di kemudian hari orang ini sakit dan membutuhkan antibiotik tersebut, maka penyakitnya sukar disembuhkan karena penyebabnya sulit diatasi.
Ini yang namanya resistensi antibiotik. Salah satu penyakit yang sering dijumpai dengan kasus ini adalah tuberkulosis (TB) paru yang kebal AB. Seharusnya obat anti TB diminum selama 6 bulan, tapi baru 2 bulan sudah merasa enakan, obat malah dihentikan dan berisiko menciptakan kuman kebal AB (multi drug resistant TB).

-Tapi jika ternyata penyebabnya adalah infeksi virus, maka AB dapat dihentikan.kapanpun. Tidak perlu khawatir terjadi resistensi, karena tidak ada bakteri jahat yang bisa dibuat resisten (kebal). Malah bisa membunuhi bakteri-bakteri baik di tubuh dan menyebabkan efek tidak diinginkan yang pernah dijelaskan di tulisan-tulisan sebelumnya.

Beberapa infeksi bakteri yang terjadi pada anak di kasus rawat jalan (bukan rawat inap): infeksi saluran kemih (ISK), pneumonia bakteri, strep throat, impetigo, disentri basiler dan amuba, dan demam tifoid. Selainnya kebanyakan adalah penyakit-penyakit akibat infeksi virus yang tidak butuh antibiotik.

3 comments:

Unknown said...

Thanks dokter pencerahannya.. Ini pengetahuan baru buat saya dan keluarga saya nantinya. Anak saya sdh 3 hari ini demamnya naik turun, hari pertama dan kedua, dia bab total 8 kali slama 24 jam. Teksturnya awalnya padat dan berikut2nya semakin lembek disertai lendir dan ada darah sdikit. Saya bawa k dokter dan diberi 2 obat diare (puyer dan sirup), sanmol, dan antibiotik (antibakteri). Diagnosanya adl mengarah k disentri atau radang tenggorokan (tenggorokan merah tp anak saya tidak batuk). Stelah minum obat itu 2 kali, anak saya berhenti bab, tp dia kentut2 dan sesekali sendawa/mual. Yg mau saya tanyakan, anak saya blm dipriksa lab fesesnya, tp dokter itu sdh kasi AB. Saya tetap kasi anak saya AB nya walopun diare sdh berhenti, krn sdh terlanjur diberikan. Apa boleh saya stop AB nya dok? Saya sbnrnya agak ragu pakai AB ini, tp keluarga saya tetap memaksa harus diminum supaya sembuh. Terima kasih dokter Arifianto, mohon pencerahan.

dudukpalingdepan said...

Senangnya ketemu dokter anak yg juga blogger. Keep sharing ilmu ya dok, insyAllah pahala terus mengalir.

Anonim said...

Hallo dok, anak saya disentri amuba, pupnya sudah mengeras sejak 2 minggu lalu & saya merasa sudah sembuh, antibiotik jg sudah habis, smpai akhirnya hari ini saya menemukan bercak darah di fases anak sya yg sudah tidak diare lagi, anaknya memang aktif dr awal sakit tdk terlihat dehidrasi, hanya saja suka mengeluh sakit saat pup..
Lalu apa yg harus saya lakukan dok, haruskah saya kembali ke rumah sakit & meminta AB?

Vitamin Penambah Nafsu Makan

“Dok, anak saya susah makan. Ada vitamin penambah nafsu makan buat anak saya?” Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa?...