Thursday, February 27, 2014

Memahami Campak dan Dampaknya

Setelah beberapa bulan tidak menjumpai kasus campak, kemarin saya mendapatinya lagi. Seorang anak berusia 15 bulan yang memeluk ibunya erat. Ia tampak lemah, dengan ruam merah di sekujur tubuhnya. Anak ini memang belum diimunisasi campak saat berusia 9 bulan, bukan karena menolak, tapi ibunya beralasan si ayah mengalami stroke sehingga ia sibuk mengurus ayah dan kurang memperhatikan imunisasi anaknya.

Namun bagaimanapun juga, tidak sepatutnya virus campak menjangkiti anak ini. Apabila cakupan imunisasi campak sudah tinggi, herd immunity yg terbentuk seharusnya melindungi anak-anak yang belum diimunisasi.

Banyak orangtua juga menganggap campak sebagai penyakit ringan. Mereka mengira semua anak akan terkena campak dengan sendirinya. Ketika seorang anak mengalami demam yang berakhir dengan ruam di seluruh badan, orangtua menyimpulkan ini adalah campak. Penyakit ringan. Toh anaknya justru makin aktif setelah ruam muncul dan demam reda. Mereka salah. Ini bukan campak. Kemungkinan ini roseola (eksantema subitum) yang merupakan penyakit ringan dan tanpa komplikasi. Virusnya berbeda dengan campak. Sebagian orang menyebutnya dengan "tampek". Atau mungkin anak-anak ini mengalani rubella, yang jarang menimbulkan komplikasi pada anak.

Ketahuilah bahwa campak penyakit berat. Campak sering menimbulkan komplikasi pneumonia dan ensefalitis, yang berakhir dengan kematian. Kadang-kadang sebagian penderitanya juga mengalami ketulian dan kebutaan (akibat keratitis) sebagai "oleh-olehnya". Dan pada kondisi yang sangat jarang, campak menimbulkan subacute sclerosing panencephalitis atau SSPE. Simaklah kisah di sini:http://www.vaccinestoday.eu/vaccines/how-measles-can-change-a-life/ Orangtua ini mengisahkan anaknya yang mengalami SSPE, lebih dari 10 tahun setelah sang anak terkena campak di usia yang sangat muda: 6 bulan, ketika belum masuk usia untuk diimunisasi campak. Selama bertahun-tahun anak ini hidup sehat dan normal, tiba-tiba di suatu saat ia mengalami kejang berulang dan kini hidup dalam kondisi vegetatif: seperti tumbuhan.

Orangtua harus mempelajari gejala-gejala campak. Bagaimanapun juga, program imunisasi campak yang dilakukan sejak tahun 1982 telah berhasil menurunkan kasus campak, sehingga campak sudah jarang ditemui. Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan imunisasi campak sebesar 82,1%. Angka yang harus dinaikkan hingga melebihi 90%. Data WHO di bulan November 2013 mencatat lebih dari 6.300 kasus campak sepanjang 2013. Angka yang masih sangat tinggi di Indonesia.

Maka jangan makin bebani penderitaan masyarakat dengan menolak imunisasi dan mengampanyekan penolakannya. Jangan mengajak-ajak orang lain untuk tidak mengimunisasi anaknya. Jangan menjadi beban, jadilah pemecah masalah. Tidak mengimunisasi anak bukan saja merugikan diri sendiri, tetapi juga membahayakan orang-orang di sekitarnya.

Tentang penyakit tangan-kaki-mulut dan cacar air

Beberapa pekan terakhir saya hampir selalu menjumpai kasus Hand Foot Mouth Disease (HFMD) dan cacar air (varisela) tiap minggunya. HFMD yg sering disebut orang flu Singapur ini disebabkan oleh virus, sama halnya dengan varisela, yg sebenarnya akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu. Hanya saja HFMD kadang dikesankan "menakutkan", sehingga orangtua menjadi panik dan khawatir anaknya harus dirawat.

HFMD memang dilaporkan mempunyai risiko komplikasi ensefalitis (radang otak), meskipun sangat jarang, dan saya belum pernah menemuinya. HFMD biasanya jadi masalah bila "bintil-bintil" kulitnya menyebar hingga ke dalam mulut menjadikan sariawan dan anak susah makan. Jarang sekali anak menjadi dehidrasi meskipun sudah mengalaminya, sehingga tidak perlu dirawat juga. Yang penting pastikan anak sering minum atau makan makanan yang mudah ditelan, walaupun sedikit-sedikit.

Masalah lainnya bila anak sampai gatal dan cenderung menggaruk bagian-bagian yang dipenuhi bintil. Mandi air dingin atau mengalihkan anak dengan kegiatan bermain bisa mengurangi keluhan ini.

HFMD jg sangat menular. Apabila dalam satu keluarga mempunyai beberapa anak berusia di bawah 9 tahun, satu anak sakit sangat mungkin akan diikuti oleh saudara kandungnya. Begitu juga bila anak-anak ini tetap bersekolah: menularkan ke kawan-kawannya. Bagaimanapun juga, HFMD adalah penyakit ringan akibat infeksi virus yang sembuh dengan sendirinya tanpa obat.

Bagaimana dengan varisela? Beberapa anak yg mengalami cacar air di sekujur tubuhnya ternyata pernah diimunisasi, bahkan hingga 2 kali. Perlu diketahui bahwa tidak ada vaksin yang 100% efektif, termasuk varisela. Efektivitas 1x imunisasi varisela adalah 86% dan 2x adalah 98,3%. Tetap saja vaksin varisela mempunyai efektivitas yang tinggi, artinya mayoritas anak yang sudah diimunisasi tidak sakit sama sekali. Saya yakin banyak orangtua yang bisa menceritakan keberhasilan imunisasinya, yaitu ketika teman-teman si anak banyak yang sakit cacar air, anak yang sudah diimunisasi tidak sakit.

Kemungkinan lainnya adalah munculnya "breakthrough varicella", yaitu anak yang sudah diimunisasi tetap sakit cacar air, tetapi "lenting-lenting"-nya sangat sedikit, tidak mencapai 50 lenting. Anak-anak ini sakitnya lebih ringan, tetapi masih bisa menularkan kepada orang lainnya yang belum punya kekebalan tubuh (karena belum pernah sakit atau belum diimunisasi).

Faktor terakhir adalah cakupan imunisasi yang harus tinggi untuk menciptakan "herd immunity" atau kekebalan lingkungan. Apabila jumlah anak yang sudah diimunisasi melebihi yang tidak diimunisasi, anak-anak yang belum diimunisasi ini akan terlindungi oleh kawan-kawannya.

Varisela memang penyakit ringan untuk anak, karena komplikasinya sangat jarang. Antivirus seperti asiklovir pun jarang dibutuhkan. Tetapi bila anak yang sakit cacar air menularkan kepada orang dewasa yang belum pernah sakit, maka orang dewasa ini lebih berisiko mengalami komplikasi seperti pneumonia (radang paru-paru) dan ensefalitis. Vaksin varisela sangat membantu dalam hal ini.

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...