Nah, lalu bagaimana dengan demam yang cenderung suhunya berkisar di atas 39 derajat selsius dan tidak disertai gejala penyerta lain? Tidak ada batuk, pilek, atau diare. Ya, kalau sejak awal demam disertai batuk dan pilek, kita sudah dapat memperkirakan penyakitnya adalah selesma (common cold) dan seharusnya tidak ada kekhawatiran lebih lanjut (ingat, selama tidak disertai tanda kegawatan ya!). Lalu bagaimana dengan demam yang tidak jelas diagnosisnya ini? Perlukah dibawa segera ke dokter? Kapan? Apakah patokannya " tepat 3 hari" alias 72 jam? Dan haruskah segera diperiksakan laboratorium?
Demam dengan suhu > 39 derajat selsius tanpa gejala penyerta yang jelas, berlangsung kurang dari 7 hari, dan terjadi pada anak berusia 3 - 36 bulan disebut juga dengan fever without source (FWS). Ada juga yang menyebutnya fever without focus atau fever with uncertain source. Umumnya bisa dibagi 2, yaitu anak tampak sakit (cenderung lemah/lesu sepanjang waktu) dan masih relatif aktif (ketika demam anak tampak lemas/rewel, tetapi ketika suhu turun anak kembali aktif bermain/beraktifitas). Kondisi pertama tentunya mengharuskan segera ke dokter. Tidak perlu memikirkan dulu perlu/tidaknya pemeriksaan laboratorium, tetapi segera bawa ke dokter untuk memastikan kemungkinan diagnosisnya). Kondisi kedua membuat orangtua seharusnya lebih tenang dalam mengobservasi kondisi anaknya dalam 3 hari, atau bahkan lebih. Hal terpenting yang harus diperhatikan orangtua adalah: pastikan anak tidak dehidrasi atau kekurangan cairan. Ya, peningkatan suhu tubuh meningkatkan risiko penguapan dan terbuangnya cairan tubuh. Makanya semua anak yang demam harus banyak minum. Pastikan anak tidak dehidrasi.
Bukankah makin tinggi suhu meningkatkan risiko kejang demam? Sudah berkali-kali dibahas, jawabannya adalah: tidak. Dehidrasi justru lebih dikhawatirkan dibandingkan kejang pada anak yang demam.
Lalu makin tinggi suhu bukankah menggambarkan makin beratnya penyakit? Lagi-lagi ini sudah pernah dibahas: jawabannya adalah tidak. Bisa saja demamnya tidak terlalu tinggi tetapi anaknya sakit pneumonia atau meningitis yang mengancam jiwa. Sebaliknya, sangat mungkin demamnya tinggi, tapi sakitnya hanya selesma saja.
Apa yang dikhawatirkan dari kondisi pertama (anak yang cenderung lemah sepanjang hari)?
Bagaimanapun juga, penyebab tersering demam pada anak adalah infeksi virus yang akan sembuh dengan sendirinya. Tentunya antibiotik sama sekali tidak diperlukan pada Infeksi virus. Pada kondisi pertama, beberapa diagnosis penyakit yang paling dikhawatirkan adalah meningitis (radang selaput otak) dan pneumonia (radang akibat infeksi di jaringan paru). Makanya orangtua harus paham benar apa saja kondisi gawat darurat pada anak. Pada meningitis, terdapat tanda-tanda kekakuan tubuh (iritasi selaput otak), penurunan kesadaran, sampai kejang dan kematian. Sedangkan pada pneumonia, anak terlihat sesak napas, bisa dinilai dari gerakan dinding dada dan napas cuping hidungnya. Segera bawa anak ke dokter.
Kondisi kedua adalah keadaan yang paling sering terjadi, yaitu sakitnya sebenarnya "ringan saja" dan tidak potensial mengancam nyawa. Perlukah anak dibawa ke dokter pada FWS? Ya, untuk memastikan apakah diagnosisnya saat itu.
Kalaupun dokter belum bisa memastikan diagnosis pastinya, maka sebut saja FWS.
Apakah pemeriksaan laboratorium perlu dikerjakan pada FWS yang sudah lebih dari 3 hari? Sebenarnya dokter lah yang menentukan perlu tidaknya. Satu hal yang ingin saya tegaskan di sini adalah: jangan melulu pemeriksaan darah yang harus dikerjakan. Pemeriksaan air seni alias urinalisis adalah pemeriksaan wajib pada anak FWS. Mengapa? Banyak FWS yang ternyata diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih alias ISK. Padahal gejalanya hanya demam saja, dan ditemukan banyak kuman (bakteri) di pemeriksaan urinalisis. Diagnosis ISK jelas adalah infeksi bakteri yang obatnya adalah antibiotik (diberikan setelah sampel untuk kultur urin diperiksa).
Di sini lagi-lagi saya tegaskan bahwa pemeriksaan urin sangatlah penting dan seharusnya rutin dikerjakan. Pemeriksaan ini sama sekali tidak menyakitkan. Bandingkan saja dengan anak yang ditusuk jarum untuk pemeriksaan laboratorium darah.
Apa saja kira-kira penyakit yang sering terjadi pada FWS?
Penyebabnya sangat bervariasi. Yang cukup serjng terjadk dalam pengalaman sehari-hari adalah:
- Common cold. Ya, batuk-pilek bisa saja demamnya setelah masuk hari keempat atau lebih baru muncul batuk-pilek. Ini adalah infeksi virus yang tidak perlu dikhawatirkan. Kecuali di luar dugaan mencetuskan serangan yang menyebabkan sesak napas.
- Roseola alias "tampak" (bukan campak lho yaa...). Ini pun jelas infeksi virus, tetapi anak yang orangtuanya tidak sabaran tidak jarang yang langsung berinisiatif memeriksakan laboratorium darahnya. Ruam-ruam di tubuh baru muncul setelah melewati hari ke-3, bahkan ke-5 demam. Anak tampak jauh lebih aktif sesuah ruam memenuhi seluruh tubuh.
- Demam Dengue atau DBD. Ini yang hampir selalu terlintas di benak orangtua untuk selanjutnya segera memeriksakan sendiri laboratorium darah anaknya. Pelajari ciri-ciri DD dan DBD.
- Infeksi saluran kemih. Ingat, gejala ISK pada anak tidak sama dengan orang dewasa. Bisa saja anak demam tanpa gejala lain, ternyata sakitnya adalah ISK. Maka jangan lupa mintakan pemeriksaan urin rutin, bahkan kultur urin jika perlu, untuk pasien-pasien semacam ini.
Demam tifoid tidak dipikirkan dalam FWS, karena demamnya berlangsung selama minimal 7 hari.
Segini dulu.
1 comment:
Assalamu'alaikum dokter. Anak saya 11bulan msih dirawat drmh sakit sejak 28feb'16.demam dari kamis 25feb suhu 38 mendadak tgl 26-28 suhu lsg 39 tanpa dsertai gejala batpil. Adakah alamat email utk sy kirimkan detail krono n hasil lab terkait? Terimakasih byk dok.
Wassalamu'alaikum
Post a Comment