Saya mau tanya dulu, kalau pergi ke Posyandu, Puskesmas, bidan, atau dokter untuk kunjungan rutin imunisasi, yang diperiksa dari bayinya apa saja? Berat badan pastinya. Tinggi badan rutin diperiksa juga? Lalu ketika anak datang ke dokter karena sakit, untuk konsultasi, selain berat badan, apakah tinggi badan rutin diukur juga? Pentingkah memantau tinggi badan anak?
Coba perhatikan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) edisi tahun 2016 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hal-hal yang harus dipantau dari anak balita sudah cukup lengkap: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, bahkan indeks massa tubuh pun harus dicatat dan diplot ke kurva dalam tiap kunjungan ke fasilitas kesehatan. Semua parameter ini menandakan status gizi seorang anak yang masih melalui fase tumbuh dan kembang. Tidak cukup hanya memantau berat badan anak untuk menentukan gizinya baik atau tidak. Tinggi badan pun menentukan kecukupan nutrisi anak. Bagaimana perasaan orangtua ketika anaknya gemuk, tapi lebih pendek dibandingkan semua teman sebayanya? Atau bayangkan juga ketika mereka masuk usia remaja bahkan dewasa kelak. Perawakan pendek alias stunting bahkan menjadi indikator yang rutin dipantau dalam survei kesehatan nasional suatu negara, dan dibandingkan dengan negara-negara lain. Beda ya pastinya, ketika rata-rata tinggi badan penduduk suatu negara lebih baik daripada negara lain. Nah, apa sih perawakan pendek alias short stature itu?
Short stature adalah tinggi badan anak yang berada di bawah persentil 3 atau minus 2 Z-score di kurva pertumbuhan (growth chart). Apa pula artinya ini? Silakan browsing tentang growth chart atau cari sekilas di arsip timeline saya. Nah, ketika secara objektif anak dikategorikan pendek menurut kurva pertumbuhan, maka harus ditentukan, apakah termasuk perawakan pendek yang normal (wajar/fisiologis), atau abnormal? Termasuk fisiologis jika dikategorikan familial short stature (memang keturunannya pendek/genetik) atau constitutional delay (sekarang pendek, nanti ketika menjelang/saat sudah pubertas menjadi tinggi sama halnya dengan kawan-kawan sebayanya). Bagaimana membedakan kedua hal ini? Menggunakan bone age (foto ronsen telapak tangan untuk melihat usia tulang) salah satunya. Jika memang dokter menyimpulkan anak Bapak/Ibu masuk ke dalam perawakan pendek fisiologis ini, maka jangan berkecil hati.
Apakah tidak ada usaha yang bisa dilakukan untuk menaikkan tinggi badan anak kita? Berenang misalnya? Atau minum “susu tinggi kalsium” seperti kata iklan? 😁
Sampai saat ini, saya belum menemukan literatur yang cukup "sahih" menjelaskan hubungan antara renang dan tinggi badan, sehingga saya tidak dapat menjawabnya. Terlepas dari hal ini, berenang adalah olahraga yang sangat baik bagi anak kita. Tetapi jika sudah merutinkan anak berenang dan belum mendapatkan kenaikan tingginya menyamai kawan-kawannya, ya jangan berkecil hati bila pendeknya memang familial. Pastikan nutrisi anak yang seimbang sudah terpenuhi. Jangan sekedar mengandalkan minum susu saja.
Minum susu tinggi kalsium bisa buat badan tambah tinggi? Kata iklan, anak yang lebih pendek, lalu dia minum susu tinggi kalsium, dan bertambahlah tingginya menyamai kawannya yang sebelumnya lebih tinggi.
Hehe, memangnya tinggi badan hanya dipengaruhi oleh asupan kalsium semata? Tentu saja tidak. Faktor genetik (keturunan) sangat berpengaruh. Jika ayah-ibu anak ini memang memiliki perawakan pendek (short stature), tentunya sangat wajar jika anak mereka ternyata lebih pendek dari kawan-kawan sebayanya. Meskipun si anak sudah minum tinggi kalsium setiap hari.
Malahan, bisa jadi anak ini mengalami efek samping kebanyakan minum susu. Misalnya, makannya kurang karena sudah kenyang dengan susu. Lalu risiko anemia defisiensi besi karena asupan kalsium yang tinggi mengurangi penyerapan zat besi di saluran cerna. Dan risiko sembelit.
Jadi, kalau orangtuanya pendek, tapi sudah cukup nutrisi, tidak ada penyakit kronis pada anak, dan anak masuk dalam kategori stunting saat ini, apakah akan pendek seterusnya sampai dewasa nanti, dan tidak ada yang bisa dilakukan? Kalau pendeknya constitutional delay, oke deh masih bisa berharap tinggi belakangan alias late bloomer. Tapi kalau masuk kategori familial short stature?
Saat ini para ahli juga mengenal terminologi “secular trend in growth and puberty”. Salah satunya adalah usia menstruasi awal (menarche) anak perempuan yang makin muda dari dekade ke dekade berikutnya. Di abad ke-18 misalnya, laporan yang ada menunjukkan usia menarche anak sekitar 14 tahun. Saat ini, usia 10 tahunan sudah banyak anak perempuan yang mengalami menarche, dan salah satunya berhubungan dengan indeks massa tubuhnya (status gizi). Usia menarche anak juga lebih cepat kadang-kadang, dibandingkan usia menarche ibunya dulu. Tinggi badan pun sama. Tidak jarang kita lihat anak-anak yang tinggi badannya lebih tinggi dari kedua orangtuanya saat sudah masuk usia remaja, meskipun kadang kedua orangtuanya masuk dalam kategori pendek. Berbagai faktor seperti nutrisi dan pengaruh lingkungan, serta tentunya kadar hormon berpengaruh dalam teori “secular trend” ini.
Semoga saja kelak anak-anak yang saat ini pendek bisa mencapai tinggi yang sama dengan kawan-kawan sebayanya. Tetapi pastikan tidak ada penyakit yang memengaruhi tinggi badan anak, dan pantau teratur tingginya. Konsultasikan ke dokter anak jika ada keraguan.
(Gambar diambil dari: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3GQPdB7lstJ7mJ2xJjTXp9WTLpkCyiy2lfIHZC_Zyt12apEIkYcLKKKCNUQOK1x1RISSEHMw55OEvpa-hkrDfPVUbi_EcN3qn8MW_p4_1oe1cNWuIX6Yx8Pb7CCHbtxsW13yg/s1600/height.jpg)