Wednesday, May 17, 2006

The Beginning of A Journey (Jambi part One)



Setelah hampir sebulan tidak menulis di sini, akhirnya ada kesempatan juga. Ceritanya kami sedang mampir sebentar ke Jakarta, setelah mengikuti pelatihan satu minggu di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) prop. Jambi, untuk dokter dan dokter gigi PTT angkatan 41 dan 35, yang memilih propinsi Jambi untuk lokasi PTT-nya. FYI, PTT atau pegawai tidak tetap adalah program pemerintah (dalam hal ini dilaksanak oleh Depkes) untuk semua dokter dan dokter gigi Indonesia yang ingin mendapatkan surat ijin praktik (SIP), sejak tahun 1991. Sebelumnya namanya Inpres atau WKS (wajib kerja sarjana). Bisa dikatakan inilah masa bakti wajib bagi dokter/dokter gigi. Dan pelaksanaannya bisa ditunda, misalnya ketika seorang dokter/gigi ingin mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) langsung setelah jadi dokter. FYI lagi, lebih dari 30 persen teman seangkatanku di FKUI sudah menjadi peserta PPDS. Aku masih harus banyak menabung untuk bisa melanjutkan spesialisasi Ada yang mau jadi sponsor biaya untukku? Hehehe

Singkatnya, sepuluh hari setelah melaksanakan pernikahan, aku dan istri segera meluncur ke Kota Jambi untuk menjalankan tugas sebagai dokter/dokter gigi PTT Pusat. Selama seminggu, 32 orang dokter/dokter gigi mengikuti pelatihan pra PTT yang diadakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi Jambi, untuk kemudian disebar ke sepuluh kabupaten/kota di propinsi Jambi, mulai dari Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Bungo, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Sarolangun, Batanghari, Kerinci, Merangin, dan Tebo. Silakan lihat peta untuk detil lengkapnya. Aku sendiri dan istri memilih dan ditempatkan di Kabupaten Muaro Jambi bersama tujuh orang dokter lainnya, dari berbagai almamater seperti UNISSULA Semarang, UNAIR Surabaya, UNAND Padang, UNSRI Palembang, UMY Yogyakarta, USAKTI Jakarta, dan YARSI Jakarta. Sebelum melaksanakan tugas di Puskesmas yang harus ditempuh menggunakan kendaraan offroad 4 WD (kebayang kan gimana akses menuju lokasi Puskesmas-nya? Hehehe), kami pulang sebentar ke Jakarta mengambil beberapa barang yang tertinggal.

Okeh, sekian untuk saat ini. Siap-siap untuk menjalankan tugas di Puskesmas yang relatif sepi pengunjung (karena memang terletak di daerah terpencil di Kabupaten Muaro Jambi), selama enam bulan ini tidak ada dokter/dokter giginya (penduduk sekitar berobat ke mantri/perawat yang menjabat sebagai kepala Puskesmas, dan kebetulan istrinya pun seorang bidan), mempersiapkan segala program preventif dan promotif (Puskesmas dibentuk bukan untuk kuratif/pengobatan semata, tetapi lebih pada aspek pencegahan penyakit dan penyuluhan hidup sehat), berpetualang menjelajah daerah-daerah yang terletak agak ke pedalaman dengan dikelilingi hutan kelapa sawit, memancing di pinggiran sungai Batanghari, mengemudi ambulans Puskesmas Keliling (Pusling) melewati jalan rusak dengan lobang mencapai 30 cm, dan tenang hidup berumah tangga alias cuci-masak-membersihkan rumah sendiri sebagai pasangan suami istri yang baru belajar. Hehehe.

Belum kebayang kapan bisa online lagi dan kirim tulisan ke MP. Mohon doanya

dr Arifianto
drg Ratna Sari

2 comments:

Tonang Dwi Ardyanto said...

Wah, saya ikut senang dengar nada tulisannya nih, kelihatannya mantep banget, sudah yakin. Bagaimana kabarnya dr Apin? Kalau ada no HP, ada no telp, siapa tahu bisa kontak-kontak ya.

Selamat jadi pasangan muda hehehe ....

Keluarga Maulizal said...

Waaah sepertinya asik bgt "petualangan" dinasnya. Good Luck yah dr Apin. Semoga sukses selalu. Salam Buat Istri tercinta :)

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...