Salahnya Puyer
Terinspirasi dari laporan jaga harian pagi ini…
Kasus syok anafilaktik yang diduga akibat alergi obat. Anak umur 5 tahun. Sebelumnya pasien hanya sakit ringan, batuk pilek saja. Pergi ke dokter, diberi resep puyer, dan ditebus obatnya.
Meneketehe. Inilah dilema memberikan puyer. Terlepas dari masalah di atas, puyer tidak memiliki dasar ilmiah. Lihatlah ke semua negara lain, termasuk negara tetangga atau negara yang lebih miskin di belahan Afrika, tidak ada satupun yang memberikan obat dalam bentuk puyer. Bayangkan saja, beberapa jenis obat, digerus dalam satu wadah/lumpang, kemudian dikerok dengan kertas, dan dibagi-bagi ke beberapa lembaran kertas puyer dengan mata telanjang. Yakin bahwa tiap kertas puyer memiliki dosis miligram yang sama? Diberikan ke anak kecil pula (tentu saja, namanya juga puyer), yang dosisnya harus benar-benar akurat. Penyimpangan dosis sebesar sekian miligram dapat menimbulkan efek samping dan keracunan obat. Belum lagi potensi interaksi kimiawi/farmasetik antar obat yang dicampur dalam satu sediaan. Bisa jadi mengurangi potensi obat, sehingga pemberian obat tidak memberikan efek (lalu untuk apa diberi obat), atau menyebabkan potensi efek samping dan toksisitasnya meningkat. Yang timbul adalah penyakit baru gara-gara minum puyer. Kemudian lumpang yang belum bersih benar digunakan lagi untuk mencampur obat-obatan baru dari pasien lain. Logikanya adalah sangat mungkin tercampur dengan serbuk sisa obat-obatan sebelumnya.
Penyakit apa sih memangnya yang harus diberi obat sedemikian banyak? Batuk-pilek akibat infeksi virus?
Kalau anak memang butuh obat, ya jangan minta puyer. Minta saja sirup dengan sendok/pipet takarnya.
Comments
saya tertarik dengan info tentang "salahnya puyer" begini pak dokter...
sekalian nanya kali ya...
anak saya umur 7 bulan beberapa hari yang lalu sakit (pilek , batuk dan matanya merah...seperti sakit mata juga )lalu,saya bawa ke dokter spesialis,karena info dari orang2 dokternya bagus..( tapi belum tahu juga bagus dari segi apa )makanya saya bawa ketempat beliau...kemudian setelah diperiksa saya diberi resep dan saya tebus... ternyata ada obat "puyer" disitu... sebenarnya apakah obat puyer itu memang sah untuk anak bayi seumur anak saya, yang saya takutkan terlalu banyak kandungan yang bla..bla..bla ( sepertyi yang bpk jelaskan diatas tadi )??
yang kedua, apa ada obat untuk penyakit seperti anak saya selain puyer...?? ( karena semua orang di daerah saya yang berobat ke dokter itu dengan sakit pilek juga kebanyakan diberi puyer juga dok...)
terima kasih ...
Dectrick
meskipun saya sendiri lebih senang memberi sirup.
Kmaren ini anak saya jg sakit dok (12bulan), muntah, mencret air, lemes, panas tinggi - hasil diagnosa : radang tenggorokan, dikasih obat nya Puyer juga. Saya kasih, abis itu anak saya jadi tidur mulu, (kurleb dlm 1 -2 hari), dan susunya diganti dulu jadi yg free lactose. Dan abis itu udah mulai ceria lagi (total sakit dan pemberian obat = 6 hari) Dan sembuh.
Apa jadinya klo saya ga tebus puyer itu ? Bisa lebih lama sembuhnya, atau malah krn lemes n ga mau mimi susu (makan tetep mau) takutnya daya tahan tubuh makin lemah n kena sakit laen. Apa gak kesian dok ? Gak mau minum susu soalnya, stiap mimi susu, muntah terus.
Jadi bingung nih dok mau jadi orang tua bijak....
Mohon pencerahan lagi dok :)
jadi merasa bersalah
waktu di puskesmas sayah sering banget kasih puyer
bahkan sebelum anamnesa,m tangans aya sudah muali menulis resep puyer kalo pasien anak
PCT, CTm, GG, ef, L Vitc vit Bc
hahahaha
jadi merasa tertampar
mungkin disini ahli2 pharmacist yang da getol belajar farmakologi obat dan interaksinya berperan.......
namanya juga obat mungkin ada interaksi obat pas saat di gerus dengan obat lainnya.......
klo ga salah ga semua obat bisa di buat syrup.....klo ada juga mahal.....pasti kemampuan si pasien dalam hal materil juga perlu diperhatikan......
mungkin kerjasama antara dokter dan pharmacist di Indonesia kurang.......
makanya dalam kasus puyer Dokter yang jadi sorotan
TerimaKasih....salam
Ki Ageng
Sebaiknya tidak ada kata saling menyalahkan antara asisten apoteker, apoteker ataupun dokter...dan juga tidak ada yang salah dengan puyer..toh, dia benda mati.. koq sampai2 masyarakat jadi phobia dengan puyer..
Seharusnya ada kerjasama yang baik antara farmasis di Indonesia dengan dokter.. (Walaupun terkadang seorang farmasis tidak terlalu diperhatikan, meskipun begitu saat ini farmasis mencoba bangkit dan membuktikan eksistensi dirinya, dan hal itu perlu bantuan dari para dokter)..
Untuk sirup, masih ada koq di apotek&puskesmas sediaan sirup kering dan terkadang juga ada kok dokter yang meresepkan campuran puyer yang digabung dengan sirup kering, yang kemudian ditambah dengan air sehingga berbentuk sediaan sirup, yang artinya "apa bedanya antara sirup dan puyer"..
Boleh saya meminta pendapat anda sebagai seorang dokter tentang resep racikan..?.. Kan tidak hanya puyer yang diracik, bisa berupa sediaan kapsul, sirup, salep dan semuanya bukan hanya untuk anak keciltapi bisa juga untuk orang dewasa... Kalau anada bersedia silahkan kirim ke je.apt08@gmail.com
Biar saya lebih bisa belajar dan mendalami profesi yang akan saya hadapi..
Thanks b4
Wah,saya setuju sekali dengan pendapat mba anindi..
masalahnya bukan di puyer tapi pengawasan tentang pembuatan sediaan puyer itu...
dalam hal ini menurut saya setiap profesi kesehatan harus merasa sejajar,sebagai mitra dan harus bekerja sama untuk kebaikan bersama juga terutama untuk kesembuhan pasien.
Puyer menurut saya tidak salah kok, hampir setiap obat paten juga terdapat beberapa campuran jenis obat yang dijadikan satu...cuma bedanya,di industri obat itu mungkin ya ada bagian yang mengontrol standar obat tsb.
Terus yang kedua,si pembuat resep puyer (dalam hal ini dokter,pasti tho???)ya harus dengan keikhlasan mengakui kesalahannya,kalau suatu saat ia memang salah meresepkan(Bagaimana dokter apakah sudah siap dikritik bila melakukan kesalahan?),misalnya resep itu tidak sesuai standar misalnya aturan dosis,sifat-sifat obat yang seharusnya tdk boleh dicampur,tapi malah dipuyerkan dsb(namanya jg manusia kan wajar klu khilaf),karena itu alangkah baiknya klu praktek dokter tidak langsung memberi puyer,tapi resep saja..
Apalagi profesi selain dokter,ya harusnya ditegaskan,untuk tdk boleh meresepkan,apalagi membuat puyer sendiri.
Dalam hal ini saya sering menyaksikan sendiri,di klinik or puskesmas,bahwa bidan dan mantri pun memberi puyer,wah bener gak itu?
pak dokter ..
saya ingin tanya , sebenarnya yang berhak menulis resep itu siapa ?
kalo kita lihat di negara2 maju dokter itu hnya mendiagnosa apa penyakit dari pasien ?
dan yang menentukan obat apa, bentuk sediaan yang bagaimana dan dosis yang tepat adalah teman sejawat ( apoteker ) dari dokter itu sendiri ?
bagaimana itu pak dokter .. mohon penjelasan nya
terima kasih ..
wassalam
memang ada kekurangan dan kelebihannya, memang peresepan puyer khususnya untuk anak anak banyak diresepkan oleh dokter. Apoteker dalam peracikan resep sudah mempelajari ilmu yang berkaitan tentang obat, stabilitas dan inkompabilitasnya, jadi seharusnya apoteker tahu apa saja permasalahan2 dalam resep tersebut sehingga bisa menghubungi dokter apabila ada permasalahan dalam stabilitas, kompatibilitas dan dosis sebelum meraciknya. tapi memang di sini saya masih belum tahu di Indonesia bagaimana kualitas apoteker di sini. Apoteker meracik resep berdasarkan permintaan dokter, dan bisa diketahui bahwa puyer lebih tidak stabil daripada bentuk sediaan tablet. namun untuk anak khususnya bayi, memang tidak bisa dipungkiri bahwa peresepan obat untuk bayi ada dosis khususnya, dan sediaan yang khusus untuk bayi dosis harus diperhitungkan secara teliti, perlu kerjasama antara apoteker dan dokter.
oh iya soal kebersihan, di kampus saya diajarkan selalu menjaga kebersihan dalam peracikan, dan meracik resep tidak asal campur saja.. apoteker tidak diajarkan untuk 'kemproh'.setelah selesai meracik obat mortir dan stamper selalu dicuci dengan air dan sabun sampai bersih dan dikeringkan dengan lap bersih.
saya jujur sebagai mahasiswa farmasi jadi semakin tertantang untuk membuat sediaan yang dosisnya pas untuk bayi namun juga aman dan nyaman dipakai untuk bayi. terima kasih... artikel yang cukup menarik dan semakin membuat saya termotivasi untuk semakin mempelajari bidang pendidikan yang saya ambil ini...