Mereka yang tinggal di Jakarta dan di kota-kota besar lainnnya, wajar di hari libur mencari tempat berlibur di luar kota. Anak-anak juga perlu dikenalkan dengan... lingkungan outdoor yang penuh dengan tanaman rimbun dan hewan liar. Buat saya, masalahnya hanya satu ketika mengunjungi tempat-tempat wisata outdoor ini: orang-orang yang bebas merokok. Tanpa peduli orang-orang lain di sekitarnya mengisap asap rokok dengan seluruh racunnya. Mereka para perokok adalah orang-orang yang jelas menzalimi orang-orang lain. Dalam hati saya membatin, tidakkah mereka menyadari dosa yang sedang mereka lakukan? Apakah mereka orang-orang yang tidak mengimani adanya hari Akhir?
Saya sepakat seluruh orang yang terlibat dalam rokok ini adalah orang-orang zalim. Mulai dari produsen yang konon orang-orang terkaya di negeri ini, para perokok, semua orang yang terlibat dalam iklan rokok mulai dari perusahaan advertising, sampai bintang iklannya, lalu karyawan perusahaan rokok, dan para penjualnya.
Lalu muncullah komentar ini. Kalau pabrik rokok ditutup, bagaimana dengan ribuan karyawannya? Mereka adalah kelompok ekonomi lemah yang harus menghidupi istri dan anak-anaknya. Lihat juga para penjual rokok asongan, bagaimana dengan penghasilan pas-pasan yang mereka dapatkan untuk menyambung hidupnya sehari-hari?
Saya akan menanggapinya: jika sudah jelas riba itu haram, apakah hidup harus terus dalam jeratan riba? Lalu jika sudah jelas mengenakan jilbab itu wajib hukumnya, apakah harus menunggu sampai "terjilbabi dulu hatinya", baru menjilbabi tampilan luarnya?
Allah sudah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya, termasuk hewan yang melata di tanah dan burung yang keluar dari sarangnya. Apakah manusia tidak yakin dengan jaminan rezeki dari sumber-sumber halal yang sudah Allah berikan?
Lalu saya menengok pasien-pasien kecil saya yang berkali-kali dirawat dengan pneumonia. Menderita dengan sesak napasnya. Dan ketika saya tanya, apakah ada yang merokok di rumah? Mayoritas jawabannya seragam: iya, ada yang merokok. Apakah ayahnya, kakeknya, pamannya, atau yang lainnya. Kalau mereka para perokok ini lalu dicekik lehernya dan merasakan sesak naps seperti yang dialami anak-anak penderita pneumonia ini, apakah mereka mau?
Berhentilah merokok sekarang!
Lalu muncullah komentar ini. Kalau pabrik rokok ditutup, bagaimana dengan ribuan karyawannya? Mereka adalah kelompok ekonomi lemah yang harus menghidupi istri dan anak-anaknya. Lihat juga para penjual rokok asongan, bagaimana dengan penghasilan pas-pasan yang mereka dapatkan untuk menyambung hidupnya sehari-hari?
Saya akan menanggapinya: jika sudah jelas riba itu haram, apakah hidup harus terus dalam jeratan riba? Lalu jika sudah jelas mengenakan jilbab itu wajib hukumnya, apakah harus menunggu sampai "terjilbabi dulu hatinya", baru menjilbabi tampilan luarnya?
Allah sudah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya, termasuk hewan yang melata di tanah dan burung yang keluar dari sarangnya. Apakah manusia tidak yakin dengan jaminan rezeki dari sumber-sumber halal yang sudah Allah berikan?
Lalu saya menengok pasien-pasien kecil saya yang berkali-kali dirawat dengan pneumonia. Menderita dengan sesak napasnya. Dan ketika saya tanya, apakah ada yang merokok di rumah? Mayoritas jawabannya seragam: iya, ada yang merokok. Apakah ayahnya, kakeknya, pamannya, atau yang lainnya. Kalau mereka para perokok ini lalu dicekik lehernya dan merasakan sesak naps seperti yang dialami anak-anak penderita pneumonia ini, apakah mereka mau?
Berhentilah merokok sekarang!