Kapan bayi mulai susah makan? Padahal awal awal #MPASImasih semangat makannya. Disuguhkan apa saja mau. Biasanya, pada usia 8-10 bulan, mulailah si bayi susah makan. Alias tidak makan seperti biasanya. Entah porsi makannya yang berkurang, hanya beberapa suap saja. Atau makannya tidak semangat, jadi sering diemut. Atau tidak mau makan nasi. Maunya makan “cemilan”. Padahal karbohidrat kan nggak melulu nasi ya? Hehe.
Maka jadikan saat makan bayi/anak menyenangkan, karena pendamping ikut terlihat makan, berada dalam posisi “sejajar” dengan bayi/anak, sama-sama duduk dan memegang sendok, bahkan dengan menu yang relatif sama apabila bayi sudah lebih besar, dan ajak bicara dengan ekspresi wajah dan suara menyenangkan dan bersemangat.
Tapi, kadang, namanya orangtua, ada aja yang nggak puas. Pokoknya: anak saya harus mau makan seperti dulu lagi. Gampang makannya.
Andaikan bayi-bayi yang umurnya belum 1 tahun ini bisa bicara, mereka pasti akan ngomong: “Bu, aku maunya makan ini. Aku nggak mau makan itu. Aku bosan!” Atau: “aku maunya pegang sendok sendiri. Aku nggak mau disuapi!” Atau: “Aku nggak mau makan dicampur semua jadi satu. Rasanya sama saja bagiku. Meskipun aku tahu masakannya selalu berganti dan enak. Aku maunya dipisah-pisah. Kan aku bosaaann.”. Atau, “aku maunya makanan persis sama dengan Ayah dan Ibu. Aku nggak mau dibedakan! Aku nggak mau bubur tim. Memangnya nggak boleh ya?”. Atau ia akan mengambil HP, membuka aplikasi, dan memesan menu di G*-food atau G**b-food sesuai keinginannya π
“Dok, anak saya susah makan. Ada vitamin penambah nafsu makan buat anak saya?”
Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa? Karena memang nggak ada yang namanya “vitamin penambah nafsu makan”. Anak-anak yang susah makan ya dievaluasi dan dianalisis: kenapa susah makan? Jadi harus BERPIKIR. Silakan tanya kepada para konsultan nutrisi anak, tidak ada yang meresepkan “vitamin” penambah nafsu makan. Tapi kalau mau tetap dikasih “resep” untuk penambah nafsu makan anak, boleh juga. Ini saya kasih.
Resepnya dari guru saya, dr. Purnamawati, Sp.A(K):
1. Lapar.
2. Enak.
Iya, supaya anak mau makan dan nafsunya tinggi, maka berikan makan ketika ia lapar, dan makanannya harus enak! Setuju kan? Ini pun sejalan dengan Sunnah Rasulullah.
Makanya dalam konsep “properly fed” dalam pemberian MPASI dari WHO, bayi/anak harus dikenalkan rasa lapar dan kenyang sesuai prinsip #responsivefeeding.
Makanan juga harus enak. Enak menurut si bayi/anak lho ya. Kadang sang pembuat masakan sudah merasa masakan yang dibuatnya enak, karena selalu variatif. Tapi bagi si bayi: kok dicampur terus sih π’ Kok bentuknya tim campur “gado-gado” π Aku kan bosan.
Ngomong ngomong, vitamin itu sebenarnya apa? Memangnya nggak penting. Nah, wajib baca ya di http://milissehatyop.org/caping-16-obat-nafsu-makan-apa-ya/
Tulisan guru saya. Singkat kok.
Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa? Karena memang nggak ada yang namanya “vitamin penambah nafsu makan”. Anak-anak yang susah makan ya dievaluasi dan dianalisis: kenapa susah makan? Jadi harus BERPIKIR. Silakan tanya kepada para konsultan nutrisi anak, tidak ada yang meresepkan “vitamin” penambah nafsu makan. Tapi kalau mau tetap dikasih “resep” untuk penambah nafsu makan anak, boleh juga. Ini saya kasih.
Resepnya dari guru saya, dr. Purnamawati, Sp.A(K):
1. Lapar.
2. Enak.
Iya, supaya anak mau makan dan nafsunya tinggi, maka berikan makan ketika ia lapar, dan makanannya harus enak! Setuju kan? Ini pun sejalan dengan Sunnah Rasulullah.
Makanya dalam konsep “properly fed” dalam pemberian MPASI dari WHO, bayi/anak harus dikenalkan rasa lapar dan kenyang sesuai prinsip #responsivefeeding.
Makanan juga harus enak. Enak menurut si bayi/anak lho ya. Kadang sang pembuat masakan sudah merasa masakan yang dibuatnya enak, karena selalu variatif. Tapi bagi si bayi: kok dicampur terus sih π’ Kok bentuknya tim campur “gado-gado” π Aku kan bosan.
Ngomong ngomong, vitamin itu sebenarnya apa? Memangnya nggak penting. Nah, wajib baca ya di http://milissehatyop.org/caping-16-obat-nafsu-makan-apa-ya/
Tulisan guru saya. Singkat kok.
No comments:
Post a Comment