Bagaimana Dokter 'Membodohi' Pasien

Tulisan ini sebenarnya menceritakan tentang penyakit tuberkulosis paru (TB paru) atau TBC paru.
"Bu, anaknya kena flek paru ya. Ini saya obati. Minum obatnya harus sampai enam bulan, tidak boleh putus," kata seorang DSA (dokter spesialis anak).
"Kata dokter anaknya sakit apa?" tanyaku.
"Flek paru," jawab si ibu.
"Oo.. TBC," timpalku lagi, dengan nada santai.
"Haa, TBC? Masa' sih, Dok?" si ibu kaget. Mukanya agak memerah.
"Iya, flek paru itu ya TBC," jawabku, lagi-lagi dengan nada santai.
Di bawah aku ambil persis dari situsnya IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia):
Banyak sekali anak-anak yang divonis sebagai ΄flek paru΄ dan harus menjalani ΄hukuman΄ minum obat jangka lama, paling tidak hingga 6 bulan. Jika ditanyakan kepada orangtuanya apa yang dimaksud flek paru? Biasanya orangtua pasien tidak tahu, Bila ditanya lebih lanjut apakah anaknya mendapat obat yang membuat air seninya berwarna merah? Jika jawabnya "Ya" kemungkinan besar yang dimaksudkan sebagal ΄flek paru΄ adalah tuberkulosis/TB paru atau saat ini disebut TB saja.
Mengapa dokter tidak menyatakan sebagai TB? Sebagian kalangan di masyarakat beranggapan bahwa TB bukan penyakit yang ΄bergengsi΄, Beda misalnya dengan penyakit jantung yang dianggap lebih ΄terhormat΄, Sebagian pasien tidak berkenan jika dinyatakan sakit TB. Khawatir pasien tidak dapat menerima, dokter berusaha menyamarkan penyakitnya dengan istilah flek paru. Saat ini umumnya pasien sudah berpikiran terbuka dan dapat menerima jika dinyatakan sakit TB. Sebaiknya dokter berterus terang menyatakan sakit TB tanpa menyamarkan dengan istilah flek paru yang justru tidak mendidik pasien.
Itulah sekilas tulisan dr. Darmawan Budi S, SpA(K) yang berjudul "΄Flek Paru΄ Istilah yang Rancu: Informasi Singkat Tentang Tuberkulosis (TB) Anak". Tulisan ini kemudian mendorongku untuk tidak 'membodohi' pasien dengan istilah 'flek paru'. Kalau memang TB ya katakan saja TB. Jaman telah berubah. Pasien cukup kritis untuk mengetahui diagnosis pasti penyakitnya. Bahkan tidak jarang, penjelasan yang tidak utuh menciptakan terapi tidak adekuat. Istilah 'flek' yang kurang menakutkan, membuat pasien tidak patuh meminum obatnya. Ah, toh cuma 'flek' ini. Padahal TB harus diobati minimal enam bulan, tanpa adanya putus obat yang berisiko menciptakan resistensi kuman Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Penderita TB yang sudah resisten (kebal) terhadap obat jauh lebih membahayakan, baik bagi dirinya sendiri (risiko perberatan dan komplikasi penyakit) maupun orang lain (jika menularkan).
Hal lain adalah: cukup sukar mendiagnosis TB pada Anak, dibandingkan dengan pada dewasa. Dengan ilmu kedokteran yang terus berkembang, dokter dan dokter spesialis anak yang tidak memperbaharui ilmunya, seringkali menggunakan perangkat yang tidak tepat dalam mendiagnosis TB pada Anak. Berlandaskan pada keluhan tidak spesifik (batuk lama, padahal seringkali batuk akibat alergi, bukan infeksi, berat badan sukar naik, dan demam hilang-timbul), ditambah gambaran Rontgen penuh 'flek' (sukar membedakan gambarannya dengan batuk-pilek biasa), langsung saja dokter mendiagnosis TB dan mengobatinya. Padahal obat TB Anak yang terdiri atas tiga kombinasi obat berbeda mempunyai efek samping, dan harus dimetabolisme di hati dan ginjal. Jika penggunaannya tidak tepat, bisa menimbulkan efek samping yang lebih buruk dibandingkan keuntungannya minum obat.
Setidaknya dokter di Indonesia bisa menggunakan panduan berikut yang mudah diakses di situs GERDUNAS TBC (Gerakan Terpadu Penanggulangan TBC Nasional) mengenai alur deteksi dini dan rujukan TB pada Anak.
Hal-hal yang mencurigakan TBC :
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC yang BTA positif
2. Terdapat reaksi kemerahan lebih cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi
3. Berat badan turun tanpa sebab jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
4. Sakit dan demam lama atau berulang, tanpa sebab yang jelas.
5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu.
6. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang spesifik.
7. Skrofuloderma.
8. Konjungtivitis fliktenularis.
9. Tes tuberkulin yang positif (>10 mm).
Dengan setidaknya tiga dari gejala di atas, seorang anak boleh memulai terapi obatnya.
Tidak semua dokter dan dokter spesialis anak mengetahui dan mau menggunakan panduan ini. Masih banyak yang lebih mengandalkan pada pembacaan Rontgen satu posisi saja misalnya, tanpa melakukan tes tuberkulin (uji Mantoux). Padahal panduan ini disusun mengadaptasi WHO yang merancangnya khusus untuk dapat digunakan di negara berkembang, melalui berbagai penelitian dan pengujian lapangan.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah: obat TB GRATIS di semua Puskesmas. Ya, gratis boo, gretong, free. Tidak harus berobat ke dokter spesialis yang meresepkan obat paten dengan harga di atas seratus ribu rupiah sekali datang. Padahal penyakit ini terutama ditemukan pada sosioekonomi menengah ke bawah, yang sangat pikir-pikir kalau mau berobat. Ketiadaan biaya malah membuat sesorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TB di seluruh Puskesmas di Indonesia, dan menimbulkan komplikasi berat seperti meningitis, TB tulang, TB milier, dan lainnya yang dapat mengancam nyawa.
Selengkapnya mengenai TB dapat dibaca di situs WHO dan TB Indonesia.
Menyambut hari TB sedunia 24 Maret ini.
Comments
Saya lebih suka memberi istilah "blanket policy" seperti pada kasus perbankan. Hampir sama dengan sering muncul istilah "gejala xxx". Dokternya paham tidak boleh menegakkan diagnosa tanpa pemeriksaan lengkap, sehingga menyebut "gejala". Sedangkan pasiennya pun sering berusaha mencari keyakinan "tapi baru gejala kan dok". Jadilah klop, blanket policy.
Para ekonom tahu persis, kebijakan blanket policy tidak sehat, apalagi para dokter bila diterapkan pada bidang kesehatan. Masalahnya, dalam hal apakah dokter benar-benar membodohi pasien? Atau sebaliknya pasienya yang memang masih "bodoh"? Bagi saya, yang bodoh adalah kita yang berdiam diri tidak meluruskan blanket policy tersebut. Tetapi - maaf - kita juga "bodoh" kalau tergesa-gesa menilaai salah satu dari dua pihak itu yang "bodoh" atau "membodohi" pihak lainnya.
Kita tidak boleh bodoh. Ya kita, siapapun kita adanya, bukan hanya dokter, bukan hanya pasien.
Salam,
tonang
Saya sependapat dengan dokter dengan istilah flek yang disamakan dengan TB paru. Saya memiliki pengalaman pribadi, anak saya penderita asma, sering kali batuk bila terpapar dingin, es, debu (alergen lain). Saat RO dinyatakan ada infiltrat pada kedua paru. Oleh dokter yang memeriksa disebut sebagai flek. setelah kami tanyakan lebih lanjut, dokter akhirnya mengatakan kemungkinan TB. Saya merasa dokter ini menganggap kami ini mungkin semua pasien tidak akan paham dengan istilah TB padahal sekarang informasi apapun sangat mudah dicari, via internet misalnya.
Akhirnya kami sebagai orang tua mencari second opinion dari dokter anak yang lain. Hasilnya? Belum dokter kedua justru mengatakan asma dan pneumonia, bingung neh jadinya.
Akhirnya kami memutuskan untuk tes TB dengan mantoux saja tanpa nasehat dokter. Memang belum terlaksana karena sangat sulit membujuk anak kami agar mau disuntik. Kami tidak ingin dia trauma. Kesimpulannya kadang penjelasan dari dokter kadang membingungkan, sampaikan saja pada pasien hal yang sebenarnya karena tidak semua pasien "bodoh".
Salam,
Triyana
Istilah-istilah TB Paru
TB paru :
- BTA (+), kultur (+), radiologis (+) dan klinis (+)
- BTA (-), kultur (-),radiologis (+) dan klinis (+)
Dan ada perbaikan setelah diterapi OAT
TB paru tersangka :
BTA (-), kultur (-), radiologis (+) dan klinis (+)
Dalam 2 bulan sudah harus ditentukan TB paru atau bukan
Bekas TB paru
Riwayat TB paru, radiologis bekas TB (+), stabil serial, BTA (-) dan kultur (-)
Penderita TB paru dengan dahak (+) dan BTA (+) :
- BTA (+) 2x
- BTA (+) 1x, radiologis (+)
- BTA (+) 1x, kultur (+)
Penderita TB paru dengan dahak (-) dan BTA (-) :
-BTA 3x (-), radiologis TB paru aktif dapat langsung diterapi
-BTA 3x (-), kultur (+) dapat langsung diterapi
Kasus Baru
-Belum pernah mendapat OAT
-Mendapat OAT kurang dari 1 bulan
Kasus Kambuh :
-Pernah dapat OAT sembuh, kemudian aktif lagi
Kasus gagal :
-BTA (+) setelah OAT > 5 bulan
-Berhenti berobat setelah 1 – 5 bulan OAT dan BTA (+)
Kasus Kronik :
- BTA (+) setelah pengobatan ulang dengan pengawasan yang baik
Trims
Saya mau tanya apa yang dimaksud dengan TB Tulang?
Kebetulan De mantan penderita TB dan baru aja nulis tentang TBC tulang secara lebih lengkap di blog.
Liat disini yah: http://www.masrafa.org/2008/09/03/tbc-tulang/
anak saya baru berusia 7 bulan , berat badannya selama 3 bulan terakhir mengalami penurunan, terakhir di timbang hanya 6,1 kg, karena penasaran saya datang ke salah satu dokter spesialis yang dianggap bagus di daerah tempat sy tinggal,tanpa banyak bertanya lagi dokter menyuruh anak saya di test mantoux dan rontgen dan hasilnya baru diketahui 2 hari kemudian, terus terang saya bingung dengan cara dokter ini mendiagnosis, dia tidak menanyakan apa maksud saya datang, dia hanya melihat bb dan umur anak kemudian dia tanya apakah dirumah ada pembantu yang batuk, ya..saya jawab memang ada setelah tiu dia menyuruh tes mantoux dan rontgen....dan hasilnya dinyatakan positif plek paru..atau TBC, terus terang saya kaget dan merasa tidak enak, karena ingin tahu lebih banyak saya berusaha bertanya lebih lanjut...tp sayang dokternya jutex ,saya malah dimarahi, pertanyaan saya kalah penting dengan jam prakteknya yang akan berkurang klu melayani pertanyaan saya, saya sungguh kecewa, saya putuskan untuk pindah dokter...hanya maslahnya saya khawatir dengan pengobatan yang dilkaukan oleh dokter yang berbeda apakah akan menghambat pengobatan yang sedang berjalan, waktu 6 bulan adalah waktu yang lama, saya butuh keyakinan dengan saran atau nasehat dari dokter yang bisa di ajak kerja sama,saya kan bayar cukup mahal lo dan ga gratisan...., gmn menurut dokter arif??????
saya jg heran dg dokter yang merawat anak saya sejak bayi lahir,knp sudah mjd "langganan" cukup lama tp br MENGATAKAN anak saya kena TB stlh sy cukup "keras"dlm menanyakan apa yg terjadi dg anak saya.setiap anak sy batuk pilek/ISPA SELALU mengatakan anak saya BAIK-BAIK SAJA!apanya yang baik????????????????????lhawong anak saya kena TB kok bilang baik???tolong donk para dokter...sampaikan apa yang sebenarnya terjadi bila memang sdh diketahui atupun mash suspect,sehingga kamipun sbg orang tua pasien tidak DOWN ketika hrs mendengar DIAGNOSA yg ada.sekarang tdk ada pasien bodoh,tp kami takut dg info2 yg membodohi kami,yg pada akhirnya akan melunturkan semangat kami untuk selalu berkonsultasi dg dokter2.
trims
saya jg heran dg dokter yang merawat anak saya sejak bayi lahir,knp sudah mjd "langganan" cukup lama tp br MENGATAKAN anak saya kena TB stlh sy cukup "keras"dlm menanyakan apa yg terjadi dg anak saya.setiap anak sy batuk pilek/ISPA SELALU mengatakan anak saya BAIK-BAIK SAJA!apanya yang baik????????????????????lhawong anak saya kena TB kok bilang baik???tolong donk para dokter...sampaikan apa yang sebenarnya terjadi bila memang sdh diketahui atupun mash suspect,sehingga kamipun sbg orang tua pasien tidak DOWN ketika hrs mendengar DIAGNOSA yg ada.sekarang tdk ada pasien bodoh,tp kami takut dg info2 yg membodohi kami,yg pada akhirnya akan melunturkan semangat kami untuk selalu berkonsultasi dg dokter2.
trims
saya jg heran dg dokter yang merawat anak saya sejak bayi lahir,knp sudah mjd "langganan" cukup lama tp br MENGATAKAN anak saya kena TB stlh sy cukup "keras"dlm menanyakan apa yg terjadi dg anak saya.setiap anak sy batuk pilek/ISPA SELALU mengatakan anak saya BAIK-BAIK SAJA!apanya yang baik????????????????????lhawong anak saya kena TB kok bilang baik???tolong donk para dokter...sampaikan apa yang sebenarnya terjadi bila memang sdh diketahui atupun mash suspect,sehingga kamipun sbg orang tua pasien tidak DOWN ketika hrs mendengar DIAGNOSA yg ada.sekarang tdk ada pasien bodoh,tp kami takut dg info2 yg membodohi kami,yg pada akhirnya akan melunturkan semangat kami untuk selalu berkonsultasi dg dokter2.
trims
Bagaimana cara membujuk pasien dewasa agarr tetap rutttin minum obat..truz tterang ssaya kualahan
Usia ayah saya 70 tthn...memang hsl diagnosa rontgen. Menunjukkkan addanya flek2..
Apkh settiap bercak menunjukkan indikasi TB???
anak saya juga divonis flek paru ..hmmm sudah minum obat merah 9 bulan duh capek nya.... tapi sampai sekarang masih ada batuk-batuk mudah2an bukan karena flek paru (tbc)
1. Pneumonia yang dialami usia 20 hari termasuk pneumonia neonatal, berbeda dengan pneumonia pada bayi > 1 bulan.
2. Yang sekarang apakah pneumonia atau TB paru? Kalo pneumonia, anaknya sesak. Kalo TB: diagnosis utamanya berdasarkan gejala. Mantoux dan Rontgen membantu diagnosis.
3. Minta third opinion saja ke dokter anak lain, atau ke SpA subspesialisasi paru anak.
Apin
Anak saya perempuan, umur 8 bulan 21 hari. Berat badannya 8,53 kg.
Pada tanggal 22 Februari 2014, anak saya menderita panas sampai dengan 39 derajat, dsa menyarankan untuk dirawat inap, namun saya blg boleh ga dirawat di rumah? akhirnya dsa memberikan antibiotik dan puyer, serta memberikan obat penurun panas yang dimasukkan dari lubang anusnya. Setelah 3 hari kemudian, suhunya sudah normal kembali dan anak saya sudah beraktifitas seperti biasa. O iya, dok.. pada saat itu, bb anak saya 8,38 kg.
Lalu, pada tanggal 3 April 2014, anak saya panas lagi sampai 38 derajat. Saya bawa berobat, dan diberi sanmol serta puyer (tapi tidak dikasih antibiotik). Dsa-nya blg apabila 3 hari tidak turun jg maka harus dibawa lagi ke dokter. Saat itu bb-nya ditimbang sekitar 8,4 kg.
Setelah 3 hari, karena panasnya naik turun, dan terakhir tgl 7 April 2014 panasnya mencapai 40 derajat, akhirnya dibawa ke dokter lg, dan dsa menyuruh untuk dirawat inap serta dicek darah. Saat itu bb-nya masih 8,4 kg. Hasil cek darah, led-nya mencapai 70 mm. Anak saya dirontgen dan menurut hasil rontgen tsb ada putih2 di sekitar parunya.
Sekitar 4 hari dirawat inap, dan setelah panasnya turun, anak saya boleh pulang ke rumah. Lalu 3 hari kemudian, kami bawa dia kontrol lg ke dokter, ternyata dokter blg harus mengikuti mantoux test 3 hari lagi. Saat itu, bb-nya menurun menjadi 8,3 kg.
3 hari kemudian, atau tepatnya tgl 17 April 2014, anak saya dimantoux test dan dsa menyuruh untuk datang lg 3 hari kemudian.
Tgl 20 April 2014, kami bawa anak kami ke dokter, dan menurut dokter hasil test mantoux-nya positif, ada lingkaran kurang lebih 1cm di bekas suntikannya. Dan dokternya blg harus diberikan obat untuk penyakit tb-nya. Berat anak saya pada saat itu justru meningkat menjadi 8,5 kg.
Kata dsa-nya, berdasarkan led, hasil rontgen dan mantouxt test tersebut, anak saya positif tb. Apakah itu betul, dok? Karena saya masih agak sangsi juga, mengingat hasil test mantoux tsb rasanya tidak ada bedanya dari pertama dia disuntik mantoux, dan tidak ada 1 cm jg.. Mohon infonya, dok.. apa yang harus saya lakukan.. Terima kasih.
Salam,
Martha O.S.
sy mempunyai putri yg dinyatakan flek oleh DrSPA, dan hrus mjalani minum obat slm 6 bl. yg sy mau tanya apa boleh kelupaan jam minum obat? (rutinnya minum jam 5 pagi) krn lupa sy minumkan jam stngh 10 pagi, krn sy bru ingat klo blum minum obat. bgmn dokter?.
terimaksih,
salam ivana
Siang ini 2016-10-26:13:00 saya dapat informasi jika anak saya yang berumur 3 bulan.dinyatakan positif TB. lalu dokter memberikan obat OAT yang berbentuk puyer yang harus diminum selama 6 bulan. Lalu yg saya ingin tanyakan :
1. apakah obat OAT hanya berupa puyer?
2. apakah baik jika ASI dicampur dengan OAT yang berbentuk puyer?
3. apakah boleh dilakukan imunisasi pada masa pengobatan dan Adakah side effect pada bayi 3 bulan?
Mohon pencerahannya.
Best regard