Monday, June 01, 2015

Lagi-lagi tentang RUM

Berhubung sejak pagi kepala saya dipenuhi dengan kata "RUM" alias rational use of medicine, saya jadi ingin menyampaikan suatu hal (mohon maaf bila ada yang tidak berkenan).
Let's say....there's a hospital that many people labeled it as a "RUM"-hospital. Well that might be. But now....hmmm
Saya lagi-lagi hanya ingin bilang: teruslah belajar, sebagai orangtua, bagi anak-anak kita khususnya. Orangtua adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap kesehatan anak-anaknya. Mungkin banyak orangtua yang ingin mendapatkan dokter yang "RUM" buat anaknya. Kalaupun harus dirawat, orangtua ingin anaknya dirawat di RS yang "katanya" dikenal RUM. Tapi faktanya: tidak. Kondisi di lapangan tidak selalu seperti apa yang diharapkan. Fakta yang ada tidak selalu ideal. Maka salah satu solusi yang tersisa adalah: jadilah orangtua yang "RUM" dulu bagi anak-anaknya.
Pelajari apa kondisi yang mengharuskan segera ke dokter, kapan tidak. Pelajari bagaimana sesak napas dan dehidrasi itu.
Pahami bahwa demam itu tidak mematikan, tapi dehidrasi lah yang mematikan. Tidak punya parasetamol di rumah? Tidak perlu panik. Lebih penting punya oralit di rumah.
Bacalah artikel-artikel penyakit tersering pada anak. Tentunya dari situs-situs kesehatan yang reliable. Bukalah www.milissehat.web.id, www.kidshealth.org, dan www.mayoclinic.com.
Jika orangtua harus berkonsultasi dengan dokter, jadi tahu bahwa hak yang harus diperoleh adalah: mendapatkan diagnosis dalam bahasa medis, mendapatkan penjelasan terapi, dan diberitahu kapan kondisi yang mengharuskan kembali ke dokter.
Terima kasih buat guru-guru yang sudah mengajari kami para dokter apa "RUM" itu. Maka kami pun punya tanggung jawab menyebarkan ilmu ini kepada para orangtua.

2 comments:

Hajah Sofyamarwa said...

Wah baru tau dokter punya blog. Jalan jalan dulu disini :D

Hajah Sofyamarwa said...

Wah baru tau dokter punya blog. Jalan jalan dulu disini :D

Vitamin Penambah Nafsu Makan

“Dok, anak saya susah makan. Ada vitamin penambah nafsu makan buat anak saya?” Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa?...