Friday, January 19, 2018

Apakah sabun antiseptik lebih baik dibandingkan sabun biasa?


“Hati-hati main di lantai, Nak. Banyak bakteri berbahaya yang bisa buat sakit.” Sang Ibu mengingatkan putranya yang berusia 5 tahun. Sepertinya pesan yang disampaikan berulang kali oleh iklan sudah merasuk mantap ke dalam konsep berpikirnya. Bakteri itu berbahaya, dan bisa buat sakit. “Nanti cuci tangan pakai sabun antiseptik ya.” Ibunya menambahkan.

Di tempat lain.
“Sabun hebat melindungi dari kuman yang kuat. Sebelum antibiotik, bantu cegah dengan sabun antiseptik.” Sayup-sayup terdengar suara ini dari televisi. Sambil mengiris bawang di dapur, Ibu mendengarkan pesan komersial ini berulang kali. Ia juga teringat iklan yang lain. Anak-anak berisiko terpapar dengan berbagai kuman pembuat sakit berhari-hari. Di tubuh, di tangan, penuh dengan berbagai kuman termasuk bakteri yang dikesankan sebagai tokoh jahat. Maka sabun antiseptik mampu mencegah berbagai risiko penyakit ini. Masalahnya adalah: benarkah fakta ini? Benarkah sabun antiseptik yang digunakan sehari-hari untuk mandi atau mencuci tangan, dan bisa dibeli bebas di toko terbukti efektif mengurangi kejadian penyakit seperti infeksi saluran napas dan infeksi saluran cerna? Atau kembali ke prinsip pertanyaan: apakah bakteri yang sehari-hari berinteraksi dengan tubuh kita, termasuk anak-anak kita, adalah bakteri jahat pembuat sakit?

Apabila kita coba telusuri berbagai referensi (beberapa saya sampaikan di akhir tulisan), maka kita akan mendapati fakta “mengejutkan” akhir-akhir ini: sabun antiseptik tidak terbukti efektif mencegah penyakit seperti yang banyak dipercaya, bahkan memiliki beberapa risiko buruk bagi kesehatan. Badan pengawas obat dan makanan (POM) Amerika Serikat (FDA) sudah mengeluarkan rilisnya beberapa tahun lalu bahwa perusahaan-perusahaan produsen sabun antiseptik diminta mengevaluasi kembali produknya, sebelum dinyatakan masih layak diteruskan produksinya atau tidak. Apa saja yang perlu diketahui tentang sabun antiseptik?

- Sabun antiseptik, atau antibakterial/antimikrobial, adalah sabun yang ditambahkan bahan antibakteri seperti triclosan dan/atau triclocarban (bahan-bahan lain tidak dibahas di sini). Maka baca kemasan produk yang disebut mengandung antiseptik, baik pada sabun cair/batang, pasta gigi, sampo, larutan pel, matras, karpet, sampai peralatan dapur sehari-hari.

- Kembali dulu kepada prinsip bahwa MAYORITAS bakteri di alam semesta adalah BAIK. Bakteri yang membuat sakit hanyalah sedikit sekali dari semua bakteri yang ada. Sejak manusia lahir, maka bakteri menghuni seluruh tubuh manusia, dengan jumlah yang diperkirakan 10x lipat lebih banyak dari jumlah sel penyusun tubuh. Jadi bakteri baik mendampingi manusia sepanjang hidupnya di dunia. Penggunaan antibiotik yang ditujukan khusus untuk membunuh bakteri jahat, secara tidak tepat, berpotensi membunuh bakteri-bakteri baik di tubuh kita dan lingkungan tempat tinggal kita. Di sisi lain, mayoritas penyakit pada anak dan dewasa disebabkan oleh infeksi virus yang tidak membutuhkan antibiotik. Maka ketika iklan gencar “menyosialisasikan” kata kuman, maka harus diperjelas:
- Virus?
- Bakteri baik penghuni tubuh (komensal) atau lingkungan sekitar?
- Atau bakteri jahat pembuat sakit (patogen)?
Agar jelas kapan butuh antibiotik (baca: antiseptik) dan kapan tidak.

- Apa penyebab tersering selesma dan flu? Virus kan. Tidak perlu antibiotik. Apa penyebab tersering diare? Virus lagi. Tidak perlu antibiotik. Kecuali selesma/flu yang menjadi pneumonia dan diare disertai darah (disentri).

- FDA menyimpulkan dari hasil kajiannya bahwa penggunaan sabun antiseptik TIDAK TERBUKTI lebih baik dari sabun biasa non-antiseptik dalam mencegah penyakit infeksi yang sering disebutkan. Lalu bagaimana cara mencegah infeksi akibat berbagai virus dan bakteri yang ditransmisikan lewat tangan kita? Ya cuci tangan dengan air mengalir, selama 20 detik, cukup dengan sabun biasa. Cuci tangan dibuktikan sebagai salah satu langkah terbaik dalam mencegah berbagai penyakit infeksi saluran napas dan saluran cerna.

- Hand sanitizer yang misalnya mengandung alkohol 60 persen dan sabun antiseptik khusus di RS tidak masuk dalam definisi sabun antiseptik yang dijual bebas di pasaran dan diiklankan bebas di berbagai media. Pencegahan infeksi di RS dengan 6 langkah cuci tangan sangat penting dalam mencegah infeksi nosokomial yang berpotensi membahayakan nyawa, apalagi dengan ancaman berbagai bakteri resisten antibiotik di RS.

- Apa hal yang sering dikhawatirkan terhadap penggunaan sabun antiseptik berlebihan? Ya betul, risiko terjadinya resistensi antibiotik. Ketika antiseptik (baca: antibiotik) ikut mematikan bakteri-bakteri baik di kulit, maka lama kelamaan akan terbentuk bakteri resisten (mekanismenya panjang dan rumit), dan menambah daftar panjang resistensi antibiotik yang dibentuk oleh penggunaan antibiotik tidak rasional (antibiotik untuk infeksi virus, antibiotik spektrum luas untuk infeksi bakteri yang hanya membutuhkan spektrum sempit). Kekhawatiran ini memang masih kontroversial, karena bukti jelas bahwa penggunaan triclosan/triclocarban berhubungan langsung dengan resistensi antibiotik belum utuh, tetapi hipotesis banyak mengkhawatirkan risiko ini. Selain itu lembaga konsumen di Eropa ada yang menyatakan bahwa kandungan triclosan/triclocarban di bawah 0,3 persen masih dianggap aman. Unilever sendiri yang dianggap produsen nomor 1 dunia dalam produk perawatan tubuh harian, menyatakan akan menarik triclosan/triclocarban dalam seluruh produknya paling lambat akhir tahun 2018. Mari kita lihat buktinya nanti.

- Kandungan antiseptik dalam sabun diteliti dalam eksperimen hewan memengaruhi fungsi endokrin, misalnya terhadap hormon tiroid. Ada yang mengkhawatirkan risiko jangka panjang berupa infertilitas, pubertas dini, obesitas, dan kanker. Penelitian lain menunjukkan penggunaan triclosan yang sering berhubungan dengan meningkatnya risiko alergi. Mungkin ini disebabkan karena berkurangnya paparan terhadap bakteri, yang sebenarnya dibutuhkan dalam pembentukan sistem imun dan fungsinya. Bahan antiseptik ini ternyata bisa melewati lapisan kulit, dan ada penelitian yang menunjukkan triclosan terdeteksi dalam urin/air seni. Dalam skala besar di lingkungan, triclosan yang larut lewat akumulasi di aliran air ke tanah melalui saluran pembuangan air, akhirnya dapat mengganggu kemampuan fotosintesis ganggang. 

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Ya, rajin mencuci tangan dan mandi cukup menggunakan sabun biasa saja. 

Beberapa referensi:
https://www.fda.gov/ForConsumers/ConsumerUpdates/ucm378393.htm
https://m.huffpost.com/us/entry/14046710
https://www.smithsonianmag.com/science-nature/five-reasons-why-you-should-probably-stop-using-antibacterial-soap-180948078/
https://www.unilever.com/about/innovation/Our-products-and-ingredients/Your-ingredient-questions-answered/Triclosan-and-triclocarban.html







No comments:

Vitamin Penambah Nafsu Makan

“Dok, anak saya susah makan. Ada vitamin penambah nafsu makan buat anak saya?” Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa?...