Friday, January 22, 2016

Semoga Allah Mengabulkan Harapan Ibumu, Nak!

"Besok 40 harinya anak saya, Pak." Ibu di hadapan saya bersuara lirih. Matanya berkaca-kaca. "Waktu itu jam 12 malam dia bilang ingin pulang ke surga. Jam 1 pagi kejang dan langsung dibawa ke IGD. Sempat 4 hari di PICU, tapi tidak tertolong." Kini kedua matanya basah.
"Anaknya cakep, Pak. Umurnya 9 tahun. Saya sekolahkan di sekolah agama (madrasah ibtidaiyah). Cita-citanya ingin jadi pilot, supaya bisa terbang. Sekarang dia sudah terbang selama-lamanya, dan tidak kembali lagi." Suaranya terisak. Wanita berumur 40-an tahun ini mengusap matanya dengan kaosnya.
"Ini fotonya, Pak." Ia menunjukkan foto almarhum putra pertamanya di ponsel jadulnya. Mungkin ponsel generasi 10 tahun lalu. Gambar seorang bocah laki-laki berkacamata. Tampan. Tampak sehat.
"Tetangga-tetangga saya tidak percaya.anak saya pergi secepat itu." Suaranya bergetar menahan isak tangisnya. Kesedihan seorang ibu yang ditinggal anak laki-laki pertamanya yang baru dilahirkannya pada usia mendekati paruh baya. Tapi ia terus ingin bercerita pada saya.
"Sekarang anak laki-laki saya tinggal yang satu ini. Satu-satunya harapan saya." Tatapannya beralih pada bocah berusia 15 bulan yang terbaring merintih dengan selang oksigen di hidungnya. "Anak yang sakit-sakitan sejak bayi. Doakan ya Pak, supaya anak ini sehat."
Anak ketiganya yang saat ini sedang dirawat memang sudah kali ke limanya berada di ruang rawat kami. Bayangkan saja, usia 15 bulan sudah bolak-balik dirawat. Pastinya lemah nian daya tahan tubuhnya. Sejak 9 hari yang lalu masuk dengan pneumonia (radang paru-paru), dan awalnya dirawat di PICU. Alhamdulillah kondisinya berangsur membaik dan kini bisa dirawat di bangsal biasa. Perawatan sebelumnya pun dengan diagnosis yang sama. Bocah ini juga mengalami keterlambatan perkembangan global. Tengkurap saja belum bisa. Ibunya yang orang Sumatera menaruh harapan besar pada anak laki-lakinya satu-satunya ini.
Kutatap wajah si bocah kecil. Ia tersenyum balas menatapku. Mungkin ia paham dialog antara sang Ibu denganku. Semoga Allah mengabulkan harapan Ibumu ya Nak, ucapku dalam hati.

1 comment:

IndLest said...

Cerita yg sangat menyentuh...tks sharingnya Dok..

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...