Friday, January 22, 2016

Sedikit penjelasan tentang media sel dalam vaksin

Sulit untuk menjelaskan secara singkat. Bisa saja disalahpahami, khususnya bagi mereka yang memang dari awal sudah punya kerangka berpikir menolak imunisasi, atau vaksin itu haram! Apapun yang sudah dijelaskan, maka tidak akan menerimanya dan berpendapat "ah, yang bicara kan kelompok pro-vaksinasi, jadi ya wajar begitu pendapatnya." Anyway, saya coba jelaskan.
1. Vaksin adalah produk biologis. Diciptakan sekedar untuk merangsang terbentuknya sistem imunitas (daya tahan tubuh) terhadap kuman tertentu/spesifik. Maka proses pembuatannya menggunakan kuman (virus/bakteri) yang dibiakkan dalam media biologis pula, agar bisa diperbanyak sebaik mungkin.
2. Virus berbeda dengan bakteri. Virus bukanlah makhluk hidup. Virus butuh media sel hidup agar bisa diperbanyak untuk keperluan pembuatan vaksin massal. Dalam hal vaksin polio dan rotavirus, sel-sel yang diambil dari ginjal kera digunakan sebagai media tempat virus polio/rotavirus bisa diperbanyak.
Jadi ini sel dari ginjal kera ya. Bukan ginjal keranya.
3. Setelah virus berhasil diperbanyak, maka yang digunakan sebagai bahan vaksin yang nantinya akan masuk ke tubuh manusia adalah virusnya. Bukan sel-sel ginjal keranya!
4. Tidak semua vaksin virus menggunakan media sel ginjal kera dalam pembuatannya. Sebagai contoh, vaksin hepatitis B dan HPV menggunakan teknik rekayasa genetik DNA rekombinan (tidak pakai sel ginjal kera sama sekali). Vaksin campak dan influenza dibuat menggunakan media telur (tidak pakai sel ginjal kera). Vaksin MMR dan cacar air (varisela) tidak pakai sel ginjal kera juga.
5. Vaksin bakteri tidak menggunakan media sel hidup, karena bakteri sendiri adalah makhluk hidup yang bisa hidup independen, meskipun berada di luar sel hidup. Makanya bisa dibuat menggunakan media agar di laboratorium. Yang digunakan juga tidak selamanya bakteri secara utuh. Misalnya vaksin tetanus dan difteri hanya toksinnya. Vaksin PCV dan Hib dari polisakarida dinding selnya. Dst...
6. Bagi pembaca yang mungkin tidak punya latar belakang ilmu alam (IPA) atau tidak pernah bekerja di laboratorium, bisa jadi sulit memahaminya.
Segini dulu ya

No comments:

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...