Ya, obat pereda demam atau antipiretik semacam parasetamol dapat diberikan ketika anak demam, yaitu suhunya di atas 38. Tetapi banyak ahli bersepakat saat ini pemberian antipiretik sebenarnya lebih bertujuan untuk membuat anak merasa nyaman (tidak rewel), bukan segera menurunkan suhu badan. Artinya: katakanlah suhu anak 39 derajat selsius, tetapi masih bisa bermain dan berjalan-jalan, tidak rewel, maka tidak perlu buru-buru memberikan antipiretik. Toh demam diciptakan untuk memerangi infeksi agar cepat sembuh.
Untungnya tidak. Tidak ada hubungan antara tingginya suhu tubuh dengan risiko kejang demam. Kejang demam (KD) hanya dialami oleh mereka yg memiliki "bakat" untuk terjadi KD. Bila tidak punya "bakat", suhu di atas 40 derajat selsius pun tidak menjadi KD. Lagipula, kejang demam (bukan meningitis/ensefalitis ya) tidak merusak otak.
Fakta lainnya adalah: antipiretik tidak dapat mencegah terjadinya KD pd mereka yg mempunyai bakat.
Wah, hal yg serupa ternyata juga terjadi pada anak-anak saya. Jika dipaksa minum, malah dimuntahkan. Lalu ia menangis karena kesal. Terjadilah perang kecil. Hehe. Buat saya, filosofi anak menolak minum obat penurun panas adalah: ia menolak (tanpa disadarinya) tubuhnya segera dinyamankan dengan minum obat. Meskipun seringkali juga antipiretik tidak berhasil menurunkan suhu dan menyamankan anak. Toh, tanpa diberikan antipiretik apapun, tubuh akan menurunkan sendiri suhu tubuhnya. Kita memiliki termostat di hipotalamus yg mengatur suhu tubuh tidak " bablas" ketinggian. Pada suhu maksimal tertentu, tubuh akan menurunkan sendiri demamnya.
Yah...akhirnya selama demam dan ia tidak nyaman plus tidak mau minum obat, kita nyamankan dengan cara menggendongnya, memeluknya, membacakannya cerita, dan memastikan cukup minum. Karena yg dikhawatirkan pd demam sesungguhnya adalah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) karena terbuang oleh panas.
Inilah yg namanya FEVER PHOBIA! Takut ya sama demam? Hehe.
Seingat saya, penelitian menunjukkan pemberian antipiretik lewat dubur (supositoria) tidak lebih efektif dibandingkan dengan obat minum dalam meredakan demam. Selain itu, kebanyakan anak tidak suka dan mengalami trauma psikologis bila diberikan obat lewat dubur. Lalu kapan obat seperti ini dapat diberikan? Misalnya pd anak-anak dengan hiperpireksia yg dirawat di RS, dengan kecurigaan infeksi susunan saraf pusat, dan/atau ada kontraindikasi pemberian obat minum, padahal tingginya suhu harus diatasi.
Sudah kita bahas alasan-alasan sebelumnya ya Anak yg sedang demam karena sakit cenderung kurang istirahat karena tidak nyaman badannya. Maka ketika ia sedang tidur, jangan dibangunkan hanya "sekedar" untuk memaksanya minum obat. Biarkan ia beristirahat. Toh artinya ia sedang tidak rewel juga kan.
Ternyata tidak juga. Malah ibuprofen lebih cenderung memberikan efek samping mengiritasi lambung. Parasetamol juga bukannya tanpa risiko. Pemberian yg overdosis dapat merusak hati (liver).
Ternyata seharusnya tidak seperti ini! Dosis obat, termasuk parasetamol, diberikan sesuai berat badan, bukan usia. Bisa saja seorang anak mengalami overweight atau sebaliknya underweight, sehingga beratnya tidak sama dengan anak-anak sebayanya. Bisa saja obat yg diberikan malah underdosis atau bahkan overdosis. Sepatutnya orangtua tahu cara menghitung dosis obat secara sederhana, misalnya saja dosis parasetamol adalah 10 sampai 15 miligram per kilogram berat badan per kali pemberian. Lalu tinggal dikonversi kepada mililiter yg berlaku di sediaan obat.