Sunday, October 29, 2017

Pemberian Suplemen dan Antibiotik

Dok, anak saya usianya hampir 5 tahun, tapi malas mengunyah sehingga setiap kali makan bisa sampai satu jam. Dia pun enggan minum susu. Padahal saya sudah berusaha telaten menyuapi dan rajin mengingatkan untuk minum susu. Untuk meningkatkan staminanya, saya berikan dia biofos, madu, dan sari kurma. Benarkah tindakan saya ini?
Sejak kecil anak saya juga sering batuk, Dok. Mungkinkah ini pengaruh dari asma yang saya idap? Jika batuknya agak berat, dokter selalu memberi antibiotik. Apa pemberian antibiotik suatu keharusan atau adakah cara lain? Terima kasih.
Retno, Bojonegoro
Ibu Retno, ada empat hal yang akan saya jawab. Pertama, anak Ibu sudah cukup besar, bukan bayi lagi. Coba amati mengapa ia membutuhkan waktu makan yang lama dan mengunyah lambat. Kondisi tersering adalah anak bosan makan nasi. Orangtua pun cenderung memberi label anak “susah makan” karena tidak mau makan nasi (mengingat nasi adalah makanan utama kebanyakan orang Indonesia).
Sebagian anak adalah pemilih makanan (picky eater), maka orangtua harus menyesuaikan keinginan dan selera makan anak, tanpa mengurangi kualitas nutrisinya. Tawarkan jenis makanan pengganti karbohidrat yang variatif, misalnya beras merah, kentang, gandum, jagung, dan sagu. Jangan lupa, lauk berupa protein dan lemak, serta pendamping sayur dan buah di tiap porsi makan.
Satu hal penting yang perlu kita pahami, minum susu tidaklah wajib. Maka jangan paksa anak untuk minum susu tiap hari bila ia tidak menyukainya. Susu dibutuhkan sebagai sumber kalsium, dan Ibu dapat mengganti kalsium dari sumber makanan hewani lainnya. Pemberian makanan yang bervariasi diharapkan dapat meningkatkan selera makan anak.
Kedua, penyebab batuk berulang harus ditelusuri, salah satunya dengan konsultasi ke dokter. Asma mungkin saja salah satu penyebabnya, namun orangtua yang asma tidak secara langsung menurunkannya pada anak. Apa ada orang dewasa yang merokok di sekeliling anak? Faktor ini sering terlupakan sebagai penyebab batuk anak, yaitu sebagai second-hand bahkan third-hand smoker.
Ketiga, sampai saat ini belum ada satu pun suplemen yang terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau stamina anak. Prinsipnya, berikan makanan sesuai kebutuhan nutrisi anak, yang mencakup makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral). Ibu bisa membuka situs www.choosemyplate.gov untuk melihat contoh-contohnya.
Yakinlah, selama anak Ibu tidak mengalami penyakit yang menekan daya tahan tubuh seperti HIV, leukemia, dan kanker lain, atau minum obat-obatan steroid jangka panjang, maka daya tahan anak baik-baik saja. Sering mengalami batuk pilek tidak berarti daya tahan tubuh lemah. Anak yang sudah bersekolah jadi sering sakit karena tertular infeksi virus berulang dari kawan-kawannya. Perlu diingat, infeksi virus dapat sembuh sendiri seiring waktu.
Terakhir, antibiotik hanya diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Sebagian besar penyakit infeksi pada manusia, termasuk anak-anak, disebabkan infeksi virus yang sama sekali tidak membutuhkan antibiotik. Pemberian antibiotik berulang justru dapat membunuh bakteri-bakteri baik di tubuh anak dan menjadikannya makin rentan sakit. Batuk “agak berat” belum tentu butuh antibiotik, apabila penyebabnya bukan infeksi bakteri. Ibu bisa mempelajari masalah bahaya antibiotik di situs www.react-yop.or.idwww.milissehat.web.id, dan blog saya, www.arifianto.blogspot.com.
*Rubrik ini diasuh oleh dr. Arifianto, SpA atau akrab dipanggil Dokter Apin. Ia juga menulis buku "Orangtua Cermat Anak Sehat" dan Buku Pro Kontra Imunisasi
sumber: http://ummi-online.com/berita-991-pemberian-suplemen-dan-an… (tautan ini sudah tidak tersedia)

No comments:

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...