Satu hal yang seringkali saya tidak bisa jawab adalah ketika orangtua membawa anaknya berobat ke dokter lain, lalu ia bertanya hal-hal seputar kondisi anaknya via SMS/WA/messenger/e-mail:
"Anak saya sakit apa menurut Dokter?"
"Apakah saya perlu meminumkan obatnya?"
"Apakah anak saya perlu dibawa lagi ke Dokter?"
Jawaban saya singkat saja: "mengapa Ibu/Bapak bertanya ke saya? Kenapa tidak bertanya ke dokter yang memeriksa anak Ibu? Saya kan tidak periksa anaknya."
Atau: "maaf saya tidak bisa jawab karena tidak periksa anaknya".
Maaf...
Saya jadi bertanya lagi, kenapa Bapak/Ibu tidak menanyakan hal-hal tersebut ke dokternya saat masih di ruang periksa?
Dokternya tidak ramah? (ah, masa sih?)
Waktu konsultasi terlalu singkat? Atau apa?
Ada satu solusi yang mungkin bisa mengatasinya, yaitu: tanyakan tiga hal ini ke dokter Anda saat di ruang periksa, atau singkatnya " Tanya 3" (T3). Saya terjemahkan dari kampanye "ask 3 questions"
1. Apa diagnosis anak saya?
2. Apa pengobatan yang diberikan?
3. Kapan saya harus khawatir dan segera kembali membawanya ke dokter?
Ini penjelasannya:
1. Mintalah diagnosis dokter dalam BAHASA MEDIS, bukan bahasa semacam "radang tenggorok", "flek", "paru-paru basah", dan "tampek". Apakah: diare akut, selesma, flu, TB, pneumonia, bronkiolitis, dll.
Khawatir pasien tidak paham dengan istilah medis berbahasa latin ini? Ini manfaatnya:
Satu, penjelasan dokter mengenai diagnosis dalam memudahkan pasien mencari informasi lebih lanjut akan penyakitnya di media semacam internet. Pasien dapat menggali sendiri informasi yang tidak didapatkannya di ruang periksa karena keterbatasan waktu.
Kedua, dokter tetap menjelaskan diagnosis ini dalam bahasa yang mudah dipahami pasien tentunya.
2. Dokter tidak sekedar menulis resep, tetapi juga menjelaskan apa saja obat yang diberikan, dosis, cara pakai, dan kemungkinan efek sampingnya. Bahkan, dalam banyak kasus yang saya hadapi sehari-hari dan tidak ada obat yang diresepkan pada akhirnya, NASEHAT MEDIS saja adalah salah satu bentuk TERAPI.
Kunjungan ke dokter tidak harus selalu berakhir dengan peresepan obat, bukan?
3. Nah, ini tidak kalah penting. Kadang hal ini juga terlewat saat konsultasi dengan dokter. Inilah pentingnya orangtua mempelajari dasar-dasar penyakit anak, minimal kondisi-kondisi gawat darurat pada anak. Medianya sudah banyak, bukan? Buku, situs internet, dll.
Semoga bermanfaat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?
(tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...
-
Pernah menjumpai bercak kemerahan, cenderung berwarna oranye (merah-)?bata) di popok bayi Anda? Bahkan muncul berulang kali! 😱 Normalkah ha...
-
Ternyata tidak pada sebagian besar kasus. Infeksi jamur penyebab sariawan terjadi pada anak-anak dengan daya tahan tubuh menurun, seperti m...
-
Topik ini sepertinya sudah lebih dari sekali saya bahas, dalam thread yang berbeda. Tapi tak apalah, karena masih banyak yang bingung juga. ...
No comments:
Post a Comment