Akhir pekan lalu, dalam satu hari saya mendapatkan 3 anak berusia 2-4 tahun yang datang ke IGD dengan kejang demam. Semuanya dirujuk untuk dirawat. Berbahayakah kejang demam? Apakah harus dirawat?
1. Secara garis besar, ada 2 kondisi yang ditandai dengan kejang disertai demam, yaitu:
- kejang demam, yang umumnya tidak merusak otak sama sekali, dan
- infeksi susunan saraf pusat (SSP), yang sering saya bahasakan sebagai "infeksi otak", dan sangat potensial merusak otak
- kejang demam, yang umumnya tidak merusak otak sama sekali, dan
- infeksi susunan saraf pusat (SSP), yang sering saya bahasakan sebagai "infeksi otak", dan sangat potensial merusak otak
2. Apa bedanya? Kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh demamnya (suhu > 38 derajat selsius). Sedangkan infeksi SSP yang ditandai dengan kejang dan demam, penyebab kejangnya adalah infeksi kuman (virus/bakteri/lainnya) di dalam SSP. Infeksi ini juga ditandai dengan gejala demam.
3. Bagaimana membedakannya? Kejang demam paling lama berhenti sendiri dalam 15 menit (jarang sekali sampai selama ini). Setelah kejang anakpun kembali sadar dengan sendirinya.
Pada infeksi SSP seperti meningitis dan ensefalitis, kejang bisa berlangsung lebih dari 15 menit, dan pasca kejang anak cenderung tidak sadar. Kejang juga sering berulang dalam waktu yang berdekatan.
Pada infeksi SSP seperti meningitis dan ensefalitis, kejang bisa berlangsung lebih dari 15 menit, dan pasca kejang anak cenderung tidak sadar. Kejang juga sering berulang dalam waktu yang berdekatan.
4. Kejang demam yang sebenarnya tidak berpotensi merusak otak ini pun dibagi 2, yaitu kejang demam sederhana (kejang < 15 menit, tidak berulang) dan kejang demam kompleks (kejang > 15 menit, berulang dalam 24 jam).
5. Hal TERPENTING nomor 1 adalah: tahu kapan harus membawa anak ke dokter/RS terdekat. Yaitu ketika: kejang berlangsung lebih dari 5 menit, dan setelah kejang anak tidak sadar. Begitu juga dengan kejang untuk pertama kalinya.
6. Hal TERPENTING nomor 2 adalah: tahu apa yang dilakukan ketika kejang terjadi. Yaitu:
- miringkan posisi badan anak (agar tidak tersedak bila saat kejang anak sedang makan/minum)
- jangan masukkan apapun ke dalam mulut! Apakah itu sendok, kayu, atau jari tangan kita, dengan alasan khawatir lidah tergigit lalu putus! Tidak pernah ada laporan lidah putus karena anak kejang. Bagaimana bila justru jari kita yang terluka karena anak menggigitnya atau sendok yang kita masukkan patah? Bahaya baru. Apalagi yang meminumkan kopi kepada anak yang kejang!
- lihat jam! Bila kejang berhenti dengan sendirinya sebelum 5 menit, umumnya aman. Bila sudah 5 menit tak kunjung usai, segera bawa ke dokter terdekat.
- tetap tenang dan berdoa agar kejang segera berakhir
- miringkan posisi badan anak (agar tidak tersedak bila saat kejang anak sedang makan/minum)
- jangan masukkan apapun ke dalam mulut! Apakah itu sendok, kayu, atau jari tangan kita, dengan alasan khawatir lidah tergigit lalu putus! Tidak pernah ada laporan lidah putus karena anak kejang. Bagaimana bila justru jari kita yang terluka karena anak menggigitnya atau sendok yang kita masukkan patah? Bahaya baru. Apalagi yang meminumkan kopi kepada anak yang kejang!
- lihat jam! Bila kejang berhenti dengan sendirinya sebelum 5 menit, umumnya aman. Bila sudah 5 menit tak kunjung usai, segera bawa ke dokter terdekat.
- tetap tenang dan berdoa agar kejang segera berakhir
Lalu apakah perlu pemberian diazepam lewat dubur saat anak kejang? Apakah pemberian obat penurun panas dapat mencegah kejang? Apakah kejang harus dirawat? Dan makin tinggi suhu maka makin tinggi risiko kejang?
Satu hal yang perlu ditekankan adalah: kejang demam terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Apa artinya? Bila kejang disertai demam terjadi pertama kali pada usia sebelum 6 bulan, maka hati-hati, apakah ini memang kejang demam? Atau justru infeksi SSP?
Di sisi lain, anak-anak yang pernah mengalami kejang demam berulang, ketika umurnya sudah mencapai 5 tahun, maka orangtua seharusnya merasa lebih tenang. Karena risiko kejang demam sudah sangaat jauh berkurang. Bahkan jika anak-anak berusia di atas 5 tahun masih mengalami kejang demam, maka konsultasikan segera ke dokter.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah: kejang demam terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Apa artinya? Bila kejang disertai demam terjadi pertama kali pada usia sebelum 6 bulan, maka hati-hati, apakah ini memang kejang demam? Atau justru infeksi SSP?
Di sisi lain, anak-anak yang pernah mengalami kejang demam berulang, ketika umurnya sudah mencapai 5 tahun, maka orangtua seharusnya merasa lebih tenang. Karena risiko kejang demam sudah sangaat jauh berkurang. Bahkan jika anak-anak berusia di atas 5 tahun masih mengalami kejang demam, maka konsultasikan segera ke dokter.
Satu kalimat yang hampir selalu saya ulang saat menjelaskan kejang
demam pada orangtua adalah: "sampai demamnya reda, apakah dalam 3 atau 5
hari, insya Allah kejang tidak akan berulang lagi. Tapi kapanpun itu
sebelum umurnya 5 tahun, ketika 2 bulan atau 5 bulan lagi ia mengalami
demam, maka kejang demam bisa saja berulang. Tapi insya Allah tidak
merusak otak." Yang penting orangtua tahu kapan harus segera membawa
anak ke dokter dan tahu apa yang harus dikerjakan saat anak kejang.
Apakah kejang demam dapat dicegah dengan pemberian obat penurun panas segera? Ketika seorang anak pernah mengalami kejang demam untuk pertama kalinya, maka pada episode-episode demam berikutnya, orangtua hampir pasti segera memberikan penurun panas saat suhu badan anak mencapai 38 derajat selsius. Bahkan tidak jarang yang memberikan obat penurun panas lewat dubur, dengan asumsi demam akan lebih cepat turun dibandingkan dengan obat yang diminum.
Jawabannya adalah: tidak. Obat penurun panas sayangnya tidak dapat mencegah kejang demam, berdasarkan hasil penelitian.
Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kejang demam? Beberapa penelitian menunjukkan obat anti kejang semacam diazepam dapat mencegah kejang saat demam. Meskipun sebagian ilmuwan lain tidak menyukai pemberian diazepam sebagai obat pencegah kejang demam. Karena diazepam mempunyai efek samping membuat anak mengantuk, sehingga sulit menilai anak mengantuk karena efek samping obat atau karena penyakitnya? Padahal gejala-gejala yang dialami saat anak sakit akan memberi petunjuk kepada diagnosis dan terapinya.
Terakhir: perlukah antibiotik? Jawabannya adalah tergantung penyebab demamnya. Mayoritas kejang demam terjadi di hari pertama demam, ketika diagnosis belum jelas. Mungkin di hari ketiga atau kelima baru akan terjawab: ternyata anak akhirnya mengalami selesma, atau roseola, atau demam Dengue, yang semuanya disebabkan oleh infeksi virus yang tidak membutuhkan antibiotik. Atau malah demamnya karena infeksi saluran kemih yang membutuhkan antibiotik. Ketenangan orangtua dan kesabaran mengobservasi kondisi anak menjadi kata kuncinya.
Apakah kejang demam dapat dicegah dengan pemberian obat penurun panas segera? Ketika seorang anak pernah mengalami kejang demam untuk pertama kalinya, maka pada episode-episode demam berikutnya, orangtua hampir pasti segera memberikan penurun panas saat suhu badan anak mencapai 38 derajat selsius. Bahkan tidak jarang yang memberikan obat penurun panas lewat dubur, dengan asumsi demam akan lebih cepat turun dibandingkan dengan obat yang diminum.
Jawabannya adalah: tidak. Obat penurun panas sayangnya tidak dapat mencegah kejang demam, berdasarkan hasil penelitian.
Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kejang demam? Beberapa penelitian menunjukkan obat anti kejang semacam diazepam dapat mencegah kejang saat demam. Meskipun sebagian ilmuwan lain tidak menyukai pemberian diazepam sebagai obat pencegah kejang demam. Karena diazepam mempunyai efek samping membuat anak mengantuk, sehingga sulit menilai anak mengantuk karena efek samping obat atau karena penyakitnya? Padahal gejala-gejala yang dialami saat anak sakit akan memberi petunjuk kepada diagnosis dan terapinya.
Terakhir: perlukah antibiotik? Jawabannya adalah tergantung penyebab demamnya. Mayoritas kejang demam terjadi di hari pertama demam, ketika diagnosis belum jelas. Mungkin di hari ketiga atau kelima baru akan terjawab: ternyata anak akhirnya mengalami selesma, atau roseola, atau demam Dengue, yang semuanya disebabkan oleh infeksi virus yang tidak membutuhkan antibiotik. Atau malah demamnya karena infeksi saluran kemih yang membutuhkan antibiotik. Ketenangan orangtua dan kesabaran mengobservasi kondisi anak menjadi kata kuncinya.