Percaya dengan pernyataan di atas? Selama ini bahaya rokok dikaitkan dengan efek langsung dari kandungan asapnya yang terhirup masuk ke dalam saluran napas, baik oleh si perokoknya langsung, perokok pasif, second-hand atau third hand smoker. Tapi ada efek tidak langsung lain yang sering saya temui di lapangan.
Anemia, yang didefinisikan sebagai kadar hemoglobin darah di bawah 11 mg/dL, adalah kondisi yang dialami oleh banyak anal Indonesia. Jenis yang tersering dialami oleh anak Indonesia, maupun anak-anak di dunia, adalah anemia defisiensi besi. Jadi penyebab utama anemia pada anak di dunia adalah kekurangan zat besi, yang sebenarnya didapatkan dari makanan sehari-hari. Dengan kata lain, kondisi ini sangat terkait dengan asupan nutrisi.
Berdasarkan pengamatan sehari-hari, apalagi pada kelompok masyarakat menengah ke bawah, saya memperkirakan sekurang-kurangnya 50 persen anak balita yang saya temui mengalami anemia.
Kembali ke masalah nutrisi, sumber makanan kaya zat besi terutama didapatkan dari hewan, misalnya daging merah (red meat) dari sapi/kambing, dan hati ayam. Dan...umumnya harga daging lebih mahal daripada ikan dan sayuran. Sepanjang pengamatan saya, mayoritas masyarakat kurang mampu di negeri ini menomorduakan konsumsi daging. Mereka lebih mampu membeli sayur, telur, dan ikan. Tidak heran banyak anak Indonesia mengalami anemia.
Kembali ke masalah nutrisi, sumber makanan kaya zat besi terutama didapatkan dari hewan, misalnya daging merah (red meat) dari sapi/kambing, dan hati ayam. Dan...umumnya harga daging lebih mahal daripada ikan dan sayuran. Sepanjang pengamatan saya, mayoritas masyarakat kurang mampu di negeri ini menomorduakan konsumsi daging. Mereka lebih mampu membeli sayur, telur, dan ikan. Tidak heran banyak anak Indonesia mengalami anemia.
"Bu, anaknya mengalami " anemia" karena kurang makan daging." Saya jelaskan pada si Ibu apa anemia itu dan hubungannya dengan daging.
"Ya elah Dokter. Boro-boro makan daging. Paling dapat jatah daging kurban setahun sekali udah alhamdulillah." tanggap si Ibu polos.
"Bu, suaminya merokok tidak?" tanyaku.
"Iya Dok. Sehari bisa sampai sebungkus." Ia menceritakan kebiasaan suaminya yang hanya seorang buruh bangunan.
"Bu, bayangkan seandainya sebulan aja uang yang bapaknya pakai buat beli rokok dipakai untuk beli daging, mungkin anak Ibu nggak anemia seperti sekarang."
"Ya elah Dokter. Boro-boro makan daging. Paling dapat jatah daging kurban setahun sekali udah alhamdulillah." tanggap si Ibu polos.
"Bu, suaminya merokok tidak?" tanyaku.
"Iya Dok. Sehari bisa sampai sebungkus." Ia menceritakan kebiasaan suaminya yang hanya seorang buruh bangunan.
"Bu, bayangkan seandainya sebulan aja uang yang bapaknya pakai buat beli rokok dipakai untuk beli daging, mungkin anak Ibu nggak anemia seperti sekarang."
Inilah fenomena yang bisa dijumpai pada cukup banyak pria berkeluarga di kalangan ekonomi menengah ke bawah. Uangnya dihamburkan untuk beli rokok, sedangkan anak-anaknya kurang gizi dan mengalami anemia.
Sedih.
No comments:
Post a Comment