Bila merunut pada alasan mengapa orangtua tidak mau anaknya diimunisasi, sebenarnya pemikiran "anti-imunisasi" atau "anti-vaksin" bukanlah satu-satunya penyebab. Saya menyimpulkan ada tiga hal utama yang saya jumpai di ruang praktik.
1. Orangtua khawatir anaknya mengalami demam setelah diimunisasi. Faktor ini pula yang masuk dalam analisis survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 oleh Kemenkes, yang saya kutip di buku saya "Pro Kontra Imunisasi". Pada kenyataannya, kadang orangtuanya bersedia anaknya diimunisasi, tetapi sang nenek yang tidak mau dengan alasan ini (mungkin karena si ibu bekerja ya, jadinya si nenek yang harus menghadapi rewelnya cucu ketika demam. Hehe).
Padahal faktanya demam belum tentu terjadi setelah imunisasi (hanya imunisasi DPT yang paling tinggi potensi demam pasca imunisasi, meskipun tidak selalu, dan ini hanya satu dari sekian banyak vaksin lain yang jarang "buat demam"). Demam yang terjadi juga biasanya hanya sesaat, dan jarang terjadi kejang demam yang sebenarnya tidak "merusak otak". Silakan baca pembahasan saya terdahulu tentang demam.
Padahal faktanya demam belum tentu terjadi setelah imunisasi (hanya imunisasi DPT yang paling tinggi potensi demam pasca imunisasi, meskipun tidak selalu, dan ini hanya satu dari sekian banyak vaksin lain yang jarang "buat demam"). Demam yang terjadi juga biasanya hanya sesaat, dan jarang terjadi kejang demam yang sebenarnya tidak "merusak otak". Silakan baca pembahasan saya terdahulu tentang demam.
2. Petugas kesehatan tidak mau mengimunisasi anak yang mengalami batuk-pilek dengan/tanpa demam ringan. Ini adalah salah satu salah kaprah tersering yang membuat anak tertunda imunisasinya. Ia sudah datang ke Puskesmas atau dokter/bidan untuk diimunisasi, tetapi karena sedang sakit selesma, ia diminta pulang dan kembali untuk imunisasi bila sudah sehat. Jelas bahwa selesma sama sekali bukan halangan imunisasi. Terlambat diimunisasi justru berisiko membuat anak "keburu" sakit campak dan pertusis beneran.
3. Pemikiran anti-vaksin, yaitu menolak imunisasi karena alasan yang sudah sama-sama kita ketahui dan bahas di media sosial (isu halal-haram, mengandung bahan berbahaya, dan lain-lain)
No comments:
Post a Comment