Wednesday, May 13, 2015

Kisah Batuk

"Dok, anak saya sudah 2 bulan batuk. Saya sudah membawanya ke 2 dokter anak, diberi puyer racikan, sirup antibiotik, dan diuap. Tapi kok masih belum sembuh juga?"
"Katanya batuk yang lama dan tidak diobati bisa jadi flek ya?"
"Anak saya keluar cairan dari telinganya. Saya ditegur. Katanya gara-gara saya tidak mengobati batuk-pilek anak saya."
"Anak saya muntah tiap habis batuk. Saya tidak tega melihatnya. Apakah tidak ada obat untuk mengatasi hal ini?"
Tidak bisa dipungkiri, batuk adalah bagian dari kehidupan sehari-hari seorang anak. Keluhan ini juga yang membuat orangtua sering membawa anaknya ke dokter. Apa yang seharusnya dilakukan?
Sebelum kita membahas berbagai jenis batuk pada anak, pahamilah dulu bahwa BATUK bukanlah PENYAKIT. Batuk adalah gejala yang diciptakan oleh tubuh untuk mengeluarkan benda asing berupa virus/bakteri/debu dalam lendir/dahak dari dalam tubuh. Apa artinya? Ya, batuk adalah bagian dari sistem PERTAHANAN tubuh kita.
Lalu pahami juga bahwa obat-obatan yang ditujukan untuk meredakan batuk pada anak ternyata tidak terbukti efektif! Bahkan cenderung memiliki efek samping. Apa obat batuk paling manjur? Banyak minum jawabannya.
Apa penyebab tersering batuk pada anak?
Anda memiliki dua orang balita. Minggu lalu si sulung pulang sekolah membawa oleh-oleh batuk. Pekan ini si bungsu mulai batuk juga. Tidak berhenti di sini, Anda pun mulai merasakan tidak nyaman di tenggorokan. Apa penyebab batuk ping-pong yang hampir tiap bulan dialami anak-anak ini? Tidak lain dan tidak bukan: infeksi VIRUS yang akan SEMBUH SENDIRI seiring waktu. Ya. Infeksi virus jelas sama sekali tidak membutuhkan antibiotik.
Lalu bagaimana mengobatinya?
Jika dibuat daftar, berikut adalah penyebab batuk pada anak:
1. Selesma/common cold (rinovirus, adenovirus, RSV, dll)
2. Flu (virus influenza)
3. Alergi
4. Asma
5. Post-viral cough
6. Aspirasi benda asing
7. Pneumonia (virus/bakteri/jamur)
8. Bronkiolitis (RSV)
9. Pertusis (bakteri)
10. Croup
11. Tuberkulosis/TB (bakteri)
12. Psikogenik/stres psikologis
13. Dan lain-lain
Saya tidak akan membahas semua itu, tapi yang sering terjadi saja.
Pertama, selesma. Ya ternyata penyebab tersering batuk pada anak adalah selesma yang MURNI disebabkan oleh infeksi virus. Ada sekitar lebih dari 100 jenis virus yang dapat menyebabkan selesma. Sayangnya: selesma tidak ada obat anti-virus-nya. Ya, tidak ada satupun obat yang efektif dapat menyembuhkan selesma, padahal ini adalah penyebab tersering batuk pada anak. Kabar baiknya adalah: penyakit ini ringan dan sembuh sendiri seiring daya tahan tubuh (waktu).
Dulu pernah diusahakan menciptakan suatu vaksin yang dapat mencegah penyakit ini. Sayangnya tidak berhasil. Apa sebabnya? Terlalu banyak virus yang dapat menyebabkan common cold, dan uji klinisnya selalu gagal.
Apakah vaksin flu yang masuk dalam jadwal rutin imunisasi pada anak dapat membantu mengurangi terjadinya selesma? Ternyata tidak. Ya, jelas saja, vaksin flu membantu mencegah sakit influenza (penyebabnya HANYA VIRUS influenza saja) berat yang bisa menjadi pneumonia, tapi tidak mencegah selesma, karena virusnya beda.
Apakah obat-obatan pereda gejala seperti antitusif (penekan refleks batuk) dan pengencer dahak (mukolitik) dapat membantu meredakan gejala? Silakan baca tulisan terdahulu saya tentang batuk-pilek.
Sampai kapan selesma dapat berlangsung? Kalau sudah batuk dan pilek lebih dari seminggu, bukankah harus ke dokter?
Ya, umumnya selesma sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Dengan syarat: TIDAK ADA orang lain di sekitarnya yang sakit selesma juga. Masalahnya adalah, pada kebanyakan kasus tidak seperti ini. Ambil contoh, anak kita yang berusia 4 tahun mendapatkan selesma dari kawannya di sekolah. Tidak lama kemudian, adiknya yang berumur 2 tahun tertular juga. Si kakak sudah hilang demamnya dan mulai mereda batuk-pileknya, eh si adik mulai mengalami demam. Lusanya si ayah dan ibu yang ikutan selesma. Satu rumah sakit selesma! Ketika si kakak seharusnya sudah sembuh, jadi berkepanjangan karena virus dari adik dan ayah-ibu kembali menyerang dirinya. Batuk pun berkepanjangan menjadi 2-3 minggu, bahkan 1 bulan. Kedua orangtua sudah bolak-balik ke dokter dengan sekian obat yang saya ceritakan di awal kisah 3 hari yang lalu. Tapi kok tidak sembuh juga? Jelas saja, virusnya masih ada dan berputar-putar di rumah. Antibiotik yang diberikan tidak mempan, karena yang seharusnya dibunuh adalah virus, bukan bakteri. Malahan anak mendapatkan antibiotik yang seharusnya tidak ia dapatkan. Inhalasi alias terapi uap yang isinya obat asma pun tidak manjur, karena memang si anak tidak sakit asma.
Lalu apa obatnya? Sabar. Ini obatnya.
Benarkah bila batuk yang berkepanjangan ini bisa jadi pneumonia? Atau "flek" paru?
Apakah selesma alias batuk pilek infeksi saluran napas akut atas akibat infeksi virus yang tidak diobati dapat berlanjut menjadi pneumonia?
Kita kenali dulu, apa itu pneumonia? Yaitu peradangan di jaringan paru-paru, tepatnya di alveoli (kantong-kantong udara kecil tempat bertukarnya gas oksigen masuk ke pembuluh darah), sehingga alveoli terisi cairan.
(Anyway, mungkin ini asal muasal istilah paru-paru basah. Padahal paru-paru kering enak dimakan rasanya).
Akibatnya pertukaran oksigen terganggu dan anak mengalami sesak napas. Ya, jadi beberapa kesimpulan:
- Selesma adalah ISPA atas, dan pneumonia adalah ISPA bawah
- Gejala pneumonia adalah sesak napas. Terlihat dari tarikan dalam di sela-sela iga, napas cepat, dan napas cuping hidung. Kondisi ini tidak dijumpai pada selesma/common cold
Pneumonia memang berawal dari ISPA atas. Anak mengalami selesma terlebih dahulu. Dalam 1-2 hari atau bisa juga lebih dari 1 minggu kemudian, anak mengalami sesak napas. Saat inilah anak dicurigai terkena pneumonia.
Jadi...selesma memang bisa berlanjut menjadi pneumonia. Tapi tidak semua selesma akan menjadi pneumonia. Dan ini tidak ada hubungannya dengan "diobati" atau tidak. (Lagipula apa obatnya selesma yang merupakan infeksi virus yang sembuh sendiri?)
Selesma yang berlangsung berminggu-minggu bisa saja tidak akan pernah menjadi pneumonia. Dan selesma yang berlangsung 1-2 hari bisa saja menjadi pneumonia.
Kesimpulannya: kenali gejala pneumonia. Kalau jelas selesma ya ditangani sebagai selesma. Kalau diagnosisnya pneumonia ya diobati sebagai pneumonia.
Badan kesehatan dunia alias WHO memang menganjurkan pemberian antibiotik pada pneumonia, meskipun tidak semua penyebab pneumonia adalah infeksi bakteri. Tetapi karena pada kondisi fasilitas kesehatan terbatas sulit membedakan pneumonia virus dengan bakteri, dan angka kematian akibat pneumonia cukup tinggi, maka pemberian antibiotik dibenarkan.
Apa saja memangnya kuman tersering penyebab pneumonia?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pneumonia seringkali berawal dari infeksi saluran napas akut seperti selesma. Maka virusnya pun sama: rinovirus, adenovirus, dan RSV. Kita pahami bahwa infeksi virus, pneumonia sekalipun, sembuh dengan sendirinya dan tanpa antibiotik. Nah, pada kasus pneumonia berat yang merenggut banyak nyawa, antibiotik diberikan karena kemungkinan infeksi bakteri sebagai penyebab. Kuman terseringnya adalah Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dan streptokokus pneumoniae alias pneumokokus. Obatnya tentu pemberian antibiotik. Menyadari pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan kematian paling sering pada balita (bersama dengan diare), maka upaya pencegahan harus dilakukan. Salah satunya adalah pemberian imunisasi Hib yang alhamdulillah sudah tercakup dalam program imunisasi cuma-cuma dari pemerintah (kombinasi dengan vaksin DPT dan hepatitis B). Vaksin lainnya adalah pneumokokus konjugat (PCV) yang sayangnya masih mahal harganya (belum disubsidi pemerintah) dan serotipe kuman yang terkandung di dalam vaksin masih kadang diperdebatkan efektivitasnya.
Penyebab lain yang patut dipertimbangkan di masa ketika jumlah orangtua yang menolak anak-anaknya diimunisasi adalah pertusis. Ya pertusis alias batuk rejan kini diduga mengalami peningkatan kasus dan komplikasinya adalah pneumonia yang berujung kematian. Padahal penyakit ini bisa dicegah dengan vaksin DPT. Obat pertusis adalah antibiotik golongan makrolid.
Lalu bagaimana dengan kecurigaan batuk kronik lain akibat asma dan alergi? Apa petunjuk yang dapat mengarahkannya?

1 comment:

Unknown said...

Dokter,lanjutan dari tulisan di atas, tentang jawaban dari pertanyaan penutup apa sudah ada kah? Karena anak saya sedang batul kronik juga, Dok..antara batuk alergi atau asma. Mohon maaf saya baru membuka blog jurnal Dokter ini. Dinanti kelanjutannya, Dokter. Syukron

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...