Monday, August 01, 2016

"Mama, Bantu Aku agar Dapat Memberikan ASI..."

"Ini apa Bu?" tanyaku sambil menunjuk botol berisi susu bayi saat melakukan kunjungan rutin ke ibu pasca persalinan. Pertanyaan yang sering kuajukan. Jawabannya kebanyakan adalah "susu formula". Sebagian kecilnya adalah ASI perah. Lalu apa masalahnya? Ya, pastinya pertanyaan yang timbul kemudian adalah: kok tidak diberikan ASI saja?

Saya memperhatikan salah satu faktor keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah dukungan orang-orang sekitar. Dalam hal ini yang tersering adalah suami, dan.... ibu, baik kandung maupun mertua. Tidak jarang ketika saya menanyakan kenapa buru-buru diberikan susu formula, yang menjawab justru bukan si Ibu, tetapi sang nenek.
"Kasihan Dok, bayinya rewel. ASI nya juga belum keluar." Begitu jawab Nenek. Seringkali saya menatap si Ibu yang terdiam saja, seolah-olah ia tahu bahwa ia seharusnya tak melakukan itu, tetapi dorongan dari orang lain agar segera memberikan susu formula lebih kuat. Apalagi anak pertama, cucu pertama, dan semuanya menjadi yang pertama. Bahagia, bingung, dan sedih, mungkin semuanya bercampur jadi satu. Teori sudah dibekali. Segala persiapan kelahiran dan perlengkapan bayi tersedia. Tetapi, ASI yang belum keluar hingga hari kedua.... Duhh, kok masukan dari yang lain beda-beda ya? Suami bisa saja terus menyemangati istrinya agar bersabar dan terus menyusui saja. Mama atau mama mertua bisa saja berpandangan sebaliknya. Masukan dari para penjenguk pun berbeda-beda. Jadi, ikut mana??

Sebagai dokter di kota besar, saya memperhatikan dorongan terkuat seringkali berasal dari sang Nenek, alias mamanya ibu, atau mama mertua. Suami pun kadang kalah. Hehe. Sorry to say, tapi mungkin ini subjektivitas saya ya. Maka.... mempersiapkan diri sang Nenek untuk menyambut kelahiran cucunya, termasuk dalam memberikan ASI eksklusif pun jadi sangat penting, sejak si Ibu masih hamil. Teori menyusui pun tidak hanya perlu ditularkan pada suami, tetapi juga bagi Eyang Putri dan Eyang Kakung. Sehingga jika harus menghadapi saat-saat ASI belum keluar atau masih sedikit hingga 2-3 hari pasca persalinan, maka Mbah Uti akan berkata, "Ayo Nak, semangat. Susui terus sesering mungkin. Insya Allah hari ini ASI akan keluar dan makin banyak. Aku yakin itu!"

2 comments:

Unknown said...

Bener dokter... Yg lebih susah memang pengaruh orang orang yg dekat disekitar kita... Selalu saja ada tekanan utk memberi sufor, pdhal sdh byk bukti kalo asi adalah yg terbaik...

Unknown said...

Bener dokter... Yg lebih susah memang pengaruh orang orang yg dekat disekitar kita... Selalu saja ada tekanan utk memberi sufor, pdhal sdh byk bukti kalo asi adalah yg terbaik...

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...