Monday, August 08, 2016

Pakai "tanganmeter" atau termometer?

Ibu-ibu ini (Bapak-bapak juga) memang harus selalu diingatkan, agar tidak pakai "tangan-meter" untuk menentukan anaknya sedang demam atau tidak. Karena berdasarkan pengamatan saya, penggunaan tangan-meter, alias meraba dahi/badan anak dan menyimpulkannya demam, tanpa termometer, sering menyebabkan "diagnosis" demam yang berlebihan, dan berujung pada pemberian obat penurun panas (antipiretik) yang sebenarnya tidak/belum perlu.

"Dok, anak saya sudah 3 hari demam. Nggak ada gejala lain. Makanya saya bawa ke dokter."
"Berapa suhunya?" tanya saya.
"Nggak diukur pakai termometer."
(*tepok jidat)

Lalu ada aja alasannya. Anaknya nggak bisa diam dan berontak kalau dimasukkan termometer ke ketiak lah. Termometernya pecah lah. Sampai memang nggak punya termometer. Hehe.

Atau sebaliknya. "Anak saya anget Dok. Suhunya 37 derajat. Jadi saya kasih parasetamol."
"37 derajat mah nggak demam, Bu. Di atas 38 baru demam," jawab saya lagi.

Padahal demam kita ketahui tujuannya baik: menciptakan suasana kondusif bagi tubuh agar virus dan bakteri tidak mudah berkembang biak. Dengan kata lain, demam bertujuan membuat tubuh kita lekas sembuh!

Don't treat low grade fever! Begitu nasihatnya. Antipiretik diberikan jika anak sudah menjadi rewel dan tidak nyaman karena demamnya.

No comments:

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...