"Anak saya dikasih antibiotik? Bukankah sakitnya karena virus? Kok dapat antibiotik?" tanya seorang Ibu, sambil menatap putrinya yang berusia 4 tahun. Ingus kental berwarna hijau kekuningan. Matanya merah. Sudah 4 hari suhunya di atas 38 derajat selsius.
"Iya, untuk mencegah infeksi bakteri," jawab seseorang di hadapannya.
Pernah mendapatkan situasi serupa? Ketika antibiotik diberikan dengan alasan "mencegah infeksi bakteri". Ketika ingus dan lendir sudah berubah warna, dari bening dan encer menjadi kental dan kehijauan. Seingat saya, dulu saya pernah punya pemahaman yang mirip. Apabila ingus sudah mengental dan berwarna, maka tandanya sudah terjadi infeksi bakteri. Ternyata saya salah. Selama ingus masih diproduksi, apakah kental sampai membuat hidung mampet, atau masih encer meskipun sudah berwarna, maka jika diagnosisnya adalah infeksi saluran napas atas yakni common cold atau selesma dan/atau influenza, maka tetaplah infeksi virus yang tidak membutuhkan antibiotik. Tidak butuh antibiotik sama sekali!
Penjelasan di gambar yang ada menyimpulkan keterlibatan sel-sel darah putih sebagai penyebab ingus mengental dan berwarna. Dan ini bukti bahwa sistem imun alias daya tahan tubuh kita bekerja dengan baik! Maka bersyukurlah.
Lagipula, keberadaan bakteri baik penghuni saluran napas adalah hal yang wajar. Dan mereka tidak membuat sakit. Penyebab sakitnya adalah virus. Dan infeksi virus jelas tidak butuh antibiotik.
Lalu kapan antibiotik diberikan pada infeksi saluran napas atas? Panduan (guideline) yang saya sertakan gambarnya di bawah menyebutkan 3 kondisi yang dipertimbangkan pemberian antibiotik, yaitu: otitis media akut.(infeksi telinga tengah), sinusitis (jarang sekali dipikirkan pada balita), dan radang tenggorokan akibat bakteri streptokokus (strep throat). Perbedaan ketiganya bisa dibaca di situs kesehatan seperti www.milissehat.web.id
Maka jika diagnosis anak Anda tidak masuk dalam ketiga hal ini, tanyakan kembali: perlukah antibiotik? Meskipun "sekedar" sebagai "pencegahan" saja.
Nah, ngomong-ngomong tentang antibiotik sebagai pencegahan atau profilaksis ini, bahasannya tersendiri. Apakah perlu pasca sunatan/sirkumsisi diberikan antibiotik? Luka jahitan diberikan antibiotik sesudahnya? Bahkan perlukah pemberian antibiotik pasca operasi sesar? Hmmm, mudah-mudahan diberikan kemudahan membahasnya kelak.
No comments:
Post a Comment