Tuesday, August 09, 2016

Pilih obat demam mana?

Obat penurun panas minum (oral) versus penurun panas lewat dubur (rektal/supositoria)

Benarkah antipiretik (obat penurun panas) parasetamol/asetaminofen rektal lebih cepat menurunkan suhu dibandingkan dengan oral?

Ibu Kartini* gelisah. Sudah 2 hari anaknya demam tinggi. Suhunya mencapai 40 derajat selsius. Jika tidur selalu mengigau. Masalahnya cuma satu: anak gadisnya yang berumur 2 tahun ini tidak mau minum obat! Tiap kali parasetamol disuapkan masuk ke dalam mulutnya, bocah kecil ini pasti meronta kuat! Kalaupun suapan parasetamol berhasil melalui rongga mulutnya, dalam hitungan beberapa detik obat antipiretik ini akan langsung menyembur keluar. Sengaja dilepehkan, atau dimuntahkan. Kekhawatiran Bu Kartini beralasan. Sudah 2 kali anaknya kejang demam. Wajar dong kalau ia harus memaksakan antipiretik masuk ke mulut sang putri. Hmmm, mengapa tidak menggunakan antipiretik rektal saja ya? Ia melirik parasetamol supositoria di lemari obat. Beberapa bulan lalu tetangganya pernah menyarankan pemakaian obat ini?

Pertanyaannya:
1. Benarkah parasetamol rektal lebih cepat menurunkan suhu dibandingkan dengan parasetamol oral?
2. Bolehkah menggunakan obat rektal pada anak di rumah?
3. Tepatkah pemikiran parasetamol rektal mampu mengurangi risiko kejang demam?

Ini faktanya. Saya simpulkan dari beberapa hasil bacaan jurnal penelitian meta-analisis (level tertinggi, mungkin analoginya sama dengan "sahih"), uji acak terkontrol atau randomized controlled trials (level di bawah meta-analisis, mungkin analoginya sama dengan "hasan"), dan kesimpulan di jurnal Pediatrics.

1. Semua kesimpulan yang ada menunjukkan: antipiretik oral dan rektal sama saja kemampuannya dalam menurunkan suhu, termasuk dalam kecepatan menurunkannya. Dengan kata lain: parasetamol rektal tidak lebih baik dibandingkan parasetamol oral dalam kesegeraan menurunkan suhu.

2. Antipiretik rektal boleh saja diberikan oleh orangtua. Tapi alasan penggunaan sesungguhnya adalah pada anak dengan penurunan kesadaran atau intra operasi (ini pastinya dirawat di RS), dan anak yang muntah berulang (penyakitnya memang disertai dengan gejala muntah).

Coba kita kembalikan pada beberapa prinsip demam:
- Demam tujuannya baik, yaitu membuat kuman cepat mati
- Antipiretik diberikan dengan tujuan BUKAN segera menurunkan demam, tetapi membuat anak lebih nyaman. Makanya antipiretik tidak disarankan pada anak demam yang masih aktif/tidak rewel
- Jangan bangunkan anak yang sedang tidur sekedar untuk mendapatkan antipiretik, hanya karena orangtua panik suhu anaknya demam (saat tidur)
- Memasukkan obat lewat dubur pastinya tidak nyaman untuk anak

Silakan simpulkan sendiri berdasarkan beberapa prinsip di atas :-)

3. Antipiretik sayangnya tidak dapat mencegah kejang demam. Ini MUNGKIN kabar BURUKnya. Tapi ingat: kejang demam hanya terjadi pada 4% anak demam (sebagian dengan kecenderungan genetik), dan alhamdulillah tidak merusak otak. Ini kabar BAIKnya :-)

Dan pastinya kejang demam sangat berbeda dengan infeksi otak (meningitis/ensefalitis) yang "merusak" otak, serta menyebabkan kematian. Pelajari lagi perbedaannya ya.

Semoga bermanfaat

*kesamaan nama hanyalah kesengajaan penulis yang ingin menggunakan nama ini sekarang :-)

No comments:

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...