Friday, August 05, 2016

Lagi-lagi tentang antibiotik

"Oke deh. Batuk-pilek alias selesma obatnya cuma SABAR. Tapi setelah 2 minggu anak saya batuk-pilek, terus dapat antibiotik, alhamdulillah langsung sembuh. Berarti kalau mau cepat sembuh bisa dengan minum obat dong?"

Pernah mengalami hal serupa? Dalam pengamatan saya, kondisi di atas namanya adalah koinsidens (coincidence) alias kebetulan. Lha kok bisa?

Ini alasannya:
- infeksi virus obatnya bukan antibiotik
- anak ini kebetulan pas minum antibiotik, pas saatnya sakitnya menyembuh. Jadi kebetulan terjadi di waktu bersamaan. Makanya dipikirkan adanya hubungan sebab-akibat. Padahal sepertinya tidak ada.
- penggunaan antibiotik terlalu sering dan tidak pada tempatnya meningkatkan risiko sakit. Lho kok bisa? Alasannya:
(1) antibiotik melawan bakteri. ketika ia masuk ke tubuh manusia dan tidak menemukan bakteri jahat untuk dilawan, maka yang diserangnya adalah bakteri baik di seluruh tubuh manusia, terutama di usus besar (koloni terbesar). Padahal bakteri baik ini menjaga tubuh kita tetap sehat. Walhasil terjadilah mencret (diare).
(2) bakteri baik tak berdosa yang diserang ini akan memperbaiki sistem pertahanannya, sehingga kelak di kemudian hari ketika ia diserang antibiotik, ia tidak mudah dikalahkan. Terciptalah bakteri super alias superbug, yang bisa jadi kebal terhadap berbagai macam antibiotik. Ketika bakteri ini berubah jadi jahat dan menyebabkan penyakit, maka antibiotik tidak mempan lagi. Risiko kematian meningkat!

Maka jangan lupa, tiap kali Anda berkunjung ke dokter, tanyakan 4 hal ini:
1. Apa diagnosis sakit saya/anak saya? (dalam bahasa medis, supaya bisa browsing di internet)
2. Jika penyebabnya infeksi, apakah virus atau bakteri? (atau jamur, amuba, dll)
3. Mengapa diberi antibiotik?
4. Apa saja tanda gawat darurat yang membuat saya/anak saya harus segera ke dokter/RS?

Selamat belajar! :-)

1 comment:

slengki, karena selingkuh itu lebih berat daripada setia said...

Sayangnya saya jarang menjumpai dokter kyk bapak

Mo sakit apa aja
Dapetnya antibiotik,,, huffff

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...