Friday, August 05, 2016

Persiapan sebelum sunat

Hayoo, siapa yang mau disunat habis lebaran? Ya, kebetulan libur lebaran kali ini bersamaan dengan kenaikan kelas. Pastinya sudah ada beberapa yang berencana dikhitan alias disunat sebelum tahun ajaran baru dimulai. Naahh, apa saja yang harus orangtua ketahui sebelum khitan atau sirkumsisi dilakukan? Mau pake teknik apa ya: biasa (konvensional), kauter, atau klamp? Lalu bius lokal atau bius umum? Daannn... setelah khitan, haruskah minum antibiotik?

Ada beberapa teknik sirkumsisi yang sering digunakan, antara lain: "konvensional" atau manual, kauter, dan klamp. Teknik konvensional adalah metode yang sudah dijalankan selama puluhan tahun, termasuk yang kita sebagai Ayah saat ini alami saat masih kecil dulu (kecuali ada yang baru disunat pas SMP ya... Hehe). Yakni dengan menggunting kulup penis, dan membuangnya, sehingga "kepala" penis (glans) terlihat, dilanjutkan dengan memberikan beberapa jahitan. Teknik ini adalah yang terbanyak dipakai, dan paling aman. Karena bisa dikerjakan pada semua kondisi, sesuai kondisi penis yang beragam. Mungkin sebagian orangtua khawatir metode ini lebih sakit dan berisiko perdarahan lebih banyak. Padahal jika anestesi atau bius bekerja baik, metode apapun tidak terasa menyakitkan.

Teknik lainnya adalah menggunakan alat kauter, yang sering disalahnamakan dengan laser. Padahal tidak ada laser yang digunakan sama sekali dalam metode ini. Saya pribadi kurang menyukai teknik ini, karena membakar jaringan dan luka pasca sunatnya terlihat sebagai luka bakar ringan. Perdarahan memang minimal, tetapi hasilnya sangat bergantung pada keterampilan operator khitan. Risiko memotong terlalu panjang atau pendek (kulit kulup) yang memengaruhi estetis penis, bahkan sampai fungsinya, memang tergantung jam terbang dan skill operator, pada teknik apapun.
Metode terakhir yang cukup banyak digunakan saat ini adalah dengan bantuan klem/klamp. Teknik ini juga banyak digunakan di negara maju. Tetapi harus menyesuaikan alat dengan ukuran penis. Operator yang mahir menggunakan teknik ini, dapat menghasilkan hasil yang baik.

Lalu bagaimana dengan teknik pembiusan, cukupkah dengan lokal, atau harus umum? Kekhawatiran ini terutama pada sirkumsisi yang dilakukan pada usia bayi. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, termasuk risiko anestesinya. Silakan pelajari. Tapi secara umum, anestesi lokal sudah cukup, termasuk pada bayi baru lahir yang disunat.

Antibiotik, perlukah diberikan pasca sirkumsisi? Mungkin ada beberapa yang mengalami diberikan antibiotik untuk diminum selama 3 hari setelah khitan. Alasannya untuk mencegah infeksi. Masalah ini memang cukup menjadi perdebatan, antara literatur Amerika dengan Australia misalnya. Tapi prinsipnya adalah:
- tindakan sunat dilakukan dengan sangat memperhatikan sterilitas alat. Perhatikan saja para operator khitan dan asistennya. Mereka menggunakan sarung tangan steril, jarum sekali pakai, benang jahit steril, dan semua alat seperti gunting, pinset, dan pemegang jarum sudah disterilkan terlebih dahulu. Lapangan operasi pun akan dibersihkan dengan povidon iodin sebagai antiseptik terlebih dulu. Maka risiko kontaminasi kuman "nebeng" dan membuat sakit menjadi sangat kecil
- tindakan sirkumsisi tidak melibatkan jaringan dalam tubuh yang terkontaminasi bakteri tubuh, misalnya usus dan saluran kemih, atau melibatkan organ dalam yang vital seperti otak dan jantung. Tapi hanya sebatas kulit sampai selaput lendir (mukosa). Maka antibiotik sebagai pencegahan (profilaksis) tidak diperlukan.
- hal yang menjadi perhatian adalah perawatan luka setelah sirkumsisi. Kuman penyebab infeksi potensial masuk di tahap ini. Sebagian referensi menyebutkan hanya perlunya tindakan pembersihan rutin saja, makanya luka pasca khitan tidak ditutup kassa. Sebagian lagi menganjurkan penggunaan salep antibiotik.
Pengalaman pribadi saya untuk anak laki-laki saya yang dikhitan di usia 1,5 bulan, tidak menggunakan antibiotik sama sekali, termasuk salep antibiotik. Begitu juga dengan pasien-pasien bayi lain yang disunat di tempat praktik kami (thanks to my sista, dr. Ardiana Kusumaningrum as the operator, although unfortunately she has retired circumcizing (?) :-) ). Antibiok salep tidak rutin diberikan pasca sunat, kecuali ada tanda-tanda infeksi.

Terakhir, bagi yang balitanya belum dikhitan, jangan menarik-narik kulup dengan tujuan membersihkan sampai lapisan di bawahnya ya. Malah menyakitkan dan berisiko infeksi. Bersihkan saja kulitnya sambil mandi, dengan air biasa. Daripada pusing-pusing, sunat saja sekalian. Hehe.
Silakan baca lebih lanjut tentang sirkumsisi di www.milissehat.web.id

4 comments:

Unknown said...

Anak saya usia 1 bulan 7 hari saat sunat.kebetulan sunatnya di dokter umum.dokternya memberikan obat yusimox n puyer yang dicampurkan pada yusimoxnya dengan dosis 3x2.5ml.bagaimana menurut dokter obatnya saya lanjut sampaj habis atau gimana dok saya bingung soalnya masih bayi tapi harus dikasih anti biotik sebanyak itu.terimakasih

Lisa Nur Aeni said...

Jika boleh tahu, anak dokter yang usia 1.5 bulan dikhitan dengan metode apa? Saya juga ada rencana untuk mengkhitan anak saat usia bayi.

AMINNUDIN said...

Anak saya usia 1.5 tahun sunatnya di Rumah Sakit

Unknown said...

Dokter mohon penjelasan terkait khitan pada bayi perempuan.

Vitamin Penambah Nafsu Makan

“Dok, anak saya susah makan. Ada vitamin penambah nafsu makan buat anak saya?” Ini adalah pertanyaan yang (sejujurnya) saya hindari. Kenapa?...