Posts

Showing posts from 2004

Rumitnya Jadi Dokter di Indonesia…

Dokter pelit bicara? Terlalu sibuk dan menerima pasien terlalu banyak? Seorang dokter mengajak kita menggunakan teropong yang lebih jernih dengan perspektif yang lebih luas. Mari mulai dengan sekolah dokter saja dulu . Seorang profesional pada usia 31 tahun mungkin sudah jadi lawyer sukses, manager di posisi kunci, atau konsultan di international firm yang jam bicaranya dibayar sudah dalam hitungan ratusan dolar. Diperlukan waktu 6 hinnga 7 tahun untuk menamatkan sekolah dokter. Ditambah dengan wajib kerja sosial untuk dokter umum sebelum buka praktik sendiri. Kalau dia mau melanjutkan ke spesialis, perlu biaya tingi dan mungkin akan selesai dalam waktu 4 sampai 6 tahun. Rata-rata waktu yang dibuang untuk ‘membeli’ ilmu spesialis adalah 12 tahun. Berapa tarif bicara ketika ia lulus? Bergantung tempatnya praktik. Dokter umum paling-paling menetapkan Rp20.000 hingga Rp25.000, bahkan hanya Rp5.000 di klinik-klinik kecil di pinggiran kota atau kota kecil. Untuk spesialis, sekitar

2010: The Odyssey Continues

Bagi yang pernah membuka blog-ku sebelumnya di http://spaceodyssey.blogspot.com (blog ini sudah tidak pernah di-update lagi sejak berbulan-bulan lalu), mungkin bisa menebak arah pembahasan judul di atas. Ini adalah kelanjutan atau sekuel dari film arahan Stanley Kubrick, “2001: A Space Odyssey”. Sebuah film klasik produksi MGM tahun 195.. Film yang sangat menakjubkan dalam pandanganku, karena aku tidak pernah membayangkan sebelumnya, Amerika sudah mampu membuat film dengan teknologi seperti ini pada tahun lima puluhan. Sedikit menceritakan, film yang diangkat dari novel karya Arthur C. Clarke ini berkisah tentang perjalanan pesawat luar angkasa “Discovery” menuju planet Jupiter. Pengarang cerita ini membayangkan (waktu itu) pada tahun 2001, manusia sudah mampu menerbangkan pesawat berawak manusia ke planet Jupiter. Sedangkan kita tahu sendiri, saat ini untuk mendarat di Mars saja, NASA hanya mampu menurunkan robot dalam pesawat tanpa awak. Sedangkan pesawat tanpa awak “Voyager” yang d

Nano teknologi: Teknologi Terkini Menyambut Masa Depan

Inilah judul buku yang aku beli seminggu yang lalu. Teknologi nano atau nanotechnology memang telah menarik perhatianku sejak lama. Awalnya aku pernah membaca sekilas artikel mengenai hal ini dalam majalah Scientific American edisi spesial tahun 2001, kalau tidak salah. Michael Crichton juga mendasari teknologi ini sebagai cerita utama dalam novel terbarunya Prey, yang belum sempat aku baca. Aku memang memiliki ketertarikan khusus terhadap fisika, dan teknologi yang berkaitan dengannya. Ada beberapa buku yang menjadi koleksi perpustakaanku, seperti tiga buku karangan Stephen Hawking, buku-buku mengenai relativitas, teori kuantum, Chaos Theory (salah satu yang mendasari ide Jurassic Park, selain masalah DNA), sampai astronomi. Dalam satuan, satu nano sama dengan sepuluh pangkat minus sembilan. Satu nanometer sama dengan sepersatu milyar meter, dan satu nanodetik sama dengan sepersatu milyar detik. Nanotechnology adalah teknologi yang mengembangkan dan memanfaatkan semua yang be

Succes Seminar: The MLM’s Rifle

Sabtu siang kemarin, seorang kawan mengajak pergi ke sebuah gedung di bilangan Thamrin untuk mengikuti acara yang bertajuk ‘Succes Seminar’. Beberapa waktu sebelumnya ia hanya mengatakan bahwa acara ini bagus, dan tiketnya tidak begitu mahal menurut penilaianku. Aku mencoba menebak kira-kira seminar ini macam apa. Ternyata dugaanku tepat. Sebuah perusahaan MLM yang perkembangannya cukup pesat dan luas di Indonesia, dan katanya masuk dalam ‘Top Five’, penyelenggara acara ini. Ini adalah bagian dari program dua bulanan mereka bagi para pesertanya, dan khususnya ditujukan untuk menarik minat calon anggota baru, yang diharapkan bisa mereka rekrut. Teknis pelaksanaan acaranya cukup menarik, menurutku. Ruangan yang disewa untuk pelaksanaan acara ini sudah dilengkapi dengan tata cahaya layaknya konser musik besar. Sound effect-nya pun sangat mendukung. Dua layar besar ditempatkan di sisi kiri-kanan panggung, untuk membantu visualisasi penonton yang duduk di deretan kursi atas. Acara

Kesehatan Milik Semua Orang!

Saat ini aku memiliki pandangan, profesi dokter adalah pengabdian, bukan lahan mencari uang. Jika ingin mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, ya melalui bisnis. Dokter yang bekerja keras mencari uang sebanyak-banyaknya—menurutku—akan sulit sekali menjaga idealismenya untuk menangani pasien sebaik-baiknya secara optimal, misalnya tidak apa-apa mendapatkan jumlah pasien yang sedikit dalam setiap kali praktik—karena membutuhkan waktu ideal untuk memeriksa setiap pasien—asalkan pasien puas dan dapat tertangani dengan baik. Dari yang aku pahami dari Robert T. Kiyosaki pun, tetap jalankan profesi, dan lakukan pula bisnis. Sayangnya kemampuan bisnis ini tidak dimiliki semua orang, salah satunya profesi dokter. Ketika aku menanyakan kepada seorang kawan: kira-kira bisnis apa yang cocok saya jalankan? Saat itu aku berpikir untuk mencari peluang bisnis (non profesi tentunya), selain berpraktik sebagai dokter. Jawaban yang aku dapat lebih dari seorang kurang lebih sama: membuat Rumah Sakit,

Mukaddimah

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Setelah memiliki blog pribadi di http://spaceodyssey.blogspot.com dan website dengan free hosting di http://www.asysyifaa.uni.cc , aku ingin mempunyai personal weblog yang memang benar-benar sesuai tujuan blog pada awalnya, yakni: semacam daily journal atau buku harian.