Posts

Showing posts from 2009

Carut-marutnya sistem rujukan kita (2)

Kembali lagi... Hampir 9 jam berlalu meninggalkan IGD OBGYN dengan sepasang bayi gemelli 1000 dan 1150 gram yang masih terengah-engah menghirup oksigen dari continuous positive airway pressure dan NeoPuff single nasal prong seadanya--karena neonatal intensive care unit (NICU) penuh--dan beberapa bayi kurang bugar lainnya. Heran memang, semua persalinan kurang bulan dirujuk kemari. Padahal RSUD dan RS swasta dengan fasilitas neonatologi tersedia di banyak titik ibukota. Angka kelahiran bayi prematur menjadi tinggi di rumah sakit ini. Inilah yang akan kubahas sekarang. Contoh lain datang dari laporan jaga pagi ini. Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang, yang dirujuk dari sebuah RSUD besar di Jakarta, dengan keterangan diare akut dehidrasi berat. Penilaian dokter jaga saat pasien tiba di IGD memang dehidrasi ringan sedang. Lalu, sekalipun pasien datang ke RS pertama dengan dehidrasi berat, apakah mereka tidak dapat menanganinya? Tidak ada fasilitas? Hmmm, RSUD ini adalah layanan kes

Carut-marutnya sistem rujukan kita

Yah, Menkes baru telah dilantik. Tapi saya tidak ingin membahas masalah ini. I don't know her already. Laporan jaga pagi dua hari terakhir, dengan moderator sang bintang iklan imunisasi (Dr STP) Depkes-IDAI, menunjukkan keprihatinannya mengenai buruknya model rujukan kesehatan di negara ini. Seorang anak laki-laki, enam tahun, mengalami demam sejak dua minggu silam, pertama kali datang ke sebuah klinik, menemui dokter praktik, dan disimpulkanlah diagnosisnya: "sakit tipes". Rawatlah barang sehari-dua, pasang infus, suntik antibiotika, demam mulai reda, si anak pun pulang ke rumah. Tak sampai 24 jam berselang, demam kembali melanda. Kini saatnya mencari pertolongan dokter spesialis, demikian terlintas dalam benak sang ibu. Dokter sepesialis melakukan eksplorasi lebih dalam. Ini bukan tipes, begitu jelas dokter melihat hitungan sel darah putih yang mendekati 50.000. Ini kanker sel darah putih. Harus dirawat. Segera rujuk ke eR-eS-Ce-eM. Simpulan dokter spesialis yang begitu

17 Agustus 2009 + 1

Membaca Koran Tempo edisi khusus hari ini sungguh menarik. Isinya menceritakan kisah para ilmuwan muda Indonesia, mayoritas di bidang fisika-kimia-biologi, yang sukses di luar negeri. Menempuh pendidikan di luar, melakukan penelitian di luar, dan mendapatkan penghargaan terutama di luar negeri. Sebagai orang yang pernah bercita-cita menjadi ilmuwan fisika, tiap kali membaca kisah orang-orang ini membuat saya iri pada mereka. Mungkin saja saya bisa menjadi sangat profesional seperti mereka jika saya tetap pada cita-cita awal ini. Suatu kejadian menjelang kelulusan dari SMA-lah yang membuat saya mengalihkan pilihan ke kedokteran. Tiga orang yang dimuat profilnya cukup saya kenal. Tidak hanya mendalami sains, mereka semua juga aktivis da'wah. Dua dari mereka bertetangga tidak jauh di komplek seberang tempat tinggal ayah-ibu saya, dan satu orangnya pernah berinteraksi cukup dekat dengan saya, ketika saya berusaha mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan pasca sarjana di luar lewat b

Miskin dan Bodoh

Ya, ia orang miskin. Bodoh pula. Datang tengah malam, membawa anak perempuannya yang berumur 2 tahun, dalam keadaan sesak dan kesadaran menurun. Celana anak kecil itu basah oleh air kencing. Ruam kemerahan menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Morbili, batinku. Anak ini terkena campak. Sesak napasnya sangat mungkin akibat pneumonia, salah satu infeksi tersering yang merupakan komplikasi campak. Aku harus menganamnesis lebih lanjut. Segera setelah kami nilai tanda vitalnya, memberikan oksigen, menuliskan resep dan merencanakan pemeriksaan penunjang, ibunya yang berumur empat puluh tahunan bertanya, "kira-kira anak saya bisa dirawat jalan, tidak?" Demamnya sudah berlangsung satu mingguan. Ruam muncul dari atas ke bawah dalam tiga hari terakhir. Hari ini ketika si anak tampak semakin lemah, orangtuanya baru membawanya ke Puskesmas yang segera merujuknya ke RS. Mereka tahu anaknya sakit. Anaknya butuh perawatan. Tapi mereka miskin. Mereka takut tidak bisa membiayai pengobatan di R