Posts

Showing posts from 2019

Selamat Merokok!

Image
“Dok, anak saya sudah dua kali dirawat di RS karena sesak napas.” Seorang Ibu bertanya. “Sakitnya apa?” Tanya saya. “Pneumonia?” Si Ibu mengangguk. Anaknya belum berusia genap satu tahun. Masuk kategori bayi. Padahal imunisasi dasar lengkap. “Ada yang merokok di rumah?” Tanya saya lagi. Pertanyaan standar. “Ayahnya.” Jawab Ibu singkat. Sayang sekali ayahnya tidak ikut saat itu. Baiklah,  # resepdokterapin  kembali harus dibuat. Saya sudah berkali kali menjelaskan bahaya  # rokok  terhadap kesehatan saluran napas anak. Silakan geser dan simak beberapa kesimpulan penelitian berskala  # metaanalisis  dan  # systematicreview  ini. Para dokter dan penikmat jurnal kedokteran paham tingkat “kesahihan” jurnal-jurnal serupa. Tidak ada keraguan.  # Merokok  menyumbang banyak kasus  # pneumonia  dan berbagai infeksi saluran napas lain. Siapa yang merokok, dan siapa yang mati. Orang dewasa yang merokok, anak-anaknya yang dirawat di RS. (Semua jurnal ini adalah open access dan bisa dibaca bebas d

Apakah duduk posisi-W berdampak buruk bagi anak?

Image
Banyak sekali orangtua yang menanyakan: anak saya sering sekali duduk dengan posisi-W. Dia tampak nyaman dengan posisi itu. Haruskah saya mengubahnya? Menggerakkan kakinya agar berubah menjadi duduk bersila? Atau mencarikannya bangku dan meja, supaya ia tidak duduk melantai? Saya pernah mendengar kebiasaan duduk dengan posisi-W dapat mengganggu pertumbuhan tulangnya di kemudian hari, bahkan menyebabkan cedera panggul dan gaya berjalan buruk! Pembahasan “w-sitting” atau “duduk-W” memang kontroversial sampai saat ini. Termasuk di kalangan tenaga kesehatan terkait yang mendalami bidang rehabilitasi medik dan ortopedi. Maka saya harus sangat berhati-hati membahasnya. Dari penelusuran terhadap beberapa artikel populer (untuk awam), pendapat ahli, dan artikel berbasis bukti (evidence based), maka saya mendapatkan beberapa kesimpulan ini. (Semua tautan/link terkait lebih detil di highlight “Duduk Posisi-W” di Instagram @dokterapin dan Twitter @dokterapin),  - Secara umum, kesimpulan ya

Komentar saya terhadap overdiagnosis Tongue Tie dan overtreatment insisi

Image
Berhubung banyak yang nanya  # overdiagnosis   # tonguetie  dan  # overtreatment  insisi alias  # frenotomi  itu seperti apa? Maka singkatnya saya ambil saja isi dari “Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia” yang judulnya “Diagnosis dan Tata Laksana Ankyloglossia (Tongue Tie)”. Jelas sekali bahwa mendiagnosis tongue tie yang harus diinsisi itu tidaklah mudah. Alurnya puanjaaaang. Itupun harus dilakukan dulu pendampingan menyusui, apabila ada kesulitan menyusui, sampai bebera pa waktu, sampai akhirnya diputuskan untuk harus diinsisi. Mengapa? Karena pada banyak kasus, dengan pendampingan menyusui yang baik, masalah menyusui terselesaikan! Tanpa harus “ujug-ujug” (baca: buru-buru) diputuskan untuk frenotomi. Inilah pentingnya peran konselor menyusui  😊 . Jadi: TIDAK overdiagnosis artinya mampu mendiagnosis dengan tepat sesuai algoritma yang ada di gambar dan skor HATLFF, dan TIDAK overtreatment artinya mampu memberikan konseling dan pendampingan manajemen menyusui yang ad

Haruskah Bayi Merangkak?

Image
“Dok, anak saya tidak merangkak, padahal umurnya sudah 9 bulan. Dia mau ngesot, atau merayap, bahkan sudah bisa rambatan, berdiri dengan berpegangan. Duduk juga udah  mantap , dan senangnya diberdirikan. Saya pernah baca, kalau nggak merangkak, ada satu fase perkembangan yang terlewati, nanti berdampak buruk kemudian hari. Benar tidak?” Pertanyaan ini cukup sering didapatkan di praktik sehari-hari. Inilah pentingnya orangtua paham pola dan linimasa perkembangan bayi dan anak. I stilahnya  # milestones . Nggak perlu dihapal sebenarnya. Bisa dibaca di buku Kesehatan Ibu dan Anak yang warnanya pink, atau di paspor kesehatan anak dari RS. Lalu dicocokkan, apakah pada usianya ada yang belum dicapai dan perlu khawatir. Di dalam buku  # MakanTepatTumbuhSehat  yang saya dan Dokter @pratamidiah tulis, sudah dijelaskan rinci. Kami memasukkan juga merangkak ke dalam satu poin, tapi masih banyak poin lagi yang menyertai, begitu juga “warning sign”-nya (ada di 2 gambar terakhir feed ini). Apa

Happy Breastfeeding Day!

Image
A picture is worth a thousand words. Mungkin ini istilah yang tepat untuk gambar ini. Dalam pekan menyusui dunia alias  # worldbreastfeedingweek 2019 kali ini, kita semua diingatkan kembali untuk sepakat bahwa ASI adalah yang terbaik untuk bayi. Bahkan untuk sang ibu juga. Pemberian  # ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama, dilanjutkan dengan meneruskan ASI dan menambahkan  # MPASI , tidak hanya memberikan manfaat bagi bayinya, tetapi juga bagi ibunya. Lalu bagaimana apabila t idak dapat memberikan ASI, dan harus memberikan susu formula? Mengutip dari kawan saya seorang dokter obgyn,  Dyah Mustikaning Pitha Prawesti , tempat saya pertama melihat foto ini, beliau mengingatkan “happy-healthy-well fed baby”. Ya, bayi harus sehat, mendapatkan nutrisi cukup, dan bahagia! Kita semua sudah paham dan sepakat pentingnya ASI, dan kita pun paham bahwa tiap ibu dan bayinya adalah unik. Tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya. Tapi satu hal yang pasti disepakati semua adalah: SEMUA ibu

Apakah pemberian #probiotik bermanfaat untuk mengobati dermatitis atopi alias eczema?

Image
Beberapa orangtua yang saya temui di ruang praktik menceritakan bahwa mereka menggunakan salah satu merek probiotik (saya nggak sebut namanya ya. Tapi beberapa yang merespon IGS saya benar menebaknya  😁 Apa artinya? Yang pakai banyak juga ya. Kaget juga saya  😅 ), sebagai salah satu terapi dermatitis atopi anak mereka. Saya jadi penasaran. Benarkah demikian? Adakah bukti bukti ilmiah yang me ndukungnya? Seperti yang sudah saya jelaskan di buku  # BertemanDenganDemam , penanganan eczema meliputi pengenalan pencetus, dan pemberian terapi yang meliputi pelembap, steroid, dan antihistamin jika diperlukan. Kali ini saya tidak membahas apa itu dermatitis atopi, penyebab dan terapi secara detil (silakan baca-baca sendiri ya. Di buku saya juga ada). Tapi hanya menjawab pertanyaan di atas. Daaannn... seperti yang Anda bisa baca di beberapa jurnal yang saya sertakan screenshot-nya di feed ini: BELUM ada bukti ilmiah yang cukup kuat, yang mendukung perlunya pemberian probiotik pada dermatitis a

Bolehkah anak < 2 tahun memakai pasta gigi?

Image
  Masih menyambung tulisan sebelumnya. Saya menampilkan poster dari panduan di Ireland, bahwa anak < 2 tahun tidak perlu pasta gigi. CDC Amrik pun menyatakan hal serupa (silakan cek gambar). Sedangkan panduan dari ikatan dokter giginya Amrik (ADA) dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) warna pink (udah dibaca belum?), anak yang sudah punya gigi, termasuk < 2 tahun, dianjurkan menggunakan pasta gigi berfluoride. Masing masing tentunya punya dasar ilmiah yang sangat kuat. Jadi mau pilih mana? Saya cenderung pada pendapat CDC US dan Dental Health Foundation Ireland, bahwa anak < 2 tahun tidak menggunakan pasta gigi dulu. Alasannya: belum pandai/bisa berkumur/meludah, dan berisiko menelan pasta gigi. Bukankah pasta gigi anak boleh ditelan? Iya, kalau sangat sedikit. Tapi tetap saja, pasta gigi dirancang BUKAN untuk ditelan. Sebagai dokter anak, dan kebetulan suami dari dokter gigi (saya pertama kali paham mengenai penggunaan pasta gigi anak dari istri saya), saya memperhatikan an