Posts

Showing posts from 2005

Be Critical with Your O B G Y N

(I have changed the previous title--"Don't be fooled by you OBGYN") Sebelumnya—bagi yang belum paham—OBGYN dibaca o bi ji wai en , seperti membaca abjad dalam bahasa Inggris, adalah kepanjangan dari obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan). Singkatan ini menunjuk pada dokter spesialis obsgin (SpOG), dokter spesialis kebidanan dan kandungan. (Cara penyebutan o bi ji wai en yang mengarah pada SpOG pertama kali kudengar dari episode pertama film seri pemenang Emmy Award 2005, LOST ) So, have we been fooled by them, then? Sekali lagi, supaya tidak dianggap sebagai anti teman sejawat dari obsgin, saya mulai dengan sebuah ilustrasi. Awalnya bermula dari pertanyaan seorang yang sudah kuanggap sebagai Tante sendiri. Hamil 10 minggu, dilakukan pemeriksaan serologi TORCH, didapatkan positif pada imunoglobulin G (IgG) Rubella dan Toksoplasma dengan nilai tertentu (tidak kuingat). Ia mendatangi dua dokter obsgin pada waktu yang berlainan. Dokter pertama menyarankan

Salah Makan

Image
Laki-laki bertubuh gempal dan berkumis hitam itu menyapaku saat masuk ke ruang praktik. Pria yang biasa kulihat dan saling bertegur sapa ketika melintas masuk ke tempat kerja ini minta dibuatkan surat rujukan untuk istrinya yang berobat ke RS kemarin. Rujukan ini berguna untuk mendapatkan penggantian uang dari perusahaan. "Istrinya sakit apa, Pak?" tanyaku "Keracunan makanan, Dok," jawabnya. "Memangnya makan apa?" tanyaku lagi. "Kemarin dia salah makan. Dia minum baygon." Ada-ada saja. Keracunan baygon. Intoksikasi organofosfat. Upaya bunuh diri tentunya. Suicidal intention . Masalah rumah tangga, mungkin? Aku tak ingin mengeksplorasi lebih jauh. Ini urusan pribadinya. Lagipula ada karyawan lain yang juga berobat di ruangan ini. Aku tak ingin cerita ini menyebar ke seantero kantor. Jadi teringat masa-masa ko ass dulu. Ironis sekali melihat orang yang berupaya bunuh diri dengan minum racun insektisida golongan organofosfat ini. Mungkin hamp

the antibiotics thing

Good Doctor, Bad Doctor . Bagaimanakah dokter yang baik menurut Anda? Ia menebar senyum sejak Anda membuka pintu ruang praktiknya, serentak berdiri sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman, meluangkan waktu yang cukup untuk mendengarkan segala keluhan, seraya melakukan pemeriksaan fisik yang teliti, dan berujung pada menulis di atas kertas resep, dan menyerahkannya pada Anda. Keluhannya sih mungkin ringan, hanya batuk-pilek dengan sedikit demam sudah tiga hari tak kunjung mereda. Dokter yang ramah dan baik hati ini menuliskan dua macam antibiotika dalam resepnya: amoksisilin 500 mg dan kotrimoxazol 480 mg dalam sediaan paten. “Ingat ya, harus dihabiskan antibiotikanya,” pesannya sebelum si pasien meninggalkan ruangan. Common colds diberikan antibiotika? Sampai dua macam pula. Merek-nya paten pula. Tapi dokternya baik sih.. Jarang lho dapat dokter ramah dan baik hari seperti itu. Apapun obatnya, akan kubeli. Hey , belum tentu si dokter bekerja sama dengan perusahaan fa

Boobies!!

Okay, from the beginning, I have to tell you that I’m not going to write pornography or related. It’s just a title… hopefully an ‘eye-catching’ one, that’s going to attract you all to read my post. In the end, you’ll find some additional new knowledge about breast cancer. For those who haven’t had the information, of course. Judul ini persis sama dengan tulisan yang saya temukan siang tadi dari penelusuran terhadap beberapa blogspot kedokteran. Tepatnya di Grahamazon dot com , yang memandu Ronde Besar Medscape pekan lalu (semua dokter dan mahasiswa kedokteran tingkat klinik pastinya familiar dengan istilah Ronde Besar). Coba simak kalimat-kalimat berikut. “It’s not everyday that you’re told by a woman to look at her chest. In fact, unless you’re learning how to do a female breast exam, it’s generally not kosher. And so it was, that last Monday I palpated my first breasts. (This post is totally gonna nail me by porn-blocking software.)” Mengingat jarangnya saya menulis blog, karena ser

How to Get RICH EASILY (from) Being A Doctor

Sebenarnya udah lamaaa banget ingin menulis hal ini. Cuma baru sekarang jari-jarinya mau bergerak. Dokter adalah profesi yang banyak berinteraksi dengan berbagai macam karakter manusia. Baik terhadap pasiennya (baca: klien kesehatan), sesama profesinya, maupun dengan kawan-kawan non profesinya. Pengalamanku selama setahun lebih sedikit menjalani profesi ini, khususnya sebagai dokter sebuah perusahaan swasta yang kadang harus berurusan dengan kertas-kertas klaim penggantian biaya pengobatan karyawannya, membuatku mengenal sebagian karakter sesama teman sejawat, yang mendorongku menuliskan topik ini. Kasus A, seorang laki-laki berusia 30 tahun datang berobat ke sebuah klinik swasta yang bernamakan pemiliknya di bilangan Pamulang, dengan keluhan buang-buang air sejak 6 jam yang lalu. Frekuensi BAB cair mencapai 12 kali, kini tanpa ampas sama sekali, dengan muntah mencapai 4 kali. Masih mau minum, namun merasa lemas terutama setelah BAB. Dari pemeriksaan dokter, didapatkan tekanan darah no

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

As a medical doctor, you wouldn't know what kind of people you would meet the day you had practice . Perempuan berusia 38 tahun itu masuk ruang praktik dengan ekspresi wajah biasa. "Ada keluhan apa, Bu?" tanyaku. "Badan saya lemas terus hari-hari belakangan ini. Tidak ada gairah," paparnya, berhenti sejenak, "jantung juga sering berdebar-debar." "O ya?" timpalku. "Ya..." suaranya mulai bergetar. Wajahnya setengah menunduk. "Saya korban kebakaran waktu itu. Anak saya terbakar. Hangus jadi abu." Ia mulai terisak pelan. Menangis perlahan. Tapi tidak lama. Sekitar semenit. Aku hanya terus menatapnya. Tak tahu harus bagaimana menanggapinya. Jangan sampai perasaannya semakin terluka dengan pertanyaan mengenai kejadian. Wanita di hadapanku ini mulai tenang. "Kebakaran yang kapan, Bu?" dalam hati aku merasa malu tidak tahu dengan bencana yang terjadi masih di sekitar Jakarta. "Tanggal 16 kemarin. Dua puluh rumah hab

Setiap Pasien adalah Sebuah Pelajaran

Tiba-tiba pintu ruang praktik menjeblak terbuka. “Dok, tolong! Kenapa anak saya ini?” Wanita berusia menjelang tiga puluhan tahun itu berlari menggendong anaknya. Menghampiriku. Anak perempuan kecil dalam gendongannya tampak kaku dengan mata setengah terbuka. Kadua kakinya bergerak-gerak teratur. Terdengar rintihan pelan. “Ya Alloh, astaghfirulloh, kenapa kau, Nak..” tangis ibunya yang tengah hamil 32 minggu. Jari telunjuk dan tengah perempuan ini terjepit erat di antara gigi-geligi anaknya yang baru berusia 15 bulan. Ia khawatir anaknya yang tengah kejang tanpa sadar menggigit lidahnya. “Tenang Bu, tenang. Ia kejang karena demam. Tidak akan lama berhenti sendiri,” sahutku berusaha menenangkannya. Otakku terus berputar. Tenang Pin, tenang, ujarku menenangkan diri sendiri. Aku tidak suka keadaan ini. Selama ini jika menghadapi pasien kejang, selalu tersedia obat kegawatdaruratan untuk menghentikan kejangnya. Tabung diazepam rektal satu buah. Tapi di klinik kecil tempatku bekerja i

Detik-detik yang Sangat Berharga di Madrasah Malam

Sujud di mihrab , istighfar di penghujung malam, dan air mata munajat merupakan ciri khas orang-orang mukmin. Jika ahli dunia mengira, bahwa surganya terletak pada materi, wanita, dan gedung yang mewah, maka sesungguhnya surga orang mukmin terletak pada mihrabnya. Meneladani Siroh Nabawiyah (perjalanan hidup Nabi) Rasululloh saw., kita akan menemukan beberapa tahapan dalam perjalanan da'wah beliau. Salah satu literatur yang sangat baik menjelaskan hal ini adalah buku karangan Syaikh Munir Muhammad al-Ghadban , berjudul " Manhaj Haraki, Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi saw ." Yang akan dipaparkan di sini adalah salah satu karakteristik pada periode kedua-- jahriyatud da'wah wa sirriyatut tandzim --"Berda'wah secara Terang-terangan dan Merahasiakan Struktur Organisasi", yaitu Menekankan Aspek Spiritual. Pada tahapan pembinaan, tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa, selain daripada menekankan ibadah, ketaatan

Menangis Saja Tak Bisa, Apalagi Tertawa

Begitulah kira-kira judul sebuah artikel berita di harian Pos Kota Selasa 28 Juni ini. Seorang wanita muda berusia 23 tahun menunjukkannya padaku, saat praktik sore di LKC kemarin. Isinya menceritakan satu kasus busung lapar yang ditemukan di Bekasi. Tidak hanya itu penyakit yang diderita bocah perempuan berusia dua tahun dua bulan dalam berita ini, anak yang berat badannya hanya 4,5 kilogram ini juga menderita hidrosefalus sejak lahir. Inilah kisah nyata yang dialami perempuan yang menyodorkan potongan koran itu padaku. Dan si bocah terbaring di tempat periksa di hadapanku. "Waktu itu pintu rumah diketok-ketok. Ada wartawan Pos Kota yang datang. Saya hanya memakai daster saja. Saat mereka mau memotret, saya bilang mau ganti baju dulu. Mereka bilang tidak usah, Bu. Nanti yang masuk cuma gambar anaknya saja. Eh, ternyata foto saya juga masuk. Mereka bohong, " komentar si ibu yang memakai kerudung itu menunjukkan fotonya di koran. Aku hanya tersenyum geli melihat kepolosannya.

Coba-coba pakai 'Mandarin Design'

Image
Ini asli langsung copy-paste aja dari Mandarin Design . F ull instructions for making the first letter big are in the Drop Cap copy and paste style tutorial. For this one we forced the first big letter to span more than five lines. The font-size is adjusted to exactly 100 pixels while the line height is 80 pixels. Trus ini juga... Lumayan... Hmmm... This text scrolls up. Apalagi niy? This text is a simple scrolling marquee that only works in Internet Explorer and Mozilla. It's simple HTML, no script needed. Waduh, aneh jadinya??! MandarinDesign BLOG "For People Who Make Mistakes" ... Udah ah, tidur dulu aja..