Posts

Showing posts from August, 2015

Bolehkah terlambat memberikan antibiotik pada infeksi bakteri?

"Dok, saya mau minta second opinion." Seorang ibu menyampaikan maksudnya. Ia ditemani suaminya, m embawa anaknya yang masih batita. "Anak saya sudah dua minggu diare. Saya sudah membawanya ke dokter, dan diberi antibiotik. Saya kurang sreg memberikan antibiotik tersebut. Makanya saya bertanya ke Dokter. Ini hasil laboratoriumnya." Kertas yang disodorkannya di hadapan saya menunjukkan tidak ada yang abnormal. Lekosit dan eritrosit pada tinja masih dalam batas normal. Amuba juga tidak ditemukan. Si Ibu menceritakan bahwa obat mentronidazol yang didapatkannya belum diminumkan. Antibiotik ini memang ditujukan untuk mengobati disentri amuba. Padahal hasil lab tidak menunjukkan hal serupa. Setelah memeriksa anaknya dan berdiskusi beberapa hal, saya menyampaikan beberapa poin yang cukup sering saya katakan pada orangtua. "Bu, anak yang mengalami diare dan muntah, hal terpenting adalah: orangtua dapat mengenali anaknya DEHIDRASI atau tidak. Sebenarn

Pembesaran kelenjar getah bening, normalkah?

Ibu muda beranak satu ini tampak cemas. Putranya yang berusia 2 tahun asyik bermain di ruang periksa. Tidak tampak sakit sama sekali. "Seminggu ini saya meraba benjolan di leher anak saya. Ada beberapa, sekitar empat buah, tersebar di kanan-kiri. Bahaya tidak?" Si Ibu bertanya. "Sedang batuk-pilek?" tanya saya lagi. "Sudah sembuh. Sekitar 2 minggu yang lalu." Pertanyaan saya sudah terjawab, batin saya dalam hati. Saya yakin mayoritas Anda sudah bisa menjawab, apa benjolan yang dikeluhkan sang Ibu. Ya, benar. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB). Lalu apakah pembesaran KGB ini wajar? Bukankah kanker KGB ditandai dengan pembesaran di awal? Begitu juga kemungkinan tuberkulosis (TB) kelenjar? Haruskah dicek laboratorium? Periksa ronsen dada? Tes Mantoux? Dan masih banyak pertanyaan lain yang mungkin muncul. Semua orang memiliki KGB. Pada anak-anak, pembesaran KGB lebih mudah teraba, bahkan sampai terlihat. Apa penyebabnya? Macam-macam.

Overdiagnosis alergi dan dermatitis atopi pada anak

Posting tadi pagi tentang baby acne dan milia ternyata memunculkan beberapa pertanyaan terkait al ergi. Ternyata sulit ya membedakan kedua hal yang wajar itu pada bayi dengan alergi? Atau dalam pengalaman sehari-hari, tidak sedikit yang didiagnosis dokter sebagai alergi. Alergi itu sangat luas. Dan ada satu alergi yang secara spesifik saya tangkap dari semua komentar: alergi makanan. Lebih spesifik lagi: alergi susu. Hmmm, ternyata kurang spesifik: alergi protein susu sapi! Yaa, alergi makanan itu sangat luas. Bagaimana mendiagnosisnya? Dengan "skin test" (Prick) alias uji kulit? Atau pemeriksaan darah (kadar IgE RAST)? Ternyata jawabannya adalah: kedua tes tersebut bukanlah uji yang paling akurat untuk menentukan diagnosis alergi makanan! Lalu apa tes alergi terbaik? Ialah uji "eliminasi-provokasi". Apa maksudnya? Ketika seorang anak "dieliminasi" makanan yang dicurigai mencetuskan alergi (misalnya saja makanan yang mengandung protein sus

"Saraf" atau "sawan"?

Familiar dengan istilah di atas? Di Jakarta, sebagian orangtua yang datang membawa bayinya untuk kontrol menanyakan apakah bayinya mengala mi "saraf" atau "sawan". Hehe, serem ya istilahnya? Sebutan ini ditujukan untuk "bruntusan" yang sering dijumpai pada bayi baru lahir. Saya tidak tahu apa istilahnya bagi orang Jawa, Sunda, dan lainnya. Mereka bertanya: apakah ini kondisi yang wajar? Bolehkah memberikan bedak atau losion bayi? Dalam bahasa Inggris, ada beberapa istilah yang bisa mewakili. 1. Baby acne. Biasa dijumpai pada bayi usia beberapa minggu sampai bulan. Bentuknya adalah beruntusan, seperti di gambar, dan menuju pada istilah "saraf" atau "sawan", biasanya dijumpai di pipi, sekitar hidung, sampai sepanjang sisi dahi. Warnanya cenderung dominan kemerahan, dan kadang sangat banyak, sehingga Orangtua khawatir. Penyebabnya dipikirkan karena kadar hormonal ibu yang ditransfer lewat plasenta selama kehamilan yang

Telinga perlu dibersihkan?

"Dok, telinga anak saya bau. Saya khawatir ada infeksi. Bagaimana cara membersihkannya?" "Saya sudah rutin membersihkan telinga anak saya dengan "korek kuping" (cotton bud). Tapi anak masih tetap saja menggaruk-garuk telinganya. Perlukah saya bawa ke dokter THT?" Inilah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan orangtua terkait kondisi telinga anaknya. Jika dirangkum, ini pertanyaan besarnya: perlukah telinga anak dibersihkan? Jawabannya adalah: tidak. Haahh, benar? Nanti malah jadi bau dan berpotensi infeksi dong. Mari kita kembali kepada filosofi: mengapa Allah menciptakan kotoran kuping alias serumen? Dalam banyak tulisan sebelumnya, saya menjelaskan hal-hal semacam lendir, ingus, batuk, pilek, mencret, muntah, dan demam yang sering dianggap musuh sebenarnya diciptakan dengan tujuan baik. Begitu juga dengan kotoran telinga. Serumen berfungsi menjaga telinga kita dari berbagai serangan kuman, sehingga organ ini tetap sehat. Bahkan ke

Seputar Penis Bayi dan Balita

Anda baru saja memiliki bayi laki-laki, padahal tiga anak sebelumnya adalah perempuan. Bingung dengan organ pembeda di kemaluan ka kak-kakaknya? Bertanya saja pada sang ayah. Hehehe, belum tentu ia pun fasih merawat penis bayinya. Berikut adalah beberapa hal yang sering ditanyakan dan jawabannya. 1. Menyunat bayi saat baru lahir? Ah tidak! Tidak tega. Kakek-neneknya pun tidak setuju. Kasihan, masih kecil, kata mereka. Ayahnya saja disunat saat kelas 4 SD. (Ngomong-ngomong, pada usia berapa Anda dikhitan?) Nanti saja saat sudah mengerti dan bisa memutuskan sendiri. Sekaligus bisa diadakan "selametan", kata Ayahnya. Mana yang lebih baik sebenarnya, menyunat saat masih bayi kecil atau menunggu besar saja? Khitan atau sunat alias sirkumsisi tidak hanya sekedar tindakan medis yang memiliki manfaat pada laki-laki. Tapi ada latar belakang budaya (siapa yang disunat menjelang SMP, orang Padang, Sunda, atau Jawa?  ), agama, dan tentunya indikasi medis. Penelitian y