Posts

Showing posts from August, 2007

Iryu Team Medical Dragon (part two)

Image
“There are many patients under my care who have died. Patients who were be able to be saved if they weren’t at this university hospital. I don’t want patients to die unnecessarily anymore. I will change the university hospital”“That’s why you want to be a professor?”“You can’t change this rotten organization, unless you’re at the top of it. Just stating it’s dirty or rotten, won’t change anything” Demikianlah percakapan Akira Kato, wanita muda yang berambisi menjadi profesor bedah jantung. Yak, begitulah saudara-saudaraku sejawat dokter. Siapapun yang ingin mengubah suatu sistem, harus menjadi bagian di dalamnya (baca: jadi staf atau konsulen.. hehehe). Tak pelak, menonton Iryu Team Medical Dragon, memberikan gambaran banyak sekali kemiripan sistem kedokteran di Indonesia dengan Jepang. Khususnya dalam hal kultur feodalisme. Tapi jangan bahas dalam segi teknologi ya, pastinya Indonesia kalah jauh. Susunan alur ceritanya oke. Khas ‘dorama’ Jepang. ‘Manga’ based pula. Ilustrasi musiknya

Iryu Team Medical Dragon

Image
Why do I work at this hospital for?Everything right up to medical procedures is decided by the professor… Rather than patients, we are more eager in pleasing the professor… Rather than surgical procedures, we prescribe medicines from friendly pharmaceutical companies or senior doctors’ preferences. Is this really what it means to be a doctor?Actually I want to take chances… Ijyuuin-sensei, seorang residen di bagian Bedah Toraks sebuah RS fiktif dalam film serial TV “Iryu Team Medical Dragon” merenungi dirinya. Sebuah kondisi yang secara umum menggambarkan satu bagian kecil dari kehidupan dunia kedokteran di seluruh dunia. Indonesia pun termasuk salah satu bagiannya. Film ini menceritakan dua karakter utama. Karakter pertama adalah seorang dokter bedah yang ”surgeon-born-to-be” namun sangat idealis dengan keadaan yang secara bertolak belakang dengan keinginannya (kurang-lebih digambarkan dalam paragraph awal tulisan ini), sehingga ia dikucilkan dari pergaulan profesinya, dan memutuskan