Posts

Showing posts from 2016

A Boy Who is Special

"Do you like football?" Pria India warga negara Singapura itu bertanya pada bocah laki-laki di hadapannya. Anak itu memandangku. "Kamu suka sepakbola?" Aku membantu menerjemahkannya. "Iya." Jawabnya malu-malu. "What club do you like?" Tanya pria itu dengan logat Hindi yang kental. "eM-yU," jawab si bocah singkat, setelah kuterjemahkan lagi maksud pertanyaannya. "Who's your favorite player?" Pria berambut tipis ini melanjutkan pertanyaannya. Bocah ini menatapku lama. Seolah-olah ia minta jawaban dariku. Siapa pemain bola favoritmu di Manchester United? "Semuanya..." Ia menjawab sebisanya. "All of them." Aku menerjemahkan kembali ke pria India ini. Seorang dokter ahli perawatan paliatif di negerinya. Pria ini tertawa terbahak-bahak mendengarkan jawaban anak kecil yang duduk di tempat tidurnya. Sebuah bed perawatan di ruang isolasi. Umurnya 10 tahun. Beratnya hanya 15 kilogram. Kulitnya penuh de

Superbug as Badbug: Dawn of Mankind

Sudah bisa nebak ya, judul tulisan ini terinspirasi dari "Batman v Superman: Dawn of Justice". Filem yang sepertinya menyedot penonton di akhir pekan ini. Siapa yang tidak kenal Superman dan Batman? Saya tidak akan membahas bedanya Superman klasik, The Death and Life of Superman, dan Man of Steel, atau Batman klasik dengan The Dark Knight. Tapi saya akan menceritakan Superbug. Apakah itu? Berkali-kali saya membahas bahayanya penggunaan antibiotik yang tidak sesuai tempatnya. Ya, kita sudah paham bahwa antibiotik hanya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Padahal tidak semua penyakit disebabkan oleh bakteri. Infeksi virus justru mendominasi penyakit pada manusia, dan tentunya infeksi virus tidak memerlukan antibiotik. Masalahnya adalah: banyak antibiotik diresepkan tidak pada tempatnya. Termasuk antibiotik yang diresepkan pada infeksi virus. Hal lainnya adalah penggunaan antibiotik spektrum luas pada infeksi bakteri yang sebenarnya tidak membutuhkan tipe antibiotik ter

Antibiotik boleh distop sebelum habis?

"Anak saya demam sudah 3 hari, disertai batuk-pilek. Lalu saya bawa berobat dan diberi antibiotik. Setelah 2 hari diminum, saya baca-baca lagi bahwa selesma (batuk-pilek) tidak butuh antibiotik. Boleh saya stop antibiotiknya?" Ini prinsipnya: - Antibiotik adalah untuk infeksi BAKTERI, bukan infeksi VIRUS. Maka seperti pernah saya sampaikan sebelumnya, selalu tanyakan ke dokter, apa diagnosisnya, dan apakah penyebabnya infeksi virus atau bakteri? - Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri, tentu antibiotik yang diberikan harus dihabiskan sesuai waktu yang dianjurkan. Mengapa? Dikhawatirkan jika AB dihentikan sebelum waktunya, maka bakteri-bakteri jahat penyebab penyakit sesungguhnya belum dihabisi semuanya,meskipun gejalanya sudah hilang (merasa sudah sembuh). Dikhawatirkan sebagian bakteri penyebab penyakit yang tersisa ini, akan memperkuat dirinya, bermutasi secara genetik dan menghasilkan keturunan-keturunan yang lebih kuat (kebal) dan tidak mempan dengan antibiotik sebel

The Story of Four

Satu "Ibu kemana aja? Udah lama nggak kontrol. Waduh, beratnya kok makin turun Bu." Mulutku mencerocos menyambut seorang anak berusia 1 tahun yang masuk ke ruang praktik diantar ibunya. Bocah perempuan ini gagal tumbuh (failure to thrive). Nyaris masuk ke dalam kategori gizi buruk. Ia biasanya kontrol rutin memantau kenaikan berat badan anaknya. Tapi sudah hampir 2 bulan aku tak menjumpainya. "Iya Dok, saya udah lama nggak kontrol," balas si Ibu. Matanya mulai berkaca-kaca. "Anak pertama saya meninggal sebulan yang lalu. Kena DBD." Tangannya memegang gagang kacamatanya. Ia mengelap matanya yang basah. Aku berhenti sejenak. Sepertinya aku mengambil sikap pembukaan yang salah. Ibu berjilbab lebar dan bergamis panjang ini baru saja kehilangan anak kebanggaannya yang sudah 19 tahun mendampingi hidupnya. Dan kini si bungsu yang bermasalah tumbuh-kembangnya harus kembali ditekuni. Ia berasal dari ekonomi kurang mampu tentunya. Dua Gadis berusia 10 tahun ini

Demam boleh mandi dong

Jadi...anak lagi demam boleh mandi ya, Ibu-ibu... (Tadi niatnya cuma mau posting 1 kalimat singkat di atas itu saja, tapi bakal banyak yang baper kayanya, jadi harus saya jelaskan. Hehe) Ini penjelasan dari beberapa sumber terpercaya: How can I keep my child comfortable when she has a fever? A 15-minute bath in lukewarm water may help bring your child’s fever down. Make sure the water doesn't get cold, and take her out if she starts to shiver. (sumber: http://www.m.webmd.com/children/guide/fever-care-young-children) Should I give my baby a sponge bath or a drawn bath to lower his fever? If fever-reducing medication isn't an option for your baby — because he doesn't take medicine very well, or you'd rather not give him any — a lukewarm bath or sponge bath won't hurt him, and it may help reduce his temperature. (Bathing a child with a fever was common practice before fever reducers were available.) Just make sure that the water is lukewarm to warm, not cool, bec

Pilih obat demam mana?

Obat penurun panas minum (oral) versus penurun panas lewat dubur (rektal/supositoria) Benarkah antipiretik (obat penurun panas) parasetamol/asetaminofen rektal lebih cepat menurunkan suhu dibandingkan dengan oral? Ibu Kartini* gelisah. Sudah 2 hari anaknya demam tinggi. Suhunya mencapai 40 derajat selsius. Jika tidur selalu mengigau. Masalahnya cuma satu: anak gadisnya yang berumur 2 tahun ini tidak mau minum obat! Tiap kali parasetamol disuapkan masuk ke dalam mulutnya, bocah kecil ini pasti meronta kuat! Kalaupun suapan parasetamol berhasil melalui rongga mulutnya, dalam hitungan beberapa detik obat antipiretik ini akan langsung menyembur keluar. Sengaja dilepehkan, atau dimuntahkan. Kekhawatiran Bu Kartini beralasan. Sudah 2 kali anaknya kejang demam. Wajar dong kalau ia harus memaksakan antipiretik masuk ke mulut sang putri. Hmmm, mengapa tidak menggunakan antipiretik rektal saja ya? Ia melirik parasetamol supositoria di lemari obat. Beberapa bulan lalu tetangganya pernah menyara

Campak itu berbahaya!

Campak, bukanlah penyakit ringan! Dalam sepekan terakhir, saya merawat sekitar 5 anak dengan sakit campak. Semuanya dirawat di ruang isolasi, dengan demam, kesulitan makan (nafsu makan menurun), dan diare atau sesak napas (pneumonia). Semuanya dirawat sampai diare atau sesak membaik, dan nafsu makan membaik juga. Untunglah tidak satupun mengalami komplikasi berat seperti pneumonia yang membutuhkan ventilator, diare berat yang menyebabkan kehilangan elektrolit banyak sampai kejang, dan penurunan kesadaran seperti ensefalitis. Tetapi tetap saja campak atau morbili (measles/rubella) bukanlah penyakit yang menyenangkan. Anak mengalami demam, batuk, pilek, dan matanya merah selama 3-5 hari, lalu muncullah ruam yang makin banyak, secara bertahap dari atas (wajah) sampai bawah. Anak masih bisa mengalami demam sampai 3 hari setelah ruam timbul. Mayoritas anak tampak lesu, tidak mau makan, dan berisiko tinggi kekurangan cairan (dehidrasi). Campak disebabkan oleh virus. Makanya tidak ada pengo

A day in our life

"Papaa! Papa manaa??" Anak kecil itu berteriak-teriak di lantai. Ia menangis meraung-raung. Mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya. Termasuk diriku, yang kebetulan memang berjalan menuju kamarnya. "Kenapa?" tanyaku. "Loh, papanya mana?" "Papanya barusan berangkat kerja, Dok. Neneknya sedang menuju kemari." Orangtua pasien di kamar sebelahnya menjawab pertanyaanku. Di hadapanku adalah seorang gadis berusia 6 tahun dengan berat badan hanya 12 kg. Tulang berbalut kulit. Gizi buruk. Wajahnya yang tirus menampakkan sosok lebih tua dari usianya. "Udah, jangan nangis. Yuk, naik ke atas," bimbingku menuju tempat tidurnya. Ia tampak enggan, tetapi pasrah. Kuminta seorang koasisten menemaninya bermain. Gadis ini mengalami penyakit yang pastinya membuat kening berkerut orang yang mendengarnya. Ya, HIV positif. Awalnya ia seorang anak perempuan yang tumbuh dan berkembang secara wajar layaknya kawan-kawan sebayanya. Tapi setahun terakh

Lagi-lagi campak

Lagi-lagi saya harus posting tentang penyakit campak, karena "badai" penyakit ini belum berakhir juga. Hampir separuh yang saya temui juga mengalami komplikasi pneumonia (radang paru-paru), mulai dari yang ringan sampai berat. Maka saya tidak bosannya menyampaikan kembali: - Imunisasi campak tidak diberikan hanya sekali pada usia 9 bulan, tapi ada ulangannya pada usia 2 tahun. Jadi bagi para Ibu yang anak-anaknya belum mendapatkan imunisasi campak ulangan, maka segera kejar ketertinggalannya ini. Booster vaksin campak dapat dilakukan di usia berapapun. - Yang sudah mendapatkan imunisasi MMR di usia 15 bulan, maka tidak perlu mendapatkan vaksin campak ulangan di usia 2 tahun (sesuai panduan imunisasi IDAI tahun 2014), tetapi ulangannya nanti di usia 5-6 tahun. - Ulangan imunisasi campak ini penting, mengingat ada beberapa anak yang sudah mendapatkan imunisasi campak di usia 9 bulan, tetap sakit campak. Kemungkinan imunitas (kekebalan) yang dihasilkan pada usia 9 bulan sudah

Beda infeksi virus dengan bakteri

Bagaimana membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri? Posting saya pekan lalu tentang antibiotik bukanlah obat demam lagi-lagi mengundang pertanyaan: bagaimana membedakan infeksi bakteri dengan virus? Mengingat antibiotik diberikan untuk infeksi bakteri, bukan infeksi virus. Sebenarnya pembahasan hal ini sudah pernah saya tulis, tapi tak apa-apa, saya coba paparkan lagi dalam bentuk poin-poin. - Cara paling ideal membedakan keduanya tentu dengan melihat langsung mikroorganisme penyebabnya dengan mikroskop, yaitu virus atau bakteri. Tapi ini perkara yang tidak mudah, tidak bisa dikerjakan di semua tempat, mahal, dan banyak kendala lainnya. Tapi pada sebagian kecil kasus, "menangkap" dan mengidentifikasi kuman harus dilakukan. Misalnya dengan melakukan pemeriksaan kultur (biakan) dari darah (atau urin, dan cairan tubuh lainnya), pemeriksaan langsung (dahak untuk mencari kuman TB), atau biopsi jaringan tubuh. - Pada sebagian besar kasus, mengetahui apakah infeksinya viru

Infeksi virus kok dikasih antibiotik?

"Anak saya dikasih antibiotik? Bukankah sakitnya karena virus? Kok dapat antibiotik?" tanya seorang Ibu, sambil menatap putrinya yang berusia 4 tahun. Ingus kental berwarna hijau kekuningan. Matanya merah. Sudah 4 hari suhunya di atas 38 derajat selsius. "Iya, untuk mencegah infeksi bakteri," jawab seseorang di hadapannya. Pernah mendapatkan situasi serupa? Ketika antibiotik diberikan dengan alasan "mencegah infeksi bakteri". Ketika ingus dan lendir sudah berubah warna, dari bening dan encer menjadi kental dan kehijauan. Seingat saya, dulu saya pernah punya pemahaman yang mirip. Apabila ingus sudah mengental dan berwarna, maka tandanya sudah terjadi infeksi bakteri. Ternyata saya salah. Selama ingus masih diproduksi, apakah kental sampai membuat hidung mampet, atau masih encer meskipun sudah berwarna, maka jika diagnosisnya adalah infeksi saluran napas atas yakni common cold atau selesma dan/atau influenza, maka tetaplah infeksi virus yang tidak membutuh

Analisis terhadap vaksin palsu

Terkait pemberitaan vaksin palsu yang terus berkembang, dan menjadi bahan diskusi di masyarakat, ada beberapa hal PENTING yang harus saya sampaikan: 1. Pemberitaan yang ada dari semua media, baik televisi, surat kabar, media online, dan bahan berbagi di media sosial, kecenderungannya secara keseluruhan--menurut saya--membuat masyarakat jadi lebih resah, dibandingkan dengan menenangkan masyarakat. Wajar. Sangat wajar bahkan. Kasus ini harus diusut tuntas dan seluruh pelakunya dihukum berat, karena sudah membahayakan banyak nyawa. Agar tidak terulang lagi! Yang saya sayangkan adalah: pihak berwenang,khususnya kepolisian, belum mengumumkan hasil final dari investigasi mereka, tapi media-media terus mengulang-ulangnya, dan menimbulkan berbagai asumsi dan prasangka di masyarakat. Adakah korban dari vaksin palsu? Berapa banyak? Mana saja RS dan klinik yang menjadi pelanggan tetap produk berbahaya ini? Berapa perkiraan jumlah dosis vaksin yang sudah beredar? Ke seluruh Indonesia atau hanya

Kelompok Antivaksin dan Vaksin Palsu

Beberapa hari lalu, seorang kawan menuliskan di dalam statusnya, bahwa kelompok antivaksin ikut "bertepuk tangan" dengan kasus vaksin palsu yang menjadi pemberitaan utama media saat ini. Kurang-lebih itu opini yang saya tangkap. Ketika saya mengaminkan pendapat ini dan ikut membagikannya, beberapa reaksi dari kawan-kawan saya yang "antivaksin" bermunculan. Mereka menyatakan tidak menyukai adanya kasus vaksin palsu ini, dan berharap kasus ini juga dituntaskan. Mereka tidak menginginkan adanya anak-anak yang menjadi korban dari vaksin palsu. Saya lalu menyadari bisa jadi melakukan kesalahan, yaitu: menggeneralisasi kelompok antivaksin. Tidak semuanya lantas merasa "tuh kan, mending nggak usah diimunisasi". Mereka juga berempati terhadap kegelisahan orangtua yang anak-anaknya rutin diimunisasi. Tetapi saya tidak memungkiri, ada juga kawan-kawan antivaksin yang terus mengumbar berita menyeramkan tentang vaksin palsu ini. Sayangnya berdasarkan asumsi. Yang jik

Luka perlu antibiotik?

Lebaran adalah momen berkumpulnya anak-anak kecil, dengan segala kegembiraannya, tingkah polahnya, suka citanya bertemu dengan saudara-saudaranya yang lama tak dijumpai, lalu....brukk! Risiko kecelakaan kecil kadang tak terhindarkan. Jatuh, luka, dan menangis kencang! Wuaaa, darah mengalir deras, dengan luka gores, bahkan ada yang tersayat dan dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan luka. Kadang "dioleh-olehi" dengan beberapa jahitan. Pertanyaannya: perlu dikasih antibiotik tidak ya? Makin tingginya penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya dan berujung pada terbentuknya bakteri-bakteri kebal (baca: resisten antibiotik), membuat penggunaan antibiotik menjadi sangat harus selektif dan berhati-hati. Salah satu penggunaan antibiotik yang masih dianggap berlebihan dan tidak pada tempatnya adalah pada luka sederhana (simple wound). Misalnya saja luka tergores yang cukup dibersihkan dengan air bersih, ditambahkan dengan antibiotik minum, yang "niatnya" untuk m

Dokter mengobati orang, bukan hasil lab

- Dokter tidak mengobati hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya. Tapi yang diobati adalah pasiennya (orangnya). Jika ada ketidaksesuaian antara hasil pemeriksaan penunjang dengan orangnya (klinis), maka dokter akan lebih mempertimbangkan pemeriksaan klinisnya - Kadang pasien/konsumen kesehatan terburu-buru ingin memeriksakan lab/ronsen/penunjang lainnya, meskipun sebenarnya dokter belum meminta. Tak jarang pasien datang sudah membawa hasil lab langsung ke dokternya, dan "meminta" dokter mengobati/memberikan penanganan sesuai hasil lab tersebut. Padahal bisa saja kembali ke poin nomor satu di atas ya - Nilai lekosit (sel darah putih) bisa naik akibat infeksi apapun (virus, bakteri) maupun non infeksi (keganasan/kanker, autoimun, kehamilan). Maka tidak bijak menentukan perlu tidaknya antibiotik semata dari hasil laboratorium. Maka, semua kembali kepada: apa diagnosisnya? Jangan ragu tanyakan pada dokter: apa diagnosisnya (dalam bahasa medis, penjelasan dalam bahas

Tanya Jawab Diare pada Anak

Tanya: apakah antibiotik obat untuk diare? Jawab: tergantung diagnosisnya. Mayoritas penyebab diare adalah infeksi virus yang akan sembuh dengan sendirinya, dan tentu sama sekali tidak butuh antibiotik. Bahkan sebagian diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri pun tidak butuh antibiotik. Tanya: lalu apa obat diare? Jawab: prinsipnya diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk membuang apa yang harus dibuang, baik bakteri maupun virus. Maka biarkan tubuh membuangnya, yang penting selama proses pembuangan ini dehidrasi (kekurangan cairan) bisa dicegah. Caranya gimana? Ya minum, minum, dan minum. Oralit atau cairan elektrolit lainnya lebih baik. Tanya: tapi anak saya selalu muntah setiap dikasih minum Jawab: berikan minum sedikit tapi sering. Dengan sendok. Supaya kalau mual, bisa dihentikan sementara. Tanya: kalau masih muntah terus dan diare berlanjut? Jawab: kembali ke prinsip apakah sudah terjadi dehidrasi? Kalau dehidrasi tak dapat dicegah dan anak makin lemas, tidak buang air

Minum antibiotik supaya cepat sembuh!

"Oke deh. Batuk-pilek alias selesma obatnya cuma SABAR. Tapi setelah 2 minggu anak saya batuk-pilek, terus dapat antibiotik, alhamdulillah langsung sembuh. Berarti kalau mau cepat sembuh bisa dengan minum obat dong?" Pernah mengalami hal serupa? Dalam pengamatan saya, kondisi di atas namanya adalah koinsidens (coincidence) alias kebetulan. Lha kok bisa? Ini alasannya: - infeksi virus obatnya bukan antibiotik - anak ini kebetulan pas minum antibiotik, pas saatnya sakitnya menyembuh. Jadi kebetulan terjadi di waktu bersamaan. Makanya dipikirkan adanya hubungan sebab-akibat. Padahal sepertinya tidak ada. - penggunaan antibiotik terlalu sering dan tidak pada tempatnya meningkatkan risiko sakit. Lho kok bisa? Alasannya: (1) antibiotik melawan bakteri. ketika ia masuk ke tubuh manusia dan tidak menemukan bakteri jahat untuk dilawan, maka yang diserangnya adalah bakteri baik di seluruh tubuh manusia, terutama di usus besar (koloni terbesar). Padahal bakteri baik ini menjaga tu

HFMD atau flu Singapur?

Berhubung HFMD lagi musim, dan banyak yang nanya, maka saya tulis sedikit saja: - HFMD kepanjangannya adalah hand, foot, and mouth disease, alias penyakit tangan, kaki, dan mulut. Meskipun hanya tiga tempat yang disebutkan, kelainan kulit yang timbul bisa terlihat sampai ke selangkangan dan bagian tubuh lain. - Banyak orang menyebutnya dengan flu Singapur. Aseli saya tidak tahu asal muasal sebutan ini. Kesannya jadi "serem". Bila ada yang mengatakan "wabah Flu Singapur", maka ada orangtua yang lalu berpikir untuk meliburkan anaknya dari sekolah agar tidak tertular, atau minta agar pihak sekolah menutup sekolahnya untuk sementara. Hehe, sebenarnya faktanya tidak seseram ini, karena HFMD adalah penyakit ringan. - Penyebab HFMD adalah infeksi virus, yaitu keluarga Enterovirus. Tersering adalah Coxsackie virus. Namanya infeksi.virus ya pastinya tidak butuh antibiotik. HFMD sembuh sendiri, tanpa perlu diberikan antivirus atau apapun itu namanya. - Virus menyebar le

Bedak bagi Bayi

Bayi perlu diberi bedak tabur (talcum powder)? Jawabannya singkat: tidak. Pemberian bedak tabur berisiko menyebabkan terhirupnya partikel-partikel kecil bedak ke dalam saluran napas dan menyebabkan gangguan pernapasan, hingga kematian. Silakan lihat beberapa potongan gambar dan laporan kasus yang ada. Bukankah bedak tabur dapat mengatasi gatal akibat biang keringat (heat rash)? Jawabannya: hindari terjadinya biang keringat dengan mengenakan pakaian tipis dan pendek pada anak, supaya tidak banyak berkeringat. Sering-sering juga mengganti baju anak. Tapi boleh kan pakai minyak telon? Jawabannya: sudah banyak dibahas di komentar-komentar status sebelumnya, bagaimana pengalaman ibu-ibu dengan minyak telon. Ini adalah kebiasaan yang kebetulan ada di negara kita. Tidak perlu khawatir bayi akan kembung jika tidak dibalurkan minyak telon. Bentuk perut bayi dan batita memang buncit, padahal bukan berarti "masuk angin". Tapi bunyinya "dung-dung" jika diketuk? Ya iya lah.

"Kok gigi anakku belum muncul?"

Sampai umur 1 tahun gigi bayi belum tumbuh! Apa yang harus dikhawatirkan? - Umumnya gigi pertama anak sudah tumbuh selambatnya saat berusia 1 tahun (gigi pertama dapat tumbuh sejak usia 6 bulan). Tapi gigi pertama masih dikatakan wajar meskipun baru tumbuh selambat-lambatnya pada usia 18 bulan, seperti pada keterangan foto dari AAP di bawah. Jadi pertumbuhan gigi yang harus dikhawatirkan adalah ketika sampai lebih dari usia 18 bulan, belum satu gigipun tumbuh. - Banyak faktor yang menyebakan terlambatnya gigi pertama tumbuh (suatu kondisi yang jarang terjadi ya). Tapi kekurangan kalsium seperti yang dipikirkan banyak orang, tidak termasuk di dalamnya. Apabila terjadi kekurangan kalsium, maka tidak hanya pertumbuhan gigi yang terpengaruh. Beberapa kondisi yang dapat menunda pertumbuhan gigi pertama, seperti dijelaskan dalam gambar, seperti: hipotiroid, sindrom Down, Rickets, dan kelahiran prematur. Silakan baca-baca lagi ya...

Sabar dan Gendong sebagai Obat

Selamat datang di musim batuk-pilek, alias selesma atau common cold. Ketiga anakku mengalaminya :-( Orang-orang dewasa di sekitarnya pun tertular. Demam, batuk, pilek, dan berhari-hari tidak sekolah. Musim ini tampaknya bermula selepas liburan akhir tahun kemarin. Apa yang harus dilakukan? 1. Berdoa kepada Allah agar diberikan kesabaran menghadapi anak-anak yang sakit (termasuk kita yang tertular), dan.memohon kesembuhan. 2. Memahami bahwa common cold adalah infeksi virus yang tentunya tidak membutuhkan antibiotik. 3. Mempelajari kapan harus ke dokter, yaitu ketika anak mengalami sesak napas (khawatir komplikasi pneumonia) dan dehidrasi. Maka obat terpenting adalah minum, minum, dan banyak minum agar tidak kekurangan cairan. 4. Paham bahwa demam, batuk, dan pilek adalah gejala, bukan penyakit. Maka tidak harus memberikan obat untuk semua gejala yang ada. Obat penurun panas hanya diberikan jika anak merasa tidak nyaman dan rewel. Obat batuk dan pilek tidak ada yang bermanfaat, bahka

Pakai "tanganmeter" atau termometer?

Ibu-ibu ini (Bapak-bapak juga) memang harus selalu diingatkan, agar tidak pakai "tangan-meter" untuk menentukan anaknya sedang demam atau tidak. Karena berdasarkan pengamatan saya, penggunaan tangan-meter, alias meraba dahi/badan anak dan menyimpulkannya demam, tanpa termometer, sering menyebabkan "diagnosis" demam yang berlebihan, dan berujung pada pemberian obat penurun panas (antipiretik) yang sebenarnya tidak/belum perlu. "Dok, anak saya sudah 3 hari demam. Nggak ada gejala lain. Makanya saya bawa ke dokter." "Berapa suhunya?" tanya saya. "Nggak diukur pakai termometer." (*tepok jidat) Lalu ada aja alasannya. Anaknya nggak bisa diam dan berontak kalau dimasukkan termometer ke ketiak lah. Termometernya pecah lah. Sampai memang nggak punya termometer. Hehe. Atau sebaliknya. "Anak saya anget Dok. Suhunya 37 derajat. Jadi saya kasih parasetamol." "37 derajat mah nggak demam, Bu. Di atas 38 baru demam," jawab s

Apakah Rumah Sakit tempat yang aman buat anak?

Kadang saya menjumpai orangtua yang membawa anaknya berobat dan minta anaknya segera dirawat. Pendorong utamanya, menurut penilaian saya, adalah kepanikan orangtua. Padahal pemeriksaan saya menyimpulkan anaknya belum perlu dirawat. Tidak ada indikasi rawat, istilahnya. (Kalau pasien memang indikasi rawat, pasti dirawat. Kalau tidak indikasi rawat, perlukah dirawat?) Belum lagi, pasien-pasien yang masuk dari IGD, dan dokter jaga menjelaskan sebenarnya tidak perlu dirawat, tetapi orangtua tetap memaksa minta rawat. Apa bahayanya RS? Bukankah justru anak menjadi aman dirawat di RS. Untuk apa RS diciptakan jika justru membahayakan? Mungkin ini pertanyaan yang akan menyusul. Coba lihat, apa yang terjadi ketika seorang anak dirawat? Diambil darahnya, dipasang infus, dan diberikan obat-obatan secara rutin. Semua bermanfaat kan? Demi kesembuhan anak. Dalam ilmu kedokteran, semua berbasis pada prinsip benefit versus risk, alias manfaat versus risiko (mudharat). Tidak ada yang 100% benefit, a

Lebaran: Neraka bagi para Perokok Pasif

Lebaran adalah momen bertemunya banyak orang dalam satu waktu. Orang dewasa, lanjut usia, remaja, kanak-kanak, bayi dan balita saling bertemu dalam satu ruangan. Di rumah-rumah saudara untuk bersalam-salaman. Di tempat rekreasi mumpung lagi liburan. Atau di rumah makan dan restoran sambil melepas kebahagiaan. Ada satu hal yang saya amati terjadi di semua tempat ini: kumpulan orang-orang merokok. Keluarga kami misalnya. Sambil menikmati buka puasa bersama untuk terakhir kalinya di Ramadhan kali ini, titik-titik kepulan asap rokok bermunculan di beberapa tempat di sebuah rumah makan. Posisi restoran ini memang di pinggir jalan, dan terbuka. Tidak ada tanda larangan merokok yang tampak. Maka saya tidak punya dasar hukum yang kuat untuk menegur mereka. Lain halnya dengan di dalam angkot, ketika berhadapan face-to-face dengan seorang perokok, mayoritas akan mematikan rokoknya ketika ditegur. Seorang keponakan saya yang berumur 10 bulan yang baru saja didiagnosis bronkiolitis terpaksa saya

Persiapan sebelum sunat

Hayoo, siapa yang mau disunat habis lebaran? Ya, kebetulan libur lebaran kali ini bersamaan dengan kenaikan kelas. Pastinya sudah ada beberapa yang berencana dikhitan alias disunat sebelum tahun ajaran baru dimulai. Naahh, apa saja yang harus orangtua ketahui sebelum khitan atau sirkumsisi dilakukan? Mau pake teknik apa ya: biasa (konvensional), kauter, atau klamp? Lalu bius lokal atau bius umum? Daannn... setelah khitan, haruskah minum antibiotik? Ada beberapa teknik sirkumsisi yang sering digunakan, antara lain: "konvensional" atau manual, kauter, dan klamp. Teknik konvensional adalah metode yang sudah dijalankan selama puluhan tahun, termasuk yang kita sebagai Ayah saat ini alami saat masih kecil dulu (kecuali ada yang baru disunat pas SMP ya... Hehe). Yakni dengan menggunting kulup penis, dan membuangnya, sehingga "kepala" penis (glans) terlihat, dilanjutkan dengan memberikan beberapa jahitan. Teknik ini adalah yang terbanyak dipakai, dan paling aman. Karena bi

Lagi-lagi tentang antibiotik

"Oke deh. Batuk-pilek alias selesma obatnya cuma SABAR. Tapi setelah 2 minggu anak saya batuk-pilek, terus dapat antibiotik, alhamdulillah langsung sembuh. Berarti kalau mau cepat sembuh bisa dengan minum obat dong?" Pernah mengalami hal serupa? Dalam pengamatan saya, kondisi di atas namanya adalah koinsidens (coincidence) alias kebetulan. Lha kok bisa? Ini alasannya: - infeksi virus obatnya bukan antibiotik - anak ini kebetulan pas minum antibiotik, pas saatnya sakitnya menyembuh. Jadi kebetulan terjadi di waktu bersamaan. Makanya dipikirkan adanya hubungan sebab-akibat. Padahal sepertinya tidak ada. - penggunaan antibiotik terlalu sering dan tidak pada tempatnya meningkatkan risiko sakit. Lho kok bisa? Alasannya: (1) antibiotik melawan bakteri. ketika ia masuk ke tubuh manusia dan tidak menemukan bakteri jahat untuk dilawan, maka yang diserangnya adalah bakteri baik di seluruh tubuh manusia, terutama di usus besar (koloni terbesar). Padahal bakteri baik ini menjaga tu

The "grok-grok" story

"Bayi saya pilek. Umurnya baru 1 bulan." Ibu muda ini membawa bayinya yang tidak terlihat pilek sama sekali di hadapanku. "Pilek atau grok-grok, Bu?" tanyaku. "Iya, ada bunyi grok-grok. Sudah 2 minggu seperti ini. Dikasih obat apa ya?" tanya si Ibu. Di lain waktu.... "Bayi saya sering terdengar napasnya berbunyi grok-grok. Kata orang, waktu lahir tidak disedot sampai bersih ya lendirnya?" Di tempat lain.... "Bayi saya berbunyi grok-grok. Dia tidak dapat ASI, tapi susu formula. Harus diganti ya susunya. Katanya bisa jadi alergi susu sapi." Faktanya.... Bunyi grok-grok ternyata wajar dan sering sekali dijumpai pada bayi, khususnya dalam 6 bulan pertama usianya. Sebabnya adalah bayi cenderung bernapas lewat hidung saja (nose-breather). Maka jika ada ludah yang banyak di rongga mulut dan tidak langsung ditelan, bunyi grok-grok terdengar sembari bernapas. Kadang juga terdapat ingus atau lendir di dalam lubang hidung bayi, dan terdeng

"Mama, Bantu Aku agar Dapat Memberikan ASI..."

"Ini apa Bu?" tanyaku sambil menunjuk botol berisi susu bayi saat melakukan kunjungan rutin ke ibu pasca persalinan. Pertanyaan yang sering kuajukan. Jawabannya kebanyakan adalah "susu formula". Sebagian kecilnya adalah ASI perah. Lalu apa masalahnya? Ya, pastinya pertanyaan yang timbul kemudian adalah: kok tidak diberikan ASI saja? Saya memperhatikan salah satu faktor keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah dukungan orang-orang sekitar. Dalam hal ini yang tersering adalah suami, dan.... ibu, baik kandung maupun mertua. Tidak jarang ketika saya menanyakan kenapa buru-buru diberikan susu formula, yang menjawab justru bukan si Ibu, tetapi sang nenek. "Kasihan Dok, bayinya rewel. ASI nya juga belum keluar." Begitu jawab Nenek. Seringkali saya menatap si Ibu yang terdiam saja, seolah-olah ia tahu bahwa ia seharusnya tak melakukan itu, tetapi dorongan dari orang lain agar segera memberikan susu formula lebih kuat. Apalagi anak pertama, cucu pertama, dan

Inpirasi Pagi ini

Gadis berusia 6 tahun itu terbaring lemah di hadapanku. Berat badannya tidak mencapai 10 kilogram. Tulang-tulang iganya terlihat jelas. Sosoknya adalah tulang terbungkus kulit. Mengingatkan orang-orang yang melihatnya pada gambar foto bocah-bocah di Somalia dan Etiopia beberapa tahun silam. Gizi buruk. Ia sakit HIV. Tertular dari ibunya yang sudah lebih dulu meninggal dunia. Ayahnya entah berada di mana. Ia kini dirawat oleh kakak dari almarhumah ibunya. Bolak-balik kontrol ke RS untuk.mendapatkan obat antivirus HIV dan obat anti tuberkulosis (TB). Penyakit tersering yang menyertai HIV. "Anaknya dirawat lagi ya Bu. Beratnya makin turun. Kondisinya pun butuh pemantauan sementara di RS," kusampaikan pada seorang wanita yang menemani bocah ini. Kutatap lagi wajah si anak yang tak pernah tersenyum. "Saya bilang dulu sama Uwa'-nya ya Dok. Saya nggak bisa tanggung jawab kalau ada apa-apa sama anak ini," jawab perempuan berusia 40-an tahun di hadapanku ini. "Ib

Lagi-lagi tentang Rokok!

Mereka yang tinggal di Jakarta dan di kota-kota besar lainnnya, wajar di hari libur mencari tempat berlibur di luar kota. Anak-anak juga perlu dikenalkan dengan ... lingkungan outdoor yang penuh dengan tanaman rimbun dan hewan liar. Buat saya, masalahnya hanya satu ketika mengunjungi tempat-tempat wisata outdoor ini: orang-orang yang bebas merokok. Tanpa peduli orang-orang lain di sekitarnya mengisap asap rokok dengan seluruh racunnya. Mereka para perokok adalah orang-orang yang jelas menzalimi orang-orang lain. Dalam hati saya membatin, tidakkah mereka menyadari dosa yang sedang mereka lakukan? Apakah mereka orang-orang yang tidak mengimani adanya hari Akhir? Saya sepakat seluruh orang yang terlibat dalam rokok ini adalah orang-orang zalim. Mulai dari produsen yang konon orang-orang terkaya di negeri ini, para perokok, semua orang yang terlibat dalam iklan rokok mulai dari perusahaan advertising, sampai bintang iklannya, lalu karyawan perusahaan rokok, dan para penjualnya. Lalu

Anak sedang batuk-pilek tidak boleh minum es?

Anak lagi demam-batuk-pilek alias selesma nggak boleh minum es? Benerr?? Kata siapa? Bayangin aja... Anak umur 3 tahun lagi demam. Ingusnya meler. Batuk grok-g ... rok. Tapi nggak sesak kok. Makan susah. Kayanya mulutnya pahit. Masuk makanan "hoekk". Disuruh minum air putih nggak mau. Pas ditanya, "Mau es krim?" Langsung matanya berbinar-binar. "Mau, mau," gitu katanya. Di tempat lain. Anak umur 4 tahun. Batuk, sakit menelan, dan ada sariawan beberapa buah di lidah dan langit-langitnya. Masuk makanan dikit bilang perih. Minum air hangat nggak enak. Pas ke dokter, disuruh makan es krim dan minum air dingin. "Kan enak, Bu. Adem gitu. Coba Ibu lagi sariawan dan disuruh makan es krim. Enak kan??" gitu kata Pak Dokter. Ini faktanya: - Common cold alias selesma, lalu influenza (flu), sama-sama disebabkan oleh infeksi virus. Berarti bukan gara-gara minum es atau makan gorengan, kan? smile emoticon - Anak sakit flu dan CC butuh banyak asupan c

DeBeDe versus Tipes

Musim DBD belum berakhir. Banyak orangtua yang khawatir menghadapi anaknya demam, dan langsung membawanya ke dokter, untuk memastikan kemung ... kinan sakit demam berdarah. Lalu pertanyaan "kalau tipes enggak ya, Dok?" juga terlontar. Bagaimana membedakan keduanya? - Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) sama-sama disebabkan oleh infeksi VIRUS Dengue. Kalau demam tifoid disebabkan oleh infeksi BAKTERI Salmonella typhi. Jadi infeksi VIRUS tidak butuh antibiotik, dan infeksi BAKTERI butuh antibiotik. - DD/DBD ditandai dengan demam 2 sampai 7 hari yang umumnya tidak disertai batuk pilek sama sekali (pilek.hampir tidak pernah, batuk masih mungkin meskipun jarang). Jadi fokus infeksinya tidak jelas. Dema tifoid ditandai dengan demam yang lebih lama dari 7 hari. Artinya: kalau demamnya belum seminggu, ya sangat kecil kemungkinan demam tifoid. Tidak perlu berpikir anak sakit tifoid jika demam belum 7 hari. Tifoid juga mirip dengan infeksi virus Dengue, jarang se

"Anak saya demamnya tinggi, sampai 39,5 derajat selsius, tapi tangan dan kakinya dingin. Kenapa-kenapa nggak ya, Dok?"

Pernah mengajukan pertanyaan di atas? Ini ... jawabannya. Demam adalah respon tubuh menghadapi kuman yang masuk. "Termostat" alias pengatur suhu yang berpusat di hipotalamus otak kita mengaturnya dengan cara meningkatkan "set point" tubuh, lalu naiklah suhu tubuh. Seiring meningkatnya suhu tubuh, badan kadang menggigil, tangan dan kaki teraba dingin. Ini adalah upaya tubuh mencegah keluarnya panas berlebihan, yaitu dengan menyempitkan pembuluh darah di tangan dan kaki, sehingga teraba dingin. Sedangkan pusat tubuh tetap teraba panas, makanya terukur sebagai demam di termometer. Ketika suhu sudah mencapai puncaknya, maka tubuh akan otomatis menurunkan demam, dan pembuluh-pembuluh darah di tangan dan kaki kembali melebar, sehingga teraba demam juga. Anak bisa berkeringat seiring turunnya demam. Kesimpulannya: kondisi yang ditanyakan di atas adalah WAJAR. Yang dikhawatirkan pada demam, seiring naiknya suhu, sebenarnya bukanlah kejang, tapi risiko dehidrasi, ya

Sedikit penjelasan tentang media sel dalam vaksin

Sulit untuk menjelaskan secara singkat. Bisa saja disalahpahami, khususnya bagi mereka yang memang dari awal sudah punya kerangka berpikir menolak imunisasi, atau vaksin itu haram! Apapun yang sudah dijelaskan, maka tidak akan menerimanya dan berpendapat "ah, yang bicara kan kelompok pro-vaksinasi, jadi ya wajar begitu pend apatnya." Anyway, saya coba jelaskan. 1. Vaksin adalah produk biologis. Diciptakan sekedar untuk merangsang terbentuknya sistem imunitas (daya tahan tubuh) terhadap kuman tertentu/spesifik. Maka proses pembuatannya menggunakan kuman (virus/bakteri) yang dibiakkan dalam media biologis pula, agar bisa diperbanyak sebaik mungkin. 2. Virus berbeda dengan bakteri. Virus bukanlah makhluk hidup. Virus butuh media sel hidup agar bisa diperbanyak untuk keperluan pembuatan vaksin massal. Dalam hal vaksin polio dan rotavirus, sel-sel yang diambil dari ginjal kera digunakan sebagai media tempat virus polio/rotavirus bisa diperbanyak. Jadi ini sel dari ginjal k

Campak dan Teror Bom

Image
Pada bulan Desember 2014, sebanyak 40 orang di negara bagian California dinyatakan positif mengidap suatu penyakit yang sangat menular. Ternyata mereka semua memiliki satu kesamaan, yaitu pernah mengunjungi Disneyland setempat baru-baru itu. Dalam waktu singkat, penyakit ini mewabah dan menyebar ke setidaknya 6 negara bagian di Amerika Serikat. Wabah baru dinyatakan berakhir setelah pihak-pihak kesehatan bekerja keras menghentikan wabah tersebut. Pada 27 April 2015, wabah akhirnya dinyatakan berakhir. Berselang setahun kemudian, di akhir tahun 2015, otoritas kesehatan di Sydney, Australia, mengeluarkan peringatan serupa akan risiko terjadinya wabah penyakit serupa. Alasannya adalah seorang warga lokal diketahui mengalami penyakit ini setelah mengunjungi pusat kesehatan di tanggal 28 dan 30 November. Sebelumnya pada tanggal 26 dan 27, ia sempat mengunjungi pusat perbelanjaan di kota. Artinya ia sempat berada di tengah keramaian orang banyak. Potensi menular ke orang-orang