Beberapa pekan terakhir saya hampir selalu menjumpai kasus Hand Foot Mouth Disease (HFMD) dan cacar air (varisela) tiap minggunya. HFMD yg sering disebut orang flu Singapur ini disebabkan oleh virus, sama halnya dengan varisela, yg sebenarnya akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu. Hanya saja HFMD kadang dikesankan "menakutkan", sehingga orangtua menjadi panik dan khawatir anaknya harus dirawat.
HFMD memang dilaporkan mempunyai risiko komplikasi ensefalitis (radang otak), meskipun sangat jarang, dan saya belum pernah menemuinya. HFMD biasanya jadi masalah bila "bintil-bintil" kulitnya menyebar hingga ke dalam mulut menjadikan sariawan dan anak susah makan. Jarang sekali anak menjadi dehidrasi meskipun sudah mengalaminya, sehingga tidak perlu dirawat juga. Yang penting pastikan anak sering minum atau makan makanan yang mudah ditelan, walaupun sedikit-sedikit.
Masalah lainnya bila anak sampai gatal dan cenderung menggaruk bagian-bagian yang dipenuhi bintil. Mandi air dingin atau mengalihkan anak dengan kegiatan bermain bisa mengurangi keluhan ini.
HFMD jg sangat menular. Apabila dalam satu keluarga mempunyai beberapa anak berusia di bawah 9 tahun, satu anak sakit sangat mungkin akan diikuti oleh saudara kandungnya. Begitu juga bila anak-anak ini tetap bersekolah: menularkan ke kawan-kawannya. Bagaimanapun juga, HFMD adalah penyakit ringan akibat infeksi virus yang sembuh dengan sendirinya tanpa obat.
Bagaimana dengan varisela? Beberapa anak yg mengalami cacar air di sekujur tubuhnya ternyata pernah diimunisasi, bahkan hingga 2 kali. Perlu diketahui bahwa tidak ada vaksin yang 100% efektif, termasuk varisela. Efektivitas 1x imunisasi varisela adalah 86% dan 2x adalah 98,3%. Tetap saja vaksin varisela mempunyai efektivitas yang tinggi, artinya mayoritas anak yang sudah diimunisasi tidak sakit sama sekali. Saya yakin banyak orangtua yang bisa menceritakan keberhasilan imunisasinya, yaitu ketika teman-teman si anak banyak yang sakit cacar air, anak yang sudah diimunisasi tidak sakit.
Kemungkinan lainnya adalah munculnya "breakthrough varicella", yaitu anak yang sudah diimunisasi tetap sakit cacar air, tetapi "lenting-lenting"-nya sangat sedikit, tidak mencapai 50 lenting. Anak-anak ini sakitnya lebih ringan, tetapi masih bisa menularkan kepada orang lainnya yang belum punya kekebalan tubuh (karena belum pernah sakit atau belum diimunisasi).
Faktor terakhir adalah cakupan imunisasi yang harus tinggi untuk menciptakan "herd immunity" atau kekebalan lingkungan. Apabila jumlah anak yang sudah diimunisasi melebihi yang tidak diimunisasi, anak-anak yang belum diimunisasi ini akan terlindungi oleh kawan-kawannya.
Varisela memang penyakit ringan untuk anak, karena komplikasinya sangat jarang. Antivirus seperti asiklovir pun jarang dibutuhkan. Tetapi bila anak yang sakit cacar air menularkan kepada orang dewasa yang belum pernah sakit, maka orang dewasa ini lebih berisiko mengalami komplikasi seperti pneumonia (radang paru-paru) dan ensefalitis. Vaksin varisela sangat membantu dalam hal ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?
(tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...
-
Pernah menjumpai bercak kemerahan, cenderung berwarna oranye (merah-)?bata) di popok bayi Anda? Bahkan muncul berulang kali! 😱 Normalkah ha...
-
Topik ini sepertinya sudah lebih dari sekali saya bahas, dalam thread yang berbeda. Tapi tak apalah, karena masih banyak yang bingung juga. ...
-
Ternyata tidak pada sebagian besar kasus. Infeksi jamur penyebab sariawan terjadi pada anak-anak dengan daya tahan tubuh menurun, seperti m...
1 comment:
Terimakasih dok informasinya sangat bermanfaat..
Terutama paragraf terakhir.. 🙏🙏
Post a Comment