Sunday, May 19, 2019

Terbang bersama bayi dan balita, apa saja yang harus dipersiapkan?

Lebaran nanti mau mudik naik pesawat? Pertama kali pula membawa bayi! Apa yang dikhawatirkan ya? Gimana kalau nanti pas di dalam pesawat bayinya nangis kencang dan mengganggu penumpang lain? Kan dianjurkan menyusui untuk menurunkan tekanan di dalam rongga telinga tengah. Nah, kalau bayinya tidur gimana? Perlu nggak sih pakai penutup telinga alias ear muff? Ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan orangtua. Bagaimana jawabannya?

Pesan awal: kita bisa saja menjadi orangtua yang membawa segerombolan bayi dan anak yang bisa rewel sewaktu-waktu, atau sebaliknya, mendapatkan penumpang di sebelah kita membawa bayi/anak yang menangis kencang. Maka, saling berempati ya.


Ketika pesawat lepas landas dan naik terus ke ketinggian, tekanan udara turun. Sebaliknya, ketika pesawat mendarat, tekanan udara naik, dan bisa menekan salah satu sisi gendang telinga, dan menyebabkan nyeri. Bayi kadang tiba-tiba menangis kencang ketika tekanan udara kabin meningkat saat pesawat akan mendarat. Tuba Eustachius, saluran yang menghubungkan saluran napas atas dengan bagian dalam telinga tengah, berupaya mengatur tekanan selama perbedaan ketinggian. Pada anak, bentuk saluran ini relatif lebih landai (dan akan meninggi seiring bertambahnya usia). Apabila bayi dan anak sedang pilek dan mengalami sumbatan lendir/ingus, maka lebih mudah tertekan dan nyeri. Saya jelaskan lebih lanjut di bab #otitismedia di buku #BertemanDenganDemam.

Apa yang bisa orangtua lakukan sebelum dan selama bayi dan anak di dalam pesawat?
- Banyak minum. Menelan membuka #tubaEustachius, sekaligus mencairkan lendir/ingus/dahak yang kental karena udara di dalam kabin yang kering. Bayi dan anak yang sedang sakit #selesma alias #commoncold berisiko lebih mengalami nyeri telinga. Pada bayi, khususnya yang masih mendapatkan ASI saja, upaya menelan dengan menyusui tentunya. Bagaimana kalau menggunakan susu formula dan botol? Siapkan satu botol berisi susu dengan beberapa disposable liners. Pada anak > 3 tahun, boleh mengunyah permen karet atau menghisap permen, atau makan apapun. Kita sebagai orang dewasa juga terbantu dengan menguap. 
- Tetap terjaga saat takeoff (lepas landas) dan landing (mendarat). Karena ketika tidur, upaya menelan dikhawatirkan berkurang, dan meningkatkan risiko nyeri telinga. 



Bagaimana kalau bayi menangis terus tanpa sebab jelas? Cari tahu dulu: takut mendengar suara mesin menderu? Lapar/haus? Popoknya basah? Silau karena window shade terbuka? Atau bosan? (Siap-siap siapkan #sabardangendong di dalam pesawat ya). Sabar juga kalau ada penumpang lain yang menatap sinis. Perangkat perang, eh, pengganti popok juga harus siap dan praktis digunakan. Di mana tempatnya? Paha papanya aja ya. Jangan lupa bawa mainan, buku cerita, atau apapun untuk mengalihkan perhatian anak yang mulai bosan.
.
Bagaimana dengan keamanan tempat duduk ber-seat belt? Kalau anak bayi kan biasanya hanya diberikan satu belt tambahan yang mengikat di pangkuan orangtuanya. Di Amerika misalnya, FAA (Federal Aviation Administration) punya child restraint system yang bentuknya mirip carseat. Tapi di Indonesia, sejauh yang saya amati, belum menggunakan ini (ada netizens yang punya pengalaman?)
.
Terakhir: perlukah penutup telinga? Dari beberapa bacaan yang saya dapatkan di kidshealth, healthychildren, dan webmd, tidak ada yang menyarankannya.
.
Jadi, selamat mudik dengan bayi dan bocils Anda ya. Have a safe flight!

No comments:

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...