Monday, May 09, 2005

The Fabric of The Cosmos: Space, Time, and The Texture of Reality

Awalnya membaca resensi buku ini di TIME edisi Maret kalau tidak salah. Edisi tersebut meresensi beberapa buku bestseller tahun 2004, yang awalnya hanya terbit edisi hardcover-nya saja, namun kini sudah ada paperback edition-nya. Tentunya lebih murah. Ada lima buku yang diresensi seingatku. Selain buku ini, sisanya novel fiksi. Kebetulan Tante ada kunjungan beberapa hari ke Amrik awal April kemarin, sekalian saja minta dibelikan. Sepertinya ia membelinya di Barnes and Noble dilihat dari plastik pembungkusnya yang diantar langsung oleh Om ke rumahku.

Buku ini secara umum berisi tentang fisika, suatu hal yang menarik minatku sejak SMP (dulu pernah bercita-cita masuk MIT, tapi tidak kesampaian :(). Kalau melihat dari koleksi buku-buku fisika populerku, mulai dari tiga buku tulisan Stephen Hawking (salah satunya tentunya “Riwayat Sang Kala”—terjemahan “A Brief History of Time” yang pernah menjadi international bestseller), seri terjemahan ‘for beginners’ yang memuat tema biografi Newton, Hawking, Teori Kuantum, sampai Chaos Theory (salah satu ide dalam Jurassic Park-nya Michael Crichton), dan beberapa buku astronomi-kosmologi Carl Sagan, orang tentunya mengira aku adalah penggemar fisika. Ya, sekedar suka dan punya minat saja, tapi tidak jago (dulu waktu kelas 3 SMU pengen banget ikut seleksi TOFI, tapi ga kepilih :(). Hanya seorang pemuda yang masih suka terbawa dengan khayalan masa kecilnya (penggemar serial TV Star Trek—dan punya buku terjemahan Fisika Star Trek-nya Lawrence M. Krauss, suka juga dengan Trilogi Star Wars serta film-film fiksi ilmiahnya Steven Spielberg macam “Close Encounters of The Third Kind” dan “E.T” serta “A.I”).

The Fabric of The Cosmos yang juga national bestseller ini (belum international bestseller macam “Da Vinci Code” lho) mungkin bisa disetarakan dengan ‘A Brief History of Time’-nya versi awal Milenium, dan Brian Greene juga bisa disejajarkan dengan Stephen Hawking. Dengan bahasa yang mudah dipahami oleh awam dan analoginya menggunakan tokoh-tokoh dalam serial TV populer (The Simpsons, The X-Files), buku ini memang benar-benar ditujukan untuk kalangan masyarakat umum, yang bahkan buta fisika sama sekali sebelumnya. Sampai saat ini aku belum selesai membaca buku setebal 569 halaman (termasuk indeks) ini. Tapi dari 100-an halaman yang sudah kubaca, isinya menjelaskan perkembangan ilmu fisika mulai dari jaman fisika klasiknya Newton, dilanjutkan oleh Einstein, Mekanika Kuantum, sampai akhirnya Superstring Theory. Greene yang juga seorang pakar teori adidawai (superstring) ini benar-benar mampu memaparkan ilustrasi yang sangat logis, sehingga pembaca dapat memahami (dalam bahasa Inggris tentunya :)). Fenomena satu keadaan pun dijabarkan mengikuti perkembangan teori fisika. Misalnya bagaimana perbedaan pandangan Newton dan Einstein terhadap sebuah ember yang terikat dalam seutas tali, dan dibiarkan berputar dalam ruang kosong. Newton menanggap ruang dan waktu adalah keadaan terpisah yang statis, dan Einstein memandangnya satu kesatuan space-time. Sampai akhirnya penulis menyimpulkan teori mana yang berlaku saat ini, dengan bukti-bukti ilmiah dan pemahaman logika sederhana yang ada.

Melihat dari beberapa babnya, ada beberapa judul yang cukup menarik para penggemar fiksi ilmiah. Semisal “Teleporters and Time Machines—Traveling Through Space and Time” (jadi ingat novel Timeline-nya Michael Crichton, yang mesin waktunya bisa men-scan manusia jadi semacam gambaran *.jpeg, dan mengirimnya melintasi waktu), dan menantang logika macam “Is Space a Human Abstraction or a Physical Entity”.

Overall, buku ini sangat menarik dan mencerdaskan. Aku masih berharap ada penerbit yang mau menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia (atau sudah ada yang sedang dalam proses ini?). Dari harganya pun lumayan murah, $ US 15.95 dengan stiker 20% off di sampulnya. Setidaknya aku menganggap buku ini birthday present dua hari lagi :).

Penutup, aku kutipkan sedikit pertanyaan menarik dari Brian Greene, yang profilnya bisa dicari di Google: “What is reality? We humans only have access to the internal experiences of perception and thought, so how can we be sure they truly reflect an external world?” Well, bagiku, sebagian jawabannya ada dalam otak kita. The mysterious brain. Lihat saja dalam VCD BBC Series’ “Brain Story”-nya Prof. Susan Greenfield (ini harus diresensi secara terpisah tampaknya :)). Ilmu manusia memang hanya seujung celupan jari ke dalam lautan ilmu Alloh yang tidak terhingga.

Image hosted by Photobucket.com

http://drarifianto.multiply.com

1 comment:

dodY said...

aduh, mas! aku pusing duluan lihatnya :-)

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...