Friday, December 20, 2013

Demam dan Antibiotik

"Dok, anak saya demam sudah tiga hari. Ada batuk pilek. Tadi saya ke dokter dan diresepkan antibiotik. Belum saya tebus. Saya tanya ke dokter, kenapa anak saya dapat antibiotik? Setahu saya batuk-pilek karena infeksi virus. Dokternya menjawab: karena anak ibu demam, jd kemungkinan ini infeksi bakteri.
Apakah antibiotik harus saya tebus dan berikan ke anak saya?"
Pernah mendengar cerita serupa? Dokter mendiagnosis infeksi bakteri berdasarkan gejala demam. Atau biasanya bila demamnya tinggi, di atas 39 derajat selsius, maka dicurigai infeksi bakteri dan diresepkan antibiotik.
Benarkah demikian?

Mari kita bahas terlebih dulu mengenai demam..

Di dalam buku "Breaking the Antibiotic Habit" tulisan Paul Offit dkk, dituliskan data dari 100 anak yg pergi ke dokter karena demam, sekitar 60 akan diresepkan antibiotik. Sebenarnya hanya 10 yg terbukti terdiagnosis infeksi bakteri.

Demam diciptakan Alloh untuk memerangi infeksi (dalam hal adanya infeksi yg terjadi). Ketika kuman (virus/bakteri) masuk, sel-sel sistem imun kita menghasilkan protein bernama pirogen yang merangsang hipotalamus (termostat di otak kita) untuk menaikkan suhu tubuh dan terjadilah DEMAM. Mengapa wujudnya harus demam? Karena pada kondisi demam, sistem imun (pertahanan tubuh) kita bekerja lebih baik dalam melawan infeksi.

Sel darah putih kita yg bernama limfosit B menghasilkan protein bernama antibodi yang "mengikat" dan membunuh virus/bakteri. Limfosit T bekerja dengan mematikan sel-sel yang terinfeksi virus/bakteri, sebelum makin banyak sel yg dirusak oleh kuman. Ada sel-sel lain yg bekerja dg cara menangkap kuman, mencernanya, dan menyerahkannya ke sistem imun (antigen presenting cells). Semua tentara daya tahan tubuh ini bekerja LEBIH BAIK saat demam.

Apa artinya? DEMAM itu BAIK.

Kalau demam baik, mengapa badan kita tidak terus menerus demam saja?
Hehe, demam pastinya terasa tidak nyaman di badan. Demam juga menaikkan kerja jantung kita, meningkatkan pembuangan cairan tubuh, dan kebutuhan energi. Jadi tubuh hanya membuat demam saat dibutuhkan saja.

Lalu apakah demam boleh diobati? Diturunkan dg obat penurun panas?

Nanti anak mengalami kejang dong bila suhunya naik terus? Benarkah demikian?

 Kita tengok dua penelitian yg pernah dilakukan. Pertama di Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore. Peneliti membagi dua kelompok anak yg sedang mengalami cacar air (varisela). Kelompok pertama rutin mendapatkan parasetamol 4 kali sehari selama 4 hari. Sedangkan kelompok kedua tidak diberikan obat penurun panas untuk mengatasi demamnya. Apa hasilnya? Ternyata anak-anak yg tidak mendapatkan parasetamol lebih cepat hilang lenting-lenting kulitnya, dibandingkan dengan yg diobati dengan parasetamol.

Penelitian kedua dilakukan di Universitas Adelaide di Australia. Peneliti menginfeksi 60 relawan dewasa sehat dengan rinovirus (penyebab common cold). 15 orang mendapat parasetamol, 15 orang ibuprofen, 15 orang aspirin, dan 15 sisanya tidak mendapat obat. Hasilnya seperti dugaan kita. Kelompok yg tidak diobati sembuh lebih cepat dibandingkan dengan yg diobati, dan membentuk antibodi lebih banyak dibandingkan dengan yg diobati.

Pemberian parasetamol, misalnya, juga bukan tanpa risiko. Banyak anak yg mengalami kerusakan hati akibat overdosis parasetamol atau kekurangpahamanborangtua terhadap dosis obat.

Masalah fever phobia ini demikian mendunianya. Jurnal Pediatrics di tahun 2011 menyimpulkan parasetamol atau obat penurun panas (antipiretik) lainnya diberikan bertujuan untuk membuat anak lebih nyaman ketika demam terus naik. Tidak perlu buru-buru memberikan antipiretik bila anak tidak rewel dan masih aktif.

Nanti kejang dong kalau suhunya naik terus?

Satu, kejang demam hanya terjadi pada 3 dari 100 anak yg mengalami demam. Dua, kejang demam tidak menjadi epilepsi atau menimbulkan kerusakan otak. Tiga, pemberian antipiretik terbukti tidak mencegah kejang demam. Empat, makin tinggi suhu tidak menandakan makin berat penyakit. Lima, hipotalamus kan punya setting suhu sendiri. Pada suhu tertentu, bila "mentok", maka tubuh akan menurunkan sendiri suhunya.

Apakah suhu yg lebih tinggi menandakan penyebabnya adalah bakteri?
Penelitian di Harvard Medical School di akhir 1980-an menunjukkan suhu yg lebih tinggi tidak membedakan penyebabnya virus atau bakteri. Bahkan kadang-kadang infeksi virus bisa menghasilkan suhu lebih tinggi dibandingkan bakteri.

11 comments:

Dian Widie said...

Dok, anak saya deman, sudah 5 hari, tdk disertai demam, dan baru td malam baru demam, karena batuk nya itu sampai anak saya nangis, dokter memberikan amoxsan 250 mg, karena di diagnosa ada radang tenggorokan, dan saya sudah terlanjur memberi 1 sendok the (5 ml) antibiotik tadi, bgm kalo di hentikan, stlh saya membaca artikel dokter kok saya jadi terbuka dan pny niat gak memberikan antibiotik td.

Dian Widie said...

Dok, anak saya deman, sudah 5 hari, tdk disertai demam, dan baru td malam baru demam, karena batuk nya itu sampai anak saya nangis, dokter memberikan amoxsan 250 mg, karena di diagnosa ada radang tenggorokan, dan saya sudah terlanjur memberi 1 sendok the (5 ml) antibiotik tadi, bgm kalo di hentikan, stlh saya membaca artikel dokter kok saya jadi terbuka dan pny niat gak memberikan antibiotik td.

arifianto.blogspot.com said...

Mudah2an jadi lebih kritis untuk menanyakan diagnosis dokter dan yakin untuk tidak memberikan antibiotik pada infeksi virus ya Bu

Rosa said...

kalau anak saya udah batuk pilek 1 minggu dok, tidak ada demam. awalnya hanya treatment di rumah dengan transpulmin, minyak kayuputih, dan jemur matahari... tapi sudah seminggu tidak sembuh saya bawa ke dokter. kata dokter tenggorokan bengkak dan merah jadi diresepkan antibiotik cefspan dan puyer batuk pilek tapi antibiotik belum saya berikan dulu. hari ini saya cari second opinion ke dokter yg menurut teman saya pelit antibiotik. ternyata diagnosanya sama dok, harus diberikan antibiotik. saya jadi bingung, baiknya gmn ya? diberikan saja atau tidak? kalau dokter apin praktek dimana ya? saya ingin konsul langsung saja kalau bisa. trims dok

Nizar Alamsyah said...

Maaf dokter ikut nimbrung. Pertanyaan mba Dian di atas blm terjawab. Kalau sdh terlanjur kasih sesendok antibiotik trus mau dihentikan apakah ada resikonya? Atau dilanjutkan saja sampai habis? Terima kasih.

arifianto.blogspot.com said...

Kalau diagnosisnya adalah infeksi virus, tetapi malah diberikan antibiotik, ya segera saja stop pemberian antibiotiknya. Karena tidak nyambung: infeksi virus kok diberikan antibiotik. Malahan bisa membunuh bakteri baik di tubuh.
Jangan khawatir untuk menghentikan pemberian antibiotiknya. Nanti jadi "kebal" dong kumannya? Tentu saja tidak. Kan tidak ada bakteri jahat yang harus dibunuh, jadi mana ada bakteri yang bisa "dikebalkan"?
Bu Rosa, saya praktik di Kramat Jati, Jakarta Timur. Silakan e-mail ke dokterapin@gmail.com untuk info lebih lanjut

Unknown said...

Dok, anak saya demam dan kadar leukositny 26600, jd di berikan cefixime 2x1 2,5mg . Apakah Antibiotik ini harus dihabiskan dan haruskah cek darah kembali untuk melihat kadar leukositnya setelah diberi antibiotik

Al Barra Fashion said...

Malam dok,saya mau tanya. Anak saya demam udah 2 hari dari hari senin siang kemaren. Karna g turun2,abis maghrib saya kasih sanmol drops. Alhamdulillah turun..sampe td siang pun suhu badan nya udah turun dari 38,6 jd 37,2. Trus tiba2 td sore panasnya naik lg dok. Karna khawatir,td skitar jam 8 malam saya bawa ke dokter. Trus dokter kasih antibiotik AMOXSAN (amoxcilin dry syrup) dengan takaran 1 sendok teh di minum stelah makan 3 kali sehari. Barusan panas anak saya mencapai suhu 39,4 dok. Trus lgsg saya kasih sanmol n antibiotik td. Nah,abis minum obat saya kepikiran,antibiotik bagus g buat anak yg demam?stelah googling saya makin ragu dokter. Jd bagusnya gmn ya dok?tetap saya lanjutkan antibiotik nya ato g dok?
Anak saya usia 13 bulan dokter.

Al Barra Fashion said...

Malam dok,saya mau tanya. Anak saya demam udah 2 hari dari hari senin siang kemaren. Karna g turun2,abis maghrib saya kasih sanmol drops. Alhamdulillah turun..sampe td siang pun suhu badan nya udah turun dari 38,6 jd 37,2. Trus tiba2 td sore panasnya naik lg dok. Karna khawatir,td skitar jam 8 malam saya bawa ke dokter. Trus dokter kasih antibiotik AMOXSAN (amoxcilin dry syrup) dengan takaran 1 sendok teh di minum stelah makan 3 kali sehari. Barusan panas anak saya mencapai suhu 39,4 dok. Trus lgsg saya kasih sanmol n antibiotik td. Nah,abis minum obat saya kepikiran,antibiotik bagus g buat anak yg demam?stelah googling saya makin ragu dokter. Jd bagusnya gmn ya dok?tetap saya lanjutkan antibiotik nya ato g dok?
Anak saya usia 13 bulan dokter.

Unknown said...

Dok anak saya umur 3 tahun demam 40,5 udah tapi masih ceria. Walau cerianya berkurang si. Dan baru saya kasih Paracetamol hari ke 2. Karena udah gak tega. Dulu pernah juga anak saya demam 10 hari 39,8 gitu.... Dicek darah dll. Alhamdulillah gak ada indikasi apa apa. Anak.saya jarang demam. Bisa dibilang 1 tahun sekali aja. Tapi sekali demam sangat panas dan lama😢. Apalagi masa pandemi gini bingung mau bawa ke RS

Viesilvia said...

Dok maaf anak sya prnah kejang krna demamnya tinggi, itu lngsng dberi obat mllui anus...
Dn skrng demam lg.. sya khawatir trulang lg... smntara ini sya hny mmberi parasetamol drop... baiknya bgaimana ya dok.. mohon sarannya dok

Apakah Vaksin tak Berlabel Halal Sama dengan Haram?

 (tulisan ini pernah dimuat di Republika Online 30 Juli 2018) "Saya dan istri sudah sepakat sejak awal untuk tidak melakukan imunisasi...