“Dok, anak saya tidak merangkak, padahal umurnya sudah 9 bulan. Dia mau ngesot, atau merayap, bahkan sudah bisa rambatan, berdiri dengan berpegangan. Duduk juga udah mantap, dan senangnya diberdirikan. Saya pernah baca, kalau nggak merangkak, ada satu fase perkembangan yang terlewati, nanti berdampak buruk kemudian hari. Benar tidak?”
Pertanyaan ini cukup sering didapatkan di praktik sehari-hari. Inilah pentingnya orangtua paham pola dan linimasa perkembangan bayi dan anak. Istilahnya #milestones. Nggak perlu dihapal sebenarnya. Bisa dibaca di buku Kesehatan Ibu dan Anak yang warnanya pink, atau di paspor kesehatan anak dari RS. Lalu dicocokkan, apakah pada usianya ada yang belum dicapai dan perlu khawatir. Di dalam buku #MakanTepatTumbuhSehat yang saya dan Dokter @pratamidiah tulis, sudah dijelaskan rinci. Kami memasukkan juga merangkak ke dalam satu poin, tapi masih banyak poin lagi yang menyertai, begitu juga “warning sign”-nya (ada di 2 gambar terakhir feed ini). Apa artinya? Dari beberapa parameter gerak motorik kasar, merangkak HANYA salah satunya. Masih ada beberapa parameter lain yang harus dicapai. Tidak merangkak TIDAK masuk dalam WARNING sign.
Lebih lanjut lagi, banyak ahli, bahkan penelitian, menunjukkan #merangkaktidak harus dilalui oleh seorang anak dengan perkembangan otak normal, dan tidak memiliki dampak buruk tertentu di kemudian hari. Kami dokter anak menggunakan alat skrining perkembangan #DenverDevelopmentalScreeningTest, dan merangkak tidak masuk ke dalam parameter perkembangan normal yang harus dilalui. Alasan mengapa banyak bayi tidak merangkak dihubungkan dengan kebiasaan tidur telentang, yang dulunya sempat bayi-bayi kecil dibiasakan tidur tengkurap dan berisiko mengalami SIDS. Tidur telentang mengurangi risiko SIDS, tapi mengurangi juga kemampuan merangkak. Maka ada “tummy time” yang digunakan sebagai salah satu bentuk stimulasi.
No comments:
Post a Comment